Sore hari, rumahnya kedatangan tamu yang membuat semuanya tampak bahagia. Bisa dibilang calon menantu, calon kakak ipar dan calon istrinya datang berkunjung kerumah seorang diri.
Ya, kedatangan Aisyah membuat semua orang di dalam rumah berbahagia menyambutnya. Aisyah masuk kedalam beriringan bersama Aida yang menggandeng tangan kanannya. Di tangan kanannya pula, Aisyah membawa buah tangan.
"UMI!! LIHAT SIAPA YANG DATANG.."
Suara teriakan yang menggelegar seisi rumah, mampu mengejutkan kedua pasangan paruh baya yang sedang asik menikmati waktu berdua didepan televisi rumah tengah.
Fatimah menolehkan kepalanya ke belakang, menatap tajam anak gadisnya. "Ast--masya Allah mantu Umi toh yang datang. Sini mari Nak, duduk.."
Aida membawa Aisyah yang terlihat malu-malu kucing untuk duduk di salah satu sofa.
"Duh cantiknya, mau dibuatin apaa nih sama Umi?"
Aisyah baru ingin menjawab namun Aida lebih dulu menyela nya.
"Sudah biar Adek aja Mi. Umi duduk manis disini, temani mantu Umi yang cantik ini."
Aida berlalu menuju dapur meninggalkan Aisyah bersama kedua orang tuanya. Biarlah mereka menjadi akrab agar tidak canggung.
Tidak sampai lima menit, Aida sudah kembali dengan empat gelas minuman dingin dan satu toples cemilan.
"Nih minun dulu Syah, pasti haus kan kamu."
Aida menyodorkan satu gelas minuman buatannya ke hadapan Aisyah. Aisyah dengan pipi kemerah-merahan menerimanya, apalagi dirinya yang ditatap terus oleh Faisal.
"Abang! Gak usah natap gitu, sana naik lagi!" Usir Aida. "Ngapain tahu turun segala!" Gumam Aida.
Fatimah mencubit paha Aida, tentu saja gadis itu meringis kesakitan. Apalagi mendapatkan tatapan tajam dari sang Umi.
"Umi mah, sakit tahu. Harusnya yang digituin itu Abang tuh. Masa natapnya sampe bola mata mau keluar gitu."
Faisal melotot pada Adiknya itu, apa barusan tidak salah dengar kan? Sembarangan sekali Aida ceplas-ceplos begitu.
"Hush, gak sopan ada tamu gitu loh." Bisik Fatimah pada anak gadisnya.
Aida hanya nyengir sambil garuk-garuk kepalanya yang tertutupi oleh kerudung instan nya.
"Ohiya ngomong-ngomong nih Syah, kamu kesini sendirian? Om tante, enggak ikut kah?"
Aida bertanya, padahal sebenarnya dia tahu. Aisyah kesini pun karena paksaan Aida yang katanya kangen dengannya. Padahal baru kemarin bertemu, masa sudah kangen saja.
"Iya, Ayah sama Bunda mu tidak ikut juga Nak?"
Farid ikut bersuara, Aisyah beralih menatap calon mertuanya itu. Tersenyum tipis sebelum berujar, "Iyah enggak Om, Ayah sama Bunda tadi sekalian mau pergi juga. Makanya dianter cuman sampai depan saja terus lanjut kesininya tadi jalan kaki."
"Astaghfirullah, kenapa gak bilang aku sih Syah. Kan bisa nanti dijemput sama Abang."
"Iyah Nak, kenapa gak bilang sama Aida. Kalaupun bilang kan enak, nanti dijemput sama Bang Faisal. Ya kan Abang??" Tanya Fatimah sambil menggoda anak sulungnya itu.
Faisal hanya mengangguk, ia berujar singkat. Sangat singkat. "Iyah."
"Ohiya kebetulan karena ada kamu, sekalian saja bahas tanggal baik kalian. Bagaimana?"
"Tenang saja, nanti kita bahas kembali kok bersama kedua orang tuamu Nak. Tadinya mau langsung saja kerumah Nak Aisyah, tapi karena Nak Aisyah kesini. Jadi lebih baik sekarang saja ya ditanyanya." Lanjut Farid bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
SpiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...