29 : DHIMH

501 37 1
                                    

Rencananya, hari ini, tepat di malam selepas kelulusannya. Tanpa sepengetahuan dari gadis itu, laki-laki yang akan segera dijodohkan kepadanya akan tiba ke rumahnya malam ini. Ya, gadis itu ialah Aida yang tidak mengetahui akan hal ini. Inilah rencananya Fatimah bersama sang suami.

Mereka ingin membuat sebuah kejutan dan hadiah untuk anaknya. Farid memang sengaja merencanakannya hari ini, dia hanya tidak ingin anak gadisnya itu berlama-lama sendiri. Sebagai orang tua menginginkan anaknya bahagia bersama pasangannya. Dan Farid menginginkan anaknya itu bahagia bersama pilihannya. Meskipun ia tahu, cara ini belum tentu membuat anaknya itu akan bahagia atau tidak. Tapi, apapun pilihannya pasti yang terbaik. Karena ia sendiri melibatkan Allah di setiap prosesnya.

"Mas...."

Farid menoleh pada sang istri yang tengah menatapnya sendu.

"Apakah ini keputusan tepat untuk Adek?"

Farid menganggukkan kepalanya yakin, "ya, in syaa Allah.."

"Tapii... Apakah ini tidak terlalu cepat untuk Adek dalam membangun sebuah bahtera rumah tangga?"

Farid menggenggam tangan kanan istrinya, ia tahu apa yang ditakutkan oleh istrinya itu.

"Kita pasrahkan semuanya sama Allah. Mas yakin, Adek bisa menjadi seorang istri yang baik."

Setelah mengutarakan itu, Farid memeluk Fatimah begitu erat.

"Ada apa nih peluk-pelukan gitu??"

Fatimah melepaskan diri dari pelukan sang suami. Ia menatap ke arah anak bungsunya yang berdiri bersandar pada pintu kamarnya.

"Enggak ada apa-apa kok sayang, kenapa Adek kesini?"

"Itu, dibawah semua orang sudah berkumpul. Termasuk tetangga kita." ucapnya yang diakhiri dengan helaan napas panjang.

Farid menepuk pundaknya, "Kenapa? Berat banget sepertinya, Dek."

Aida tersenyum tipis, "Enggak ada apa-apa kok, Abi."

"Yuk kita turun sekarang, pasti semua sudah menunggu kita." Ajak Farid, lalu ia membawa kedua tangan anak dan istrinya untuk di gandeng.

•••

Semua berkumpul di sebuah karpet yang telah digelar. Di depan mereka banyak sekali masakan yang menggiurkan. Acara makan bersama untuk merayakan kelulusan si bungsu membawa suasana yang hangat dan penuh canda tawa. Siapa sangka, sosok yang selama ini dikenal berprofesi sebagai Dokter dingin pun bisa membuat semua keluarganya tertawa.

Diam-diam Aida memuji ketampanan lelaki itu, bagaimana tidak. Hari ini, di malam ini, lelaki itu memakai batik yang sama sepertinya, tunggu mengapa sama? Apakah memang ini disengajakan oleh keluarga mereka? Tapi, lelaki itu menambah semakin tambah lebih ganteng. Rambutnya sedikit ada perubahan pun terlihat rapih, sangat cocok untuk wajahnya yang bersih, putih dan mulus.

Lama menatapnya membuatnya lupa dengan dunianya sekarang. Keluarganya tersadar dengan kelakuan si bungsu. Tangannya asik memainkan nasi di piring menggunakan sendok, namun kedua matanya justru melihat lelaki itu.

Hamzah tersadar sedang ditatap, ia berusaha menahan rasa salah tingkahnya. Sekuat tenaga, Hamzah bersikap biasa aja. Namun nihil, kandas usahanya itu saat Faisal membuyarkan lamunan gadisnya.

Gadisnya tersipu malu, malu karena tertangkap basah ketahuan menatap nya. Dan malu karena terus saja keluarganya dan keluarga gadisnya menggombali nya. Andaikan gadisnya itu sudah menjadi miliknya, mungkin sekarang yang ia lakukan adal jmah membela gadisnya. Tapi sayang, dia tidak bisa melakukan itu karena takut membuat gadisnya tambah malu.

Makan-makan bersama selesai, semua merasa kenyang dengan sajian menu masakan malam ini. Mereka semua merasa sangat puas sekali dengan masakan yang dihidangkan. Apalagi dengan suasana yang berbeda seperti ini, yang jarang sekali mereka lakukan karena kesibukan masing-masing.

Diakhiri dengan makanan penutup, disinilah awal mula dari segalanya akan dimulai. Semua perubahan yang akan terjadi kedepannya. Dan semua rencana yang telah disusun matang-matang dengan baik dan teliti.

"Saya sebagai tuan rumah mengucap terimakasih banyak kepada Adikku dan sahabatku sudah mau meluangkan waktunya untuk malam."

"Sebenarnya ada maksud lain dari acara makan malam ini. Hal yang penting di malam hari ini, spesial teruntuk anakku."

Semua menyimak dengan baik, meskipun mereka sebenarnya tahu apa yang akan tuan rumah katakan. Terkecuali, Aida seorang yang tidak mengetahui apapun itu.

"Kenapa spesial? Karena saya, istri saya bersama sahabat saya, sepakat untuk menjodohkan anak kami. Aida dan Hamzah, kami sepakat menjodohkan keduanya." Kata Farid yang membuat  Aida tersedak kue coklat yang sedang dimakannya. Fatimah yang duduk disisi kanannya membantunya menepuk-nepuk punggungnya.

"Pelan-pelan, Dek.."

Nyeri sekali tenggorokan dan hidungnya. Sontak saja dia kesal, bagaimana bisa tidak tersedak. Apalagi saat tadi, dua menit yang lalu Abinya mengatakan menjodohkannya dengan lelaki itu. Apakah pendengarannya tidak salah?

"Abi.. Abi, enggak salah?"

Semua mata menatapnya bingung, apa yang salah? Apakah Aida tidak menerima perjodohan ini?

"Tidak Dek, apa yang Anime katakan itu benar. Yang akan dijodohkan sama kamu ya ini.. Le Hamzah." Unjuk pamannya pada Hamzah.

Aida menatap penuh tanya pada semua orang diruangan ini. Ia hanya meminta kejelasan yang sebenarnya. Ini membuatnya bingung dan sedikit pusing.

"Kenapa sayang? Apakah Adek tidak menerima perjodohan ini? Jawab jujur sama Bunda, nak.."

"Anu..bukan seperti itu tante.." Saking gugupnya, Aida sampai salah menyebutkan nama panggilan nya kepada Bunda lelaki itu.

Aida memejamkan matanya, mencoba untuk tenang. Matanya kembali terbuka, ia hembuskan napasnya perlahan. Ditatapnya semua wajah keluarganya. Lalu berakhir menundukkan wajahnya. Sungguh ia malu sekali, itu spontan saja tadi menatap semua orang. Kenapa sekarang justru dirinya yang malu? 

"Sejak awal Aida sudah memberikan jawabannya pada Abi dan Umi. Jadi tidak ada alasan lain untuk Aida menolaknya."

"Jawabannya ya akan tetap sama, iyaa.."

Semua menghela napas perlahan, rasa khawatir dan ketakutan berubah menjadi rasa kebahagiaan dan penuh haru. Syarifah dan Fatimah memeluknya erat. Sedang yang dipeluk tersipu malu.

"Terimakasih sayang, akhirnya sebentar lagi Bunda bakal punya mantu setelah sekian lama menunggu.."

Aida hanya tersenyum malu-malu seraya mengangguk. Diapun sama bahagianya, karena akhirnya do'a nya selama ini terkabulkan. Bisa bersanding dengan si Om Dokter, eh..

•••

06 Februari 2023

.
.
.
Pernah diketik pada : 28 Juli 2021
Pernah dipublishkan pada : 13 September 2021

Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang