27 : DHIMH

548 41 0
                                    

Ya Allah jujur sedih banget, ternyata bab ini masih kesimpanndi draft belum aku publikasikan.

Aku kira sudah kepencet, taunya belum.. Mana baru sadar sekarang, ihh jujur sedih, kesel, campur aduk.. 😭

Tapi mau bagaimana lagi?
Nggak bisa nyeselll 😭















•••

"Hei bangun.."

Sebuah tepukan dari tangan kasar yang menyentuh pipinya membuat Aida mulai tersadar dari tidurnya.

"Hoaaammm.."

Aida menguap sampai terdengar sekali ditelinga orang yang membangunkannya.

"Kalau menguap itu jangan bersuara.."

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai (orang yang) bersin dan benci dengan (orang yang) menguap. Maka jika salah seorang dari kalian menguap hendaklah menahannya sebisa mungkin dan jangan bersuara 'hah hah'. Sebab setan akan tertawa karenanya." (HR. Abu Daud: 4373)

Tangannya bergerak mengucek-ngucek matanya, namun suara yang sangat ia kenali membuat aktifitas nya itu terhenti.

"Loh.. ABANGGGG!"

Faisal menutup kupingnya dengan kedua tangannya, suara melengking dari adiknya itu membuat sakit saja telinganya. Belum lagi ditambah tubuh sang adik yang secara tiba-tiba memeluknya erat sampai sulit sekali bernafas.

Faisal mencoba melepaskan diri dari pelukan erat sang adik. Bisa-bisa dia dibawa lari ke rumah sakit jika kebenaran kehabisan nafas.

"Jauh-jauh kamu Dek." ucapnya seraya jari telunjuk digunakan untuk menjauhkan wajah sang adik dari badannya.

"Ish kangen tauu."

"Bau, mandi sana!"

"Anak gadis kok bangunnya siang, lihat tuh sudah siang. Masih aja molor!" ngomel Faisal pada sang adik, seusai datang kerumah orang tuanya, dia memang tidak melihat penampakan adiknya. Yang ternyata sang putri sedang tertidur terlelap didalam mimpinya yang indah.

"Ya kan ngantuk Bang, lagian masih jam sepuluh ini kok.."

"Tetep aja, sana mandi kamu Dek. Bau asem!"

Aida mengerucutkan bibirnya, enak saja dia dibilang bau asem. Padahal tadi sebelum shubuh pun dirinya sudah mandi namun setelah sarapan dia kembali ke kamar dan tidur lagi.

"Buruan mandi, entar kebawah. Ada brownies cokelat kesukaan kamu tuh. Spesial dibuatin sama kakak ipar mu."

Dalam hitungan detik, Aida sudah berada didalam kamar mandi. Faisal hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya satu-satunya itu. Kalau sudah dengar kata coklat, pasti deh ingin cepat-cepat memakannya sampai habis dan tidak dibagi ke semua orang disekitarnya.

•••


"Sudah bangun Adikmu, Bang?" tanya Fatimah yang tengah memakannya brownies cokelat buatan sang menantu.

Faisal berjalan menghampiri keluarganya, lalu ia duduk disebelah sang istri. "Iyah sudah Mi."

"YUHUUU ADEK COMEBACK!!"

Teriakan melengking dari Aida membuat semua orang yang berada di ruangan keluarga sampai menutup telinga mereka masing-masing.

"Adek, jangan berisik.." Farid memperingati sang anak bungsu, memang jika dibiarkan terus menerus pastinya akan terus dilakukan.

Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang