Hari kelulusan tiba, Aida tengah bersiap-siap untuk datang ke acara pentingnya itu bersama keluarga, kerabat dan semua orang yang sayang padanya. Yang mau meluangkan waktunya untuk datang ke acara wisudanya.
Jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit pagi, acara akan dimulai pukul sembilan pagi. Saat ini Aida tengah dimakeup oleh Syarifah-selaku Bunda dari Hamzah. Memang awalnya Aida sendiri enggan memakai MUA untuk acara wisuda, dia ingin yang sederhana saja seperti biasa.
Tetapi Fatimah menentangnya, ini adalah hari istimewa bagi anak gadisnya itu. Akhirnya Fatimah berdiskusi dengan Syarifah dan mereka berdua setuju untuk merias wajah sang anak bersamaan secara bergiliran. Aida pun hanya pasrah saja wajahnya dirias sesuka hati oleh mereka.
"Nah kan dah cantik ni.." ucap Syarifah sesaat mengakhiri merias wajah Aida.
Aida terlihat pangling, seperti bukan dirinya sendiri. Terlihat lebih cantik, kalem dan ayu sekali wajahnya ketika dirias seperti ini. Ia jadi menyesal karena tidak mau belajar bermake-up.
"Masya Allah cantiknya anak Umi. Bagaimana Dek? Suka enggak sama riasannya?"
Aida mengangguk, dia terlihat sangat-sangat cantik sekali. "Iyah nih Mi, ini tuh beneran Adek bukan sih Mi? Masa beda gini, inimah lebih kalem nan ayu sekali.."
Kedua wanita paruh baya itu tertawa mendengarnya, cukup menghibur sekali dengan ucapan Aida barusan.
"Yasudah, sekarang kita kebawah. Kita perlihatkan diri kamu ke mereka.."
"Ihh enggak ah Mi. Maluuu." ucapnya malu-malu, Aida sungguh malu. Bukan karena hasil riasannya tetapi dia malu saja. Tidak berani menampilkan diri didepan banyak orang, terlebih keluarganya sendiri.
"Sudah jangan malu, pasti deh Bunda jamin. Pada puji kamu.." ucap Syarifah meyakinkan diri Aida.
Kedua perempuan paruh baya itu menuntut sang bidadari utama di acara ini untuk turun ke lantai satu. Semua keluarga sudah berkumpul, kecuali Faisal dan istri. Faisal akan datang bersama istri dan mertuanya. Maka dari itu, saat ini yang berada di rumah inti hanya ada keluarga besar Aida dan tetangganya yaitu Syarifah bersama sang suami.
Farid terkesima dengan kecantikan anaknya, memuji sang anak dihari istimewa memang harus. Agar nantinya saat naik ke atas podium tidak grogi. "Masya Allah cantiknya anak Abi.."
Pipinya bersemu merah saat Farid dan semua yang ada disini memujinya. Aida menjadi salah tingkah sendiri.
"Sudah-sudah jangan terus memuji, kasian anak Umi loh. Pipinya merah banget, padahal tadi Bu Syarifah tidak terlalu tebal memakai blush on nya.."
"Umiii.." rengek Aida pada Fatimah. Fatimah yang merasa gemash pun menciumi tangan putrinya itu.
"Lebih baik kita berangkat sekarang, bagaimana?"
"Baiklah, kita berangkat sekarang saja."
Semuanya pun bergegas menuju mobil mereka masing-masing. Hanya ada dua mobil yang digunakan. Aida termasuk ke dalam rombongan bersama Farid, Fatimah, Syarifah dan Hanif. Sedangkan mobil kedua diisi oleh keluarga pakde nya.
•••
Acara berlangsung cukup lama dan penuh dengan khidmat. Selama acara dimulai, Aida berpisah dengan keluarganya dan duduk berkumpul bersama-sama teman-teman mahasiswa-mahasiswi lainnya. Termasuk Aisyah, tadi Aisyah lebih dulu sampai ketimbang dirinya. Dan mereka bertemu di tempat parkiran karena mereka janjian disana agar tidak kebingungan mencari, apalagi ditempat ini banyak sekali orang-orang yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
EspiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...