02 : DHIMH

1.9K 114 4
                                    

Alarm yang kupasang masih menyediakan waktu tiga puluh menit lagi menuju pukul tiga. Aida terduduk sebentar sambil mengucek kedua matanya. Mimpi itu datang lagi, membuat kepalanya terasa pening. Rasanya berat sekali juga nyeri.

Dinginnya udara dari AC tak membuatnya mengurungkan niat untuk berwudhu dan melakukan sembahyang tahajud seperti hari-hari biasanya.

Pukul enam pagi, Aida memutuskan untuk berolahraga supaya badannya kembali segar dan menghilangkan rasa penat akhir-akhir ini.

Fatimah dari arah dapur melihat anak perempuan turun tersenyum, namun sedetik kemudian mengerutkan dahinya bingung. "Adek mau kemana pagi-pagi begini?".

"Mau olahraga Umi, biar sehat. Mumpung weekend dan mumpung free hehe." jawab Aida seraya membetulkan tali sepatunya.

Fatimah mengangguk kecil, dia akan membiarkan anaknya itu pergi berolahraga. "Yasudah hati-hati yah Dek."

Aida bangkit dari setelah membetulkan tali sepatunya. "Iyah Umiku cantik, yaudah Adek pergi ya." Pamitnya seraya mengecup singkat pipi Fatimah dan pergi melambaikan tangan.

Lari-lari kecil dari rumah sampai taman, sesekali menarik napas dan dia hembuskan perlahan. Mumpung masih pagi, udara pun masih segar. Suasana taman juga mendukung sekali, belum terlalu ramai banget.

Setelah mengelilingi taman dengan berlari, Aida beristirahat sejenak dibawah rindang nya pohon yang diterpa angin. Begitu sejuk sekali duduk dibawah pohon. Tangannya membuka tutup botol, di teguknya isi botol itu sampai setengah. Alhamdulillah untung tadi dia membawa botol air minum, coba kalau tidak. Mungkin sudah kehausan saat ini jugak.

"Sendirian aja nih" Sahut seorang yang entah datang darimana namun sudah terduduk disebelah Aida. Aida sontak terkejut dan tersedak air minum.

"Uhuks.. Uhuks.. Astaghfirullahalazim kamu siapa? Buat kaget saya saja." Ucap Aida seraya menepuk-nepuk dadanya akibat tersedak.

Hamzah menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Maaf yah buat kamu kaget"

"Iyah"

Keduanya terdiam, tidak ada yang membuka suara. Jika orang-orang melihat keduanya pasti akan dikira sepasang suami-istri.

"Maaf Abang siapa ya? Lalu mengapa duduk disini, bisa tidak cari tempat lain?"

Aida seakan seperti bertanya sekaligus mengusir secara halus Hamzah agar tidak mendekatinya. Aida hanya berhati-hati dengan orang asing yang tidak dia kenali. Kan banyak kasus hipnotis di berita, jadi Aida hanya mewanti-wanti saja.

"Kamu lupa siapa saya?" Hamzah menaikkan satu alisnya sedangkan Aida hanya menjawab dengan anggukan kecil kepalanya, malas mau menjawab.

"Kita kan tetanggaan, masa kamu enggak ngeh sih sama saya? Baru saja kemarin datang kembali."

"Oh tetangga baru? Loh bukankah rumah sebelah saya itu kosong ya, tapi suka ada yang bersihkan setiap sebulan sekali. Apa jangan-jangan, anda pemilik rumah sebesar itu?"

Hamzah mengangguk kecil, lucu sekali memandangi wajah Aida yang terlihat imut dan begitu manis dimatanya.

"Namanya siapa Bang??" Tanya Aida.

"Kamu lupa sama saya Dek Ai?" Tanya balik Hamzah membuat Aida terkejut dengan kalimat akhir lelaki di sebelah nya.

"Dek Ai? Abang nyebut saya Dek Ai? Enggak salah? Padahal kita enggak kenal loh Bang. Kok Abang kayak tahu nama saya?"

Hamzah semakin gemash dengan tingkah Aida yang seperti bingung begitu, Hamzah masih berpositif thinking, mungkin Aida sedang mau prank dia.

Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang