Dua garis.
Iya, Aida baru saja melihat apa yang dikirimkan oleh Faisal di grup keluarga. Tangisan haru serta kehebohan Aida membuat seisi rumah tampak panik. Baik Fatimah maupun Farid sama-sama menghampiri sang anak bungsu.
Tampaknya apa yang mereka khawatirkan, tidak sesuai dengan apa yang mereka lihat.
"Dek, ada apa? Kenapa teriak-teriak gitu?Terus kenapa kamu nangis? Siapa yang jahatin anak Umi?"
Tangisan haru Aida semakin kencang, dia merasa sangat terharu sekaligus senang. Ya, sebentar lagi berarti ia akan menjadi seorang aunty. Ya sebentar lagi.
"Sudah-sudah ya Dek, gapapa biar nanti Allah balaskan apa yang telah mereka perbuat ke kamu. Ya kan Bi?"
"Iyah Mi, udah dong masa anak Abi cengeng gini sih, nanti cantiknya hilang loh."
Aida tertawa, menertawakan kedua orang tuanya yang masih belum sadar sepertinya.
Aida menarik ingusnya kedalam lagi, mengelap wajahnya yang Basar karena air mata. Lalu matanya menatap kedua mata orang tuanya secara bergantian dengan serius.
"Umi, Abi, selamat ya. Kalian sebentar lagi akan menjadi kakek dan nenek."
"Kakek?"
"Nenek?"
Aida menganggukkan kepalanya, ia tersenyum tipis menanggapinya.
"Kamu hamil anak siapa Dek? Siapa yang sudah buat kamu hamil diluar nikah?!"
"Astaghfirullahalazim Adek.."
"Ehh bukan Adek, Mi, Bi. Tapi Aisyah, Bang Faisal ngasih kabar ke grup kok kalau sebentar lagi mereka bakal jadi orang tua serta Abi dan Umi bakal jadi nenek, kakek."
"Eh."
"Kok eh si Mi. Alhamdulillah dong."
"Jangan bercanda kamu Dek, kamu mah sering banget ngerjain Abi dan Umi." Ujar Farid yang sama direspon oleh Fatimah.
"Ish bener kok, nih lihat aja."
Aida menyerahkan gawainya ke hadapan Farid dan Fatimah. Namun respon keduanya membuat Aida bingung. Apa jangan-jangan aida yang salah lihat hasilnya atau ia sedang halusinasi saja. Namun, dugaannya salah, Farid dan Fatimah sama-sama terlihat bahagia. Bahkan sampai melompat-lompat seperti baru saja mendapatkan hadiah.
Seperti anak muda saja, tidak mempedulikan usia yang semakin tua dan pastinya akan rentan pada tubuh mereka jika terlalu bersemangat sekali melompat-lompat nya.
"Ihhh Umi, Abi."
Keduanya sama-sama menghentikan yang mereka lakukan, keduanya justru tertawa dengan air mata yang berderai.
"Umi seneng Bi, sebentar lagi kita punya cucu yang selama ini kita nanti-nanti."
"Abi juga Umi sayang."
Keduanya berpelukan dihadapan sang anak bungsu, seakan dunia milik berdua.
"ADEK JUGAKK!"
Aida langsung menubruk tubuh keduanya dan ikut berpelukan, bisa dikatakan Aida iri dengan kedua orang tuanya yang semakin harmonis.
•••
"Bunda dimana Yah?" Tanya Hamzah ketika sampai di rumah. Sontak membuat Hanif terkejut dengan kehadiran anak semata wayangnya itu."Astaghfirullah Hamzah! Buat kaget Ayah aja sih, ngapain nyari istri Ayah?"
"Biasa aja kali Yah, cemburuan banget. Orang Abang cuman mau ngomong sesuatu sama Bunda. Ayah mah enggak diajak."
![](https://img.wattpad.com/cover/279178324-288-k810144.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
EspiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...