Selepas sarapan, Aida dengan malasnya kembali ke kamarnya kembali. Dan memilih bermain ponselnya seraya rebahan diatas kasurnya, mungkin sebentar lagi dia akan kembali terlelap.
Iseng-iseng Aida mengscrolling instagram dan tangannya iseng mencari username tetangganya pernah terlintas sedikitpun bahwasanya Aida mengstalker akun sosmed milik tetangganya itu.
Ternyata Aida tidak menemukan satupun akun tersebut. Tak mau menyerah begitu saja, Aida terus mencari dan mencari. Dirasa sudah tak menemukannya, dia pasrah.
Aida melemparkan handphonenya asal, merasa sebal sekali. Tunggu, mengapa dirinya harus sebal? Siapa dia yang harus sebal karena tidak menemukan akun sosmed tetangganya itu.
Aida menghela napasnya panjang, terasa berat sekali sepertinya.
"Gini amat suka sama si Om-om."
"Om-om??"
Aida membuka matanya, melirik ke arah pintu kamar dan menangkap sosok Uminya yang berdiri dengan tatapan kebingungan nya.
"Siapa yang kamu om-om itu, Dek?"
"Eh anu Umi, bukan apa-apa. Iyah bukan apa-apa tahu Mi."
"Yakin? Kayaknya tadi Umi dengernya kamu suka sama om-om deh Dek. Sebentar, APA!"
"Astaghfirullahalazim Adek, kok iso kamu suka sama om-om. Istighfar Dek. Istighfar.."
Fatimah mengguncang tubuh anaknya itu agar sadar.
"Umi ish, jangan gini dong."
"Lagian salah kamu Dek, pokoknya Umi nggak restuin kamu sama si om-om entah siapa itu. Awas aja ya kamu Dek." Ucap Fatimah mengancam sang anak.
"Kamu tuh ya Dek, udah kayak nggak ada cowok lain aja. Masa iya suka sama om-om, pasti deh tuh cowok yang kamu suka umurnya sama kayak Abi, ya kan?"
Fatimah bergidik ngeri, membayangkan jika anaknya benar-benar berjodoh dengan om-om yang usianya hampir sama dengannya atau sang suami. "Ihhh na'udzubillah jangan sampe deh kamu dapet om-om yang seumuran sama kek Abi kamu."
"Astaghfirullahalazim Umi, ya enggak lah. Lagian Adek juga ogah Mi punya suami yang seumuran sana kayak Umi dan Abi. Yang ada berasa Adek istri muda. Ihhh nggak, nggak banget. Pokoknya Umi taro omongan Umi ish."
"Salahmu Dek, pokoknya awas ya Dek. Kalau sampe kamu deket sama om-om, Umi hapus namamu dari kartu keluarga."
Aida bergerak mendekati Fatimah dan memeluknya begitu erat. "Iyah Umi ku sayangggg."
"Ohiya Dek, gimana ya Umi mau bilangnya."
"Bilang apa Umi ku sayang? Umi mau bagi-bagi thr ke Adek?"
Fatimah menyentil dahi sang anak, "Enak aja, itu masih lama."
"Huh, jadi apa Umi ku sayang?"
"Ini soal perjodohan kamu sama anaknya temen Abi. Kamu yakin kan mau dijodohin?"
Aida ragu-ragu untuk menjawab, disisi lain dia mulai menyukai sosok lelaki tetangganya itu tapi disisi lain dia dibuat bingung dengan laki-laki yang akan dijodohkan dengannya.
"Dek, kok malah bengong sih. Umi tanya loh, kalaupun emang kamu enggak mau. Gapapa kok Dek, in sya Allah Umi memaklumi nya."
"Umi tenang aja kok, Adek terima perjodohan itu. In sya Allah Adek siap bertemu dengan laki-laki itu. Jadi kapan waktunya Mi?"
"Kamu yakin Dek? Bukan karena kasihan sama Umi kan atau bahkan paksaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
EspiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...