6. First Impression

1.8K 261 15
                                    

Hai, hai!

Seperti biasa. Jangan lupa vote dan komen. Jika ada typo, tolong ditandai. Saran dan kritikkan tulis di kolom komentar, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Ini adalah kali pertama Keisha dan Xeryn benar-benar bertemu secara resmi. Kemarin-kemarin hanya berpapasan tanpa ada adegan tegur sapa atau sekadar saling lempar senyum.

Atas usul Leo, mereka akhirnya setuju untuk mengenalkan Keisha kepada Xeryn, begitu pula sebaliknya. Maka, di sinilah mereka sekarang, di ruang kelas Xeryn. Penghuni kelas itu sudah pulang, yang tersisa hanya tinggal Xeryn, Amel dan Dara. Itupun karena sebelumnya Juna sudah mengirim adiknya pesan untuk tidak pulang dulu.

Amel sudah menyenggol lengan Xeryn ketika menemukan Keisha di antara para pangeran. Mengirim kode, entah apa, Xeryn tidak menanggap maksud dari senggolan Amel. Sedangkan Dara hanya melempar tatapan datar pada Keisha. Tidak ada ekspresi berarti. Xeryn sendiri menormalkan ekspresinya, berusaha bersikap biasa saja.

"Karena gue nggak mau ada salah paham di antara kita, asekkk," canda Leo untuk mengawali pembicaraan.
"Nih, Xer, kenalin." Pria itu menarik lengan Keisha agar mendekat.
"Namanya Keisha, dia ...," Leo menatap Juna sesaat, kemudian meringis sendiri ketika sahabatnya itu hanya menatapnya datar.
"Kei, ini Xeryn." Putus Leo akhirnya. Pria itu lebih memilih mengenalkan nama saja, tidak melanjutkan ucapannya sebelumnya.

Zoey merotasikan mata, mengumpat, "Bego!" pada Leo.

Keisha sendiri melirik kesal pada Leo ketika sadar pria itu seolah menyembunyikan identitasnya. Karena itu, Keisha maju, berdiri tepat di depan Xeryn sambil tersenyum palsu.

"Hai," sapa Keisha. Kemudian dia menjulurkan tangan, masih dengan senyuman.
"Kenalin, gue Keisha. Sahabat masa kecil mereka dan ... kekasih Juna."

Juna menatap tak suka pada Keisha. Namun, menegur gadis itu di depan publik rasanya tak sopan. Alhasil yang pria itu lakukan hanya buang muka. Sedangkan Daniel melihat Juna sesaat, menepuk pundaknya dan kembali menatap adegan perkenalan itu.

Xeryn melihat baik-baik ekspresi Keisha. Sadar jika gadis itu seolah ingin meninggikan posisinya, juga bersikap pura-pura ramah dengan tersenyum palsu, Xeryn hampir mendengkus remeh.

"Hai," balas Xeryn sambil menyambut uluran tangan Keisha. Namun, Xeryn tidak tersenyum, melainkan memberikan seringai.
"Nama gue Xeryn. Adik dari Juna dan Daniel, juga tunangan Sean."

Ucapan itu membuat Keisha melotot, kaget.
"Hah? Tunggu!" kata Keisha seolah kehilangan topeng.
"Adik? Maksud lo?"

Xeryn pura-pura kaget dengan reaksi Keisha.
"Oh lo nggak tahu? Niel dan Juna nggak bilang? Aa, mungkin karena lo udah lama tinggal di Italia, makanya suasana agak canggung, ya?"

Zoey hampir saja tertawa mendengar ucapan Xeryn. Sedangkan Sean hanya tersenyum. Mereka jelas paham itu bukan ucapan basa-basi atau kalimat penenang. Itu hinaan. Xeryn seolah menegaskan jika posisinya lebih unggul dibanding Keisha. Gadis itu sudah menang.

"Gue adik tirinya Niel. Bunda gue dan papanya Niel nikah," ujar Xeryn sambil bersedekap dada.
"Sedangkan Juna, dia kakak kandung gue. Kita memiliki ayah kandung yang sama."

Kalimat Xeryn itu berhasil membuat Keisha kaget setengah mati. Kenyataan yang baru saja ia terima berhasil memukulnya teramat sangat.

Namun, rupanya Xeryn tidak bisa berpura-pura baik lagi.
"Karena ini pertemuan pertama kita, jadi gue mau bilang sama lo untuk nggak usah pasang topeng senyum manis lagi. Mata gue belum rusak, gue bisa bedain mana senyum tulus dan mana senyum pura-pura."

"Lo!" kata Keisha memberikan tatapan tak suka yang kentara pada Xeryn.

"Nah, gini lebih baik," ujar Xeryn tak terganggu sama sekali dengan perubahan ekspresi Keisha.

Amel dan Dara yang setia berada di belakang Xeryn tersenyum puas. Ucapan sahabatnya berhasil membuka topeng Keisha.

"Oh iya, karena lo bilang jika lo kekasih Juna, jadi sebagai adik yang baik, gue ingin bilang untuk lo jangan pasang topeng di depan kakak gue," kata Xeryn sambil menatap tajan ke arah Keisha.
"Jika lo nggak bisa jadi diri lo sendiri di depan Juna. Lebih baik lo tinggalin dia. Kakak gue berhak mendapatkan orang yang lebih baik dan bukan hanya sekedar orang dengan topeng yang menutupi wajahnya."

Ucapan Xeryn berhasil membuat Juna tertegun. Dia tidak menyangka jika adegan perkenalan malah melebar seperti ini. Terlebih Xeryn, kalimat gadis itu barusan seolah mengatakan jika dia ingin melindungi Juna.

"Kita baru kenalan tapi kok ucapan lo jahat banget, ya?" kata Keisha.

Itu bukan pertanyaan, tetapi pernyataan. Xeryn paham itu.
"Sorry aja. Gue orangnya nggak suka pura-pura. Ah, atau lo tersinggung dengan ucapan gue?" ujar Xeryn tak merasa bersalah.
"Tapi gimana, ya, gue merasa perlu untuk bilang ini. Karena dari first impression kita, lo nggak ngasih gue good impression. Jadi, gue tahu, Juna nggak pantas sama orang modelan kayak lo."

Keisha menatap Xeryn dengan tatapan tak percaya. Sekarang kebenciannya pada Xeryn semakin besar. Sejak awal dia memang sudah mengantisipasi hal ini. Kejadian di kantin waktu itu sudah membuatnya tak suka dengan Xeryn. Namun, rasa tak sukanya sekarang lebih besar. Dia sudah memantapkan dalam hati untuk menyingkirkan Xeryn. Gadis itu akan membawa pengaruh buruk baginya.

Daniel yang merasa jika ini sudah terlalu jauh mencoba menengahi.
"Xer, kita pulang, ya."

Xeryn hampir saja berlalu, menerima ajakan pulang dari Daniel. Namun, Keisha menghentikan gerakannya.

"Lo pikir dengan lo bertingkah kayak gini lo jadi baik di mata mereka? Gue sepupu Sean! Lo yang berlabel tunangannya Sean buat gue yakin, lo juga nggak pantas untuk dia! Kasar, urakan dan nggak beretika!" ujar Keisha, membalas ucapan Xeryn tadi.

"Njir, si anjing!" umpat Amel merasa tak terima.

Dara menghentikan gerakan Amel yang hendak melawan Keisha.
"Diam! Ini bukan wilayah kita."

Keisha menunjuk Xeryn tepat.
"Dari sekali lihat gue tahu, lo bukan cewek yang baik-baik!"

Namun, Xeryn malah tertawa mendengar ucapan Keisha.
"Sorry aja. Dari sejak pertama gue kenal Sean, gue nggak pernah minta dia buat mandang gue tinggi. Gue udah tegasin ke dia kalau gue bukan cewek baik-baik," ujar Xeryn santai.
"Sean tahu gimana kasarnya gue, gimana nakalnya gue. Paham? Jika lo nggak paham, gue perjelas. Dari awal, sejak pertama bertemu, gue nggak pernah pakai topeng di depan Sean. Dia tahu busuknya gue gimana karena memang gue nggak pernah pura-pura."

Keisha terdiam di tempat. Ucapan Xeryn menamparnya kuat. Xeryn menatap Keisha dari atas sampai bawah, menilai. Selanjutnya gadis itu maju, menatap Keisha penuh penghakiman.

"Gue nggak tahu apa yang telah lo lakuin dan apa yang lo tutup-tutupin. Tapi, sekali lagi gue tegaskan," kata Xeryn dengan aura intimidasi yang telah keluar.
"Jika lo nggak bisa jujur sama Juna, tinggalin dia! Gue nggak mau, kakak gue terjebak dalam kepura-puraan yang lo perankan. Dia terlalu nyata untuk lo yang hanya main drama!"

■■■
To be continue~

Unexplained✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang