11. (Mencoba) Rasional

1.6K 212 7
                                    

Hai, hai!

Ketemu lagi kita. Seperti biasa jangan lupa untuk vote dan tandai typo, ya. Komen yang banyak juga agar Naya semakin semangat nulisnya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Karena pesan misterius yang ia dapatkan beberapa hari lalu, Xeryn memutuskan untuk pulang ke rumah, memastikan jika mereka (keluarganya) baik-baik saja. Untung saja luka di kepalanya karena kecelakaan sudah sedikit membaik, jadi ketika orang tua dan kakak-kakaknya melihat luka itu, Xeryn hanya bilang, "Biasalah. Hanya luka kecil." Dengan itu tak ada lagi yang memperpanjang masalah kain kasa yang menempel di pelipis Xeryn.

Hubungannya dengan Daniel dan Juna juga sudah cukup baik, walau ada perasaan canggung yang menyelimuti mereka. Begitu pula Xeryn dan Sean, keduanya masih kaku. Namun, mereka sama-sama berusaha agar semuanya kembali seperti semula. Baik Daniel, Juna, Sean dan Xeryn tidak pernah membahas insiden kolam renang ataupun menyinggung soal Keisha.

Namun, Xeryn ... tetap tidak tenang. Pesan itu sungguh mengganggunya. Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran yang gadis itu rasakan malah semakin menjadi. Xeryn ... takut.

●●●
Juna melangkah cepat menuju ruang OSIS. Pria itu sangat sibuk mempersiapkan acara perpisahan kelas dua belas yang sudah di depan mata. Menjadi mantan ketua OSIS tak lantas membuatnya bebas, Juna dipercayakan teman-temannya untuk memimpin suksesnya acara perpisahan mereka.

"Jika lo kayak gini terus, Juna atau Daniel nggak akan pernah jadi milik lo!"

Suara itu membuat langkah Juna terhenti. Tanpa sadar dia berjalan perlahan menuju lorong antara laboratorium biologi dan perpustakaan lama. Tempat yang terbilang cukup sepi karena yang akan berlalu-lalang di sekitar sini hanya anak OSIS yang selalu diburu waktu.

"Diam!"

"Kita harus susun rencana, Kei. Gue nggak mau kehilangan Sean lagi. Stop di berita pertunangan itu!"

Juna melangkah maju, mengintip siapa yang berbicara. Betapa kagetnya dia ketika melihat siapa orang yang ada di sana.

Keisha dan Monic.

Juna sedikit menarik diri. Mengambil posisi teraman untuk menguping pembicaraan mereka. Terlebih ketika tadi dia mendengar namanya, Deniel dan Sean disebut.

"Gue udah lakuin hal yang gue bisa. Sialan! Lo pikir nenggelamin diri di kolam itu enak? Nyawa gue taruhannya!"

"Gue tahu! Makanya gue bilang kita susun rencana baru. Gue udah hubungi Rico untuk minta bantuan. Si Wenda juga bilang dia mau bantu."

"Mon, lo tahu jika wanita sialan itu berbahaya, 'kan?"

"Makanya kita buat pangeran Altarik benci sama dia! Dengan itu kita gampang singkirin dia selama-selamanya."

"Lo niat bunuh dia?"

Mata Juna terbelalak ketika mendengar pertanyaan itu. Terlebih ketika ucapan selanjutnya berhasil membuat Juna mengepalkan tangannya erat.

"Apa yang lo takutin? Jika Xeryn masih hidup, kita nggak akan tenang."

Tak bisa menahan diri lagi, Juna melangkah ke arah Keisha dan Monic.
"Apa maksud dari ucapan kalian?" tanya Juna berhasil membuat kedua gadis itu kaget.

Keisha menatap Juna tak percaya.
"Ar-Arjuna?"

"Apa maksud dari ucapan kalian mau nyingkirin Xeryn? Bunuh dia maksudnya?" tanya Juna sambil mendengkus tak percaya.

Keisha menggeleng.
"Nggak ... Jun, maksudnya itu—"

"DIA ADIK KANDUNG GUE, KEISHA!" teriak Juna lepas kendali.

Keisha terdiam di tempat. Tak percaya ketika melihat Juna berteriak marah kepadanya.

"Dan lo!" tunjuk Juna kepada Monic yang masih terdiam di tempatnya.
"Pertama lo nyewa tiga orang untuk nyakitin Xeryn. Sekarang, lo mau nyewa orang lagi untuk habisin nyawa adik gue? Sialan!" umpat Juna di akhir kalimatnya.
"Jangan salahkan gue jika nantinya gue ikut main kotor juga demi lindungi adik gue sendiri."

Dengan itu Juna meninggalkan mereka. Pria itu melewati ruang OSIS dan berjalan lurus, tak tentu arah. Dia butuh tempat untuk menyegarkan pikirannya sendiri.

Obsesi, ambisi, kedua hal itu berhasil membuat Keisha dan Monic menjadi kehilangan akalnya.

Apa yang harus Juna lakukan sekarang untuk melindungi Xeryn?

●●●
Xeryn mendengkus keras sambil melempar botol cola yang ia minum. Hal tersebut membuat Dara dan Amel yang berada di sampingnya menoleh. Terlebih ketika Xeryn mengumpat sambil mengusap wajahnya sendiri drngan kasar.

"Lo kenapa?" tanya Amel tak bisa menahan diri.

Xeryn menggeleng. Hal tersebut membuat Dara menghela napas.
"Gue udah tahu ada yang terjadi ketika lo yang niat mau tinggal dalam waktu lama di rumah gue mendadak ingin pulang."

Xeryn tersenyum kecil, berusaha bilang kalau dia baik-baik saja.
"Nggak, kok."

"Xer!" Dara berujar tegas.
"Gue udah sering bilang ini ke elo. Kita akan selalu siap jika datang waktu dimana lo nggak baik-baik saja."

Xeryn menghela napas. Gadis itu mengambil ponselnya, memperlihatkan chat yang selama ini membuat Xeryn ketakutan sendiri. Segera saja Dara dan Amel mengambil ponsel tersebut,  membaca pesan yang tertulis di sana.

"Keparat!" umpat Amel emosi.
"Xer, jelas banget ini ulah dari orang yang benci banget sama lo!"

Dara mengangguk, seolah membenarkan ucapan Amel.
"Benar, Xer. Coba lo ingat, siapa yang akhir-akhir ini ada masalah sama lo?"

Xeryn terdiam. Hanya satu nama yang melekat dalam otaknya ketika mendengar ucapan Amel dan Dara.

Keisha.

Tetapi, mana mungkin?

●●●
"Arjuna!"

Juna menutup mata ketika mendengar seruan namanya berulang kali. Dari satu suara yang sama.

"Arjuna, please! Dengerin aku dulu!"

Juna menghentikan langkah, berbalik dan melihat ke arah Keisha yang berlari ke arahnya.

"What?" tanya Juna dengan nada kasar.
"Gue udah dengar sendiri, Keisha!"

Keisha mengerang ketika mendapati ucapan tak ramah dari pria yang ada di hadapannya ini.
"Dengerin aku dulu, Arjuna!"

"Oke!" Juna mengangguk.
"Silahkan jelasin apa yang mau lo jelaskan!" katanya.

"Arjuna, semua nggak seperti yang kamu pikirkan," ujar Keisha.
"Ini karena kamu lebih memilih dia dibanding aku! Kamu bilang kamu cinta sama aku!"

Juna berdecak.
"Perlu gue katakan berapa kali, Kei, perasaan gue sama lo udah selesai tiga tahun lalu."

"Nggak, Jun. Kamu salah!" Keisha mencoba memegang tangan Juna yang segera ditepis oleh pria itu.

"Sorry, Kei." Juna menatap lurus ke arah Keisha.
"Rasa cinta gue ke elo udah lama hilang. Gue nggak mungkin nahan perasaan itu ketika gue sadar orang yang gue suka ternyata cinta sama sahabat gue sendiri."

"Arjuna ...."

"Maksa lo buat natap gue ketika gue tahu lo suka sama Daniel, nggak mungkin, Kei. Itu bukan kasta gue banget," ujar Juna membuat Keisha menatap tajam ke arahnya.

"Kamu berubah!"

Juna terkekeh sinis.
"Bukan gue yang berubah, Kei. Gue hanya mencoba bersikap rasional dengan keadaan."

"Rasional?" tanya Keisha sambil menatap Juna tak percaya.
"Jatuh cinta sama adik kandung sendiri juga disebut rasional?"

Juna menatap tak percaya pada Keisha.
"Maksud lo apa ngomong gitu?" tanya pria itu dengan suara mendingin.

"Aku tahu, kok. Dari cara kamu mandang Xeryn aja udah beda," ujar Keisha.
"Kamu dan Daniel ... kalian berdua punya cara pandang yang sama ke Xeryn."

"Da-niel?"

■■■
To be continue~

Unexplained✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang