Ada yang masih simpan cerita ini di perpustakaannya?
Heheh, mungkin kalian bisa menganggap ini adalah extra part. Bagian ini hampir saja menjadi ending untuk Unexplained.
Sebenarnya cerita ini mau aku setopin di Part 26. Kisah yang Dipaksa Berakhir tanpa ada embel-ember extra part. Namun, ketika aku lihat kolom komentar yang dibanjiri oleh kata "lanjut" dll. Jadi, yah, aku buat ini.
Semoga kalian tidak kecewa.
SELAMAT MEMBACA
■■■[1] Unaffiliated; What If ...?
Back to Part 17. The Way of Saying Love
"Apa yang terjadi?!"
"Saya pikir vena cava superiornya pecah."
"Jangan panik! Mulai lakukan kompresi! Sulit untuk mengontrol pendarahan dengan jahitan vena saat ini."
"Do-dokter, tanda-tanda vital pasien melemah!"
.
.
.Daniel tidak pernah bermimpi jika ketika ia bangun dari koma, hal pertama yang akan menyambutnya adalah dinginnya ruangan beraroma obat-obatan dengan langit-langit putih.
Kemudian di menit-menit selanjutnya, Juna akan masuk dengan pakaian serba hitam dan wajah pucat tanpa semangat walau hanya sekadar senyum kecil untuk menyambutnya yang telah sadar.
"Niel ... lo udah sadar."
Suara Juna serak hingga membuat Daniel enggan untuk bertanya lebih. Daniel memilih diam dan membiarkan Juna melepaskan kemeja hitamnya, menyisahkan kaos putih polos.
"Gimana keadaan lo?" tanya Juna sembari menarik kursi di samping ranjang dan mendudukkan dirinya di sana. "Mau gue panggil dokter?"
Daniel menggeleng. "Dokter udah ke sini tadi," katanya memberitahu. "Kebetulan ketika gue sadar, ada perawat yang mau periksa keadaan gue."
Juna mengangguk. "Lo mau makan?" tanyanya. "Mau gue beliin sesuatu?"
Daniel kembali menggeleng. "Jun," panggilnya pelan. "Xeryn di mana? Dia ... baik-baik aja, 'kan?"
Namun, Daniel tidak segera mendapatkan jawabannya. Pria itu hanya mendapati senyum pahit di wajah Juna dengan mata yang mulai memerah. Seolah memberikan tanda jika ... ada yang telah terjadi.
"Dia ... sudah baik-baik, Niel."
Jawaban itu tidak lantas membuat Daniel merasa lebih baik. Malah memberikan perasaan risau yang kian menjadi.
●●●
Harusnya Daniel paham akan maksud kalimat "Dia ... sudah baik-baik, Niel." yang Juna katakan padanya seminggu lalu. Pakaian serba hitam, wajah pucat tanpa binar, pun mata berkaca-kaca yang Juna sudah menjelaskan semuanya.
Xeryn benar-benar sudah baik-baik saja.
Nisan yang bertuliskan nama Axerynda Lenanta Atmadja adalah jawabannya. Xeryn sudah baik-baik saja di sisi Tuhan. Tanpa perlu merasa sakit lagi, tanpa perlu terlibat hal-hal berbahaya lagi, juga tanpa perlu mengkhawatirkan segalanya lagi.
Dia sudah baik-baik saja.
Namun, Xeryn .... maaf. Sebab Daniel tidak baik-baik saja sekarang. Kehilangan orang yang paling ia cintai tak akan mudah diikhlaskan. Kehilangan adalah hal yang paling ditakuti oleh tiap orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexplained✓
Teen Fiction[BAGIAN KEDUA DARI UNEX-SERIES] Cover by @jelyjeara_ ----- Xeryn pikir bahwa happy ending untuk kisahnya adalah ketika bertemu dengan ayahnya, memiliki dua kakak hebat yang selalu menyayanginya, dan bertemu dengan Sean. Namun, kedatangan Zakeisha Le...