5. Ada Apa Denganku?

1.9K 241 14
                                    

Hai, hai!

Seperti biasa, jangan lupa vote dan tandai typonya, ya. Buat kalian yang mau kasih saran dan komentar, bisa banget. Tetap dalam bahasa yang sopan, oke.

SELAMAT MEMBACA

■■■

Xeryn menarik napas dalam-dalam sambil menikmati hembusan angin yang memainkan rambutnya. Rooftop memang menjadi pilihan terbaik untuk menenangkan diri.

Tadi ... Xeryn jelas paham dia sudah bertindak lebih. Semata-mata karena pria itu mengusiknya. Namun, di balik itu semua, Xeryn melampiaskan kegundahannya kepada pria itu. Menjadikan Rico sebagai tempat pelampiasan.

Jika saja Daniel tidak menyentuh pundaknya tadi, menyadarkan Xeryn akan apa yang gadis itu lakukan. Bisa saja apa yang terjadi pada Rico saat itu lebih dari apa yang Xeryn lakukan tadi. Bisa saja, Xeryn benar-benar akan menghilangkan nyawa pria itu.

Sudah cukup lama Xeryn mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Tidak sama seperti dulu. Kedatangan Daniel, Juna dan ayahnya berhasil membuat emosi Xeryn lebih stabil, menjadikan gadis itu lebih bersahabat.

Namun, jelas. Sifat Xeryn yang telah terbentuk sejak kecil karena terlalu besar menaruh dendam atas masa lalu tidak sepenuhnya bisa dihilangkan. Kadang, ketika memendam emosi berlebih, Xeryn akan lepas kontrol. Seperti kejadian tadi.

Tanpa sadar Xeryn merasa takut. Takut pada dirinya sendiri. Sebab saat ini, gadis itu sadar, sudah ada orang-orang yang ia cintai. Mereka adalah orang-orang yang ingin Xeryn lindungi. Dia takut jika suatu saat, ketika ada orang yang tak menyukainya dan berniat menyakitinya, mereka akan melakukan tindakan keji dengan menyentuh orang yang ia cintai, melakukan itu semata-mata agar bisa menyerangnya.

Karena memikirkan hal ini, Xeryn merasa ... takut.

Tanpa bisa dicegah, tubuhnya menggigil. Pikirannya menjadi bercabang, memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Terlebih ketika gadis itu ingat wajah Rico tadi.

Pria itu berbahaya.

Xeryn menyadarinya. Tatapan mata tak mau kalah dan tak takut apapun. Mata jahat penuh akan dendam dan maksud. Bahkan, Xeryn yakin, mata itu jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan matanya.

Sekali lagi Xeryn menghela napas panjang. Untuk kali ini saja, gadis itu memohon pada Tuhan untuk melindungi orang-orang yang ia cintai. Jika Tuhan membencinya, marah dengan segala dosa yang telah Xeryn lakukan. Tak apa. Jika gadis itu yang nantinya akan terluka, yang akan tersakiti. Tak apa. Tetapi, atas nama Tuhan yang penuh kasih, Xeryn mohon agar Dia mau melindungi orang-orang yang Xeryn cintai. Tolong.

Tanpa bisa dicegah, satu tetes air mata Xeryn terjatuh. Ketakutan akan kehilangan yang ia rasakan berhasil mempengaruhi hati dan pikirannya.

●●●
"Lo dari mana?" tanya Daniel sedikit menaikkan intonasi ketika pria itu berhasil menemukan Xeryn.

Xeryn baru saja turun dari tangga rooftop. Berniat kembali ke kelas. Namun, dia sedikit kaget ketika menemukan Daniel yang hendak menuju rooftop dengan kemeja yang terlihat sedikit kusut. Alhasil keduanya bertemu di depan tangga yang menghubungkan rooftop sekolah dengan lantai tiga.

"Kenapa, sih?" Bukannya menjawab, Xeryn malah balik bertanya.
"Gue dari rooftop, habis nyari angin."

Daniel menghela napas lega. Pria itu maju, tangannya terulur, menyentuh puncak kepala adiknya.
"Lo baik, 'kan?" tanya Daniel tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

Unexplained✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang