14. Asumsi dan Ambisi

1.6K 194 13
                                    

Hai, hai!

Idenya lagi lancar banget. Jadi, hari ini Naya update lagi. Semoga suka! Jangan bosan-bosan ketemu Naya, ya. Seperti biasa, vote dan komen yang banyak agar Naya makin semangat updatenya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Keisha berjalan cepat dengan napas memburu dan tatapan mata penuh emosi. Gadis itu berjalan cepat menuju ujung lantai tiga, tepat di dekat tangga menuju rooftop sekolah.

Sambil mengutak-atik ponsel dengan tak sabar, Keisha berdecak kesal. Kemudian gadis itu mendekatkan ponsel dengan telinga.

"Sial! Lo ke mana aja, sih?" katanya bersuara sedikit tinggi.

"..."

"Sabar? Lo gila? Nggak! Gue nggak mau tahu, pokoknya lo cari orang untuk bisa nyingkirin Xeryn!" Keisha berujar penuh tekad.

"..."

"Secepatnya! Lo mau nunggu dia nyerang kita? Nggak bisa! Gue nggak—"

Ucapan Keisha terputus karena tarikan kuat di ponselnya hingga sekarang ponsel itu telah berpindah tangan.

"LO!" teriak Keisha marah.
"Balikin ponsel gue!"

Xeryn, si pelaku. Gadis itu menatap layar ponsel Keisha, membaca nama yang tertera di sana.

"Monica," ujarnya sambil tersenyum miring.

"Balikin ponsel gue!" perintah Keisha yang hanya dihadiahi tatapan meremehkan dari Xeryn.

Xeryn malah mendekatkan ponsel Keisha di telinganya. Berbicara dengan orang dalam panggilan telepon.
"Jika kalian mau ngehabisi gue, hadapi gue langsung. Lo ingat, 'kan, jika gue pernah bilang untuk nggak nambah kerjaan gue?" katanya sambil menatap tajam pada Keisha.

Setelah berujar seperti itu, Xeryn melempar kuat ponsel Keisha ke arah kaca jendela yang tertutup, tepat di belakang Keisha. Hal tersebut tentu saja membuat kaca itu retak parah dengan ponsel Keisha yang kembali menantul ke arah mereka,  jatuh cukup jauh di belakang Xeryn.

"LO!" teriak Keisha marah.
"APA YANG LO LAKUIN, BANGSAT?!"

Xeryn tersenyum miring.
"Lempar ponsel lo," jawabnya santai.
"Oh iya, lo lupa jika urusan kita belum selesai?" tanya gadis itu ringan. Selanjutnya tatapan mata Xeryn berubah menjadi lebih tajam.
"Sekarang giliran gue yang bertanya. Apa maksud lo bertingkah layaknya korban dengan jatuhin diri sendiri ke kolam? Lo mau buat gue jadi penjahatnya di sini?"

"Lo!" Keisha menatap Xeryn penuh peringatan.

Xeryn mendorong pundak gadis yang ada di hadapannya kuat hingga termundur dua langkah.
"Lo pikir dengan tingkah menjijikan lo itu bisa buat gue hancur?"

Dorongan kedua berhasil membuat Keisha terbentur dinding kaca di belakangnya. Guncangan kecil yang dilakukan Keisha berhasil membuat sedikit beling-beling kaca akibat retakan yang terjadi jatuh dan ada beberapa yang berhasil mengenai pundak kiri Keisha.

Hal selanjutnya yang Xeryn lakukan adalah meninju retakan kaca besar di yang dihasikan ponsel tadi kuat-kuat hingga kini benar-benar pecah dengan serpihan yang mulai jatuh ke lantai. Beberapa diantaranya mengenai sepatu mereka. Tangan kanan Xeryn mulai mengeluarkan darah tetapi wajah gadis itu tidak menandakan rasa sakit sama sekali. Mata Xeryn menggelap.

Tak puas dengan apa yang baru saja ia lakukan, Xeryn mendorong Keisha kuat hingga terbentur kencang pada dinding kaca yang telah retak. Berhasil menambah kerusakkan pada kaca tersebut. Pecahan kaca tajam yang masih menempel pada tiang jendela merobek belakang baju Keisha hingga ujung pecahan melukai punggung gadis itu.

"Ahk! Sshh!" ringis Keisha karena sakit. Bahkan di pecahan tersebut merembes sedikit darah. Air mata Keisha mulai menetes.

"Lo belum tahu jahatnya gue gimana tapi seenaknya aja lo ngusik ketenangan gue?" tanya Xeryn dengan tatapan mata yang berbahaya.
"Terus sekarang lo udah niat buat bunuh gue dengan mau ngirim pecundang-pecundang itu?" Xeryn tersenyun miring, tanda akan bahaya yang siap menimpah siapa saja.
"Perlu gue ingatin jika dalam tubuh gue mengalir darah Iblis yang berbahaya?"

Keisha menggeleng. "Le-lepasin gue!"

"Gue peringatin sekali lagi!" kata Xeryn sambil mendekat ke arah telinga Keisha dengan dorongan yang lebih kuat.

"Ahkk! Xer—"

"Ngusik gue berarti ngantar nyawa," ujar gadis itu tanpa memperdulikan ringisan dan isak tangis Keisha karena kesakitan.
"Gue bukan orang yang baik hati, paham?"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Xeryn melepaskan Keisha. Gadis itu segera berbalik tanpa memperdulikan Keisha yang kini menangis. Ironisnya telapak tangan Keisha tertusuk beling-beling kaca yang berada di lantai ketika gadis itu terduduk karena terlalu syok dan takut dengan apa yang dilakukan Xeryn padanya tadi.

Xeryn berjalan dengan tangan terkepal erat dan darah yang menetes dari kepalan tangannya. Ketika menemukan ponsel Keisha yang tergeletak di lantai, kaki Xeryn menginjaknya kuat. Sedetik kemudian, ditendangnya ponsel itu yang menimbulkan teriakan dari si pemilik ponsel.

Sekarang Keisha sadar akan satu hal. Xeryn ... dia sangat berbahaya.

●●●
Itu tidak sepenuhnya benar. Xeryn tidak terganggu dengan tingkah Keisha yang menjatuhkan dirinya sendiri ke kolam atau perkara orang-orang yang akan di kirim gadis itu padanya. Bagi Xeryn itu hanyalah sebuah kerikil yang menghalangi langkah kakinya. Tak berarti sama sekali.

Itu hanya akal-akalan Xeryn saja agar bisa memberikan peringatan pada gadis itu untuk tidak bertingkah lebih jauh lagi.

Sebab, satu-satunya yang sekarang sangat mengganggu Xeryn adalah pesan sialan itu. Celakanya, semua asumsi darinya atau pun Dara dan Amel tertuju pada Zakeisha Lesham. Orang yang paling berpotensi untuk mengirimnya pesan sialan itu.

Keparat!

Rasa ingin menghancurkan Keisha begitu besar. Gadis gila itu telah berhasil mengusiknya terlalu jauh. Terlebih dengan memberinya pernyataan gila jika fuck kedua kakaknya mencintai Xeryn ... sebagai seorang perempuan.

Namun, tidak bisa. Xeryn tidak bisa membunuhnya begitu saja. Dari pada mati, Xeryn akan membiarkan Keisha hidup dalam siksaan hingga gadis itu memohon padanya untuk mati.

Xeryn memang sejahat itu. Harusnya kalian tidak perlu kaget, bukan? Sedari awal gadis itu telah memberikan peringatan jika dalam dirinya mengalir deras darah Iblis yang berbahaya.

Bunyi notifikasi sebuah pesan berhasil menarik Xeryn dari pikiran liciknya. Sambil menghela napas pendek, gadis itu mengambil ponsel dari dalam saku dan seketika degub jantungnya berdebar keras dengan rasa gelisah yang kembali mengganggunya.

Satu pesan baru dari kontak yang tidak ia simpan. Nomor yang sama dengan nomor yang kemarin mengirimnya pesan sialan itu!

(+62) 857-XXXX-XXXX
Miss me, Sayang? Bagaimana jika kita merencanakan permainan menarik untuk merayakan perpisahan kelas 12 nanti? Gue akan nyiapin pesta luar biasa untuk kita nikmati bersama. Tunggu saja kabar baiknya karena sebuah kejutan menanti, Axerynda.

"Keparat!" umpat Xeryn hampir saja melempar ponselnya.

Segera gadis itu membuat panggilan telepon pada nomor tersebut. Tetapi seperti yang sebelumnya, seketika nomor itu tidak bisa dihubungi. Lima enam kali Xeryn coba tetapi hasilnya sama. Tidak aktif.

"Bangsat!" Kembali gadis itu mengumpat karena emosi yang menguasainya, juga rasa takut yang kembali mengusik ketenangannya.

Hingga seketika dia sadar akan satu hal. Ponsel Keisha baru saja ia banting dengan kuat. Jelas kondisi ponsel malang itu saat ini tidak baik-baik saja. Ponsel itu rusak parah.

Bagaimana cara gadis itu menghubunginya? Apa Keisha memiliki ponsel cadangan?

Atau ...

Pelaku pengirim pesan sialan ini bukan Keisha? Jika bukan ..., lalu siapa?

Sialan! Teka-teki gila apa lagi yang harus ia pecahkan sekarang?!

■■■
To be continue~

Unexplained✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang