Hai, hai!
Seperti biasa, jika ada typo tolong ditandai, ya. Jangan lupa vote dan komen juga.
SELAMAT MEMBACA
■■■
Keisha membuka matanya ketika merasa ada gerakan di atas ranjang UKS. Bisa dia lihat di sana Juna dan Sean. Juna duduk di sebuah bangku di sisi kanan ranjang. Sean sendiri duduk di pinggir ranjang. Tak jauh dari mereka, Leo dan Zoey sedang asik berbicara dengan Miss Alisya. Sedangkan Daniel berdiri sambil bersandar di dinding dengan mata terpejam.
"Arjuna ...," panggil Keisha sambil memegang tangan Juna yang berada di atas ranjang.
Juna menoleh, tetapi tidak balas menggenggam, pun juga tidak menjawab panggilan Keisha. Pria itu hanya membiarkan tangan Keisha menggenggm tangannya.
"Lo udah bangun?" tanya Leo dari meja Miss Alisya.
Miss Alisya bangkit dari tempatnya, memeriksa keadaan Keisha sesaat, sebelum berujar, "Kamu sudah baik-baik saja. Jika masih pusing, bisa berbaring lagi hingga enakan."
"Makasih, Miss," kata Keisha sebagai jawaban.
Daniel menghela napas, kemudian berlalu. Keluar dari ruang UKS. Keisha yang melihat itu segera melepaskan tangan Juna dan memalingkan wajahnya. Hal tersebut jelas membuat Leo berdehem. Juga Juna yang mendesa kecil.
Sean menghela napas, kemudian bangkit dari posisi duduknya.
"Gue mau cari minum dulu," katanya sambil memberi kode kepada Leo dan Zoey.Zoey berdehem sebentar, mengirim sinyal kepada Miss Alisya.
"Miss nggak mau buat teh untuk Kei?"Miss Alisya mengangguk, paham maksud Zoey.
"Arjuna temani Keisha sebentar, ya. Miss mau buat teh."Juna tak menjawab. Dia hanya mengangguk sambil menarik kursinya sedikit lebih jauh dari ranjang. Keisha sendiri masih mengalihkan pandangan. Tak menatap Juna.
"Aku tahu banyak yang ingin kamu omongin," kata Keisha pelan.
"Tentang kejadian tiga tahun lalu, juga mungkin kedatangan aku ke sini."Juna tidak merespon. Pria itu masih menatap lurus ke arah Keisha yang kini bangkit dari posisi berbaringnya dan balas menatapnya.
Ada hening selama beberapa saat, sebelum Keisha menghela napas.
"Arjuna ... aku minta maaf," ujar gadis itu.
"Aku tahu aku salah. Tapi, jangan gini. Aku nggak mau kamu jauhi aku, Arjuna."Juna menatap Keisha datar. Tak ada ekspresi berarti
"Lo hanya terlalu terbiasa dengan kehadiran gue, Kei," balas pria itu membuat Keisha kaget."Lo? Gue? Arjuna ... kamu?" Keisha tidak bisa membalas ucapan Juna. Dia seolah kehilangan kata-kata. Terlalu kaget ketika mendengar Juna mengubah panggilan mereka yang semula aku-kamu menjadi gue-lo.
Juna mengangguk sebelum berujar, "Lo udah terlalu terbiasa dengan kehadiran gue. Juga lo udah terlalu nyaman dengan peran sebagai kekasih gue yang selama ini lo mainkan." Ada jeda yang sengaja Juna buat.
"Perasaan gue udah selesai tiga tahun lalu. Saat gue dengar sendiri pengakuan lo ke Daniel dan kejujuran lo ke Sean. Gue nggak masalah dengan itu," kata Juna membuat Keisha terbelalak kaget.
"Lo datang dan bertingkah seolah kita ada hubungan, bilang ke Xeryn lo pacar gue padahal kita nggak pernah jadi apa-apa, gue masih terima itu.""Arjuna, aku ...."
"Kei," panggil Juna memotong ucapan Keisha.
"Gue lihat sendiri tadi, lo yang jatuhin diri lo ke kolam dan menenggelamkan diri sendiri. Gue jelas ingat lo pernah ikut lomba renang saat kelas empat SD dan memenangkan medali perunggu. Tinggi kolam renang itu nggak akan bisa buat lo tenggelam.""Bagaimana ...?" Keisha menutup mulutnya. Dia kehilangan kata-kata.
"Gue tahu lo baik, Kei." Juna menatap Keisha penuh permohonan.
"Jadi tolong, jangan pernah sentuh adik gue. Jangan ulangi apa yang lo lakuin tadi. Bertingkah jika lo yang tersakiti dan buat Xeryn seolah-olah jadi penjahatnya di sini.""Juna, kamu ...? Nggak mungkin." Keisha menggeleng keras. Dia tidak percaya dengan apa yang ada di pikirannya sekarang.
Juna bangkit dari posisi duduknya. Dia mengangguk, seolah membenarkan apa yang Keisha pikirkan tentangnya.
"Xeryn ...." Juna memejamkan matanya sesaat sebelum membalas tatapan Keisha.
"Dia ... adik gue yang sangat berharga."Keisha menggeleng keras.
"Nggak, Jun," kata gadis itu sambil menatap tajam ke arah Juna.
"Kamu nggak natap dia sebagai adik. Aku tahu!"●●●
"Xeryn tunggu!"Xeryn berbalik sambil menatap Sean dengan tatapan tajam.
"Gue nggak pernah dorong dia ke kolam!" ujarnya sambil menaikkan intonasi.
"Berhenti nuduh gue atas apa yang nggak pernah gue buat, Sean!""Gue nggak nuduh lo!" balas Sean berteriak.
"Gue nanya, Xeryn. Gue hanya tanya!"Xeryn mendengkus keras.
"Listen carefully! Gue sama dia ... berdebat tentang Juna! Dia yang mancing emosi gue dan oke, gue akui gue nggak baik dalam menahan emosi. Tapi, sumpah demi Tuhan! Gue nggak dorong dia!" jelasnya."Maksud lo dia jatuhin dirinya sendiri ke kolam?" tanya Sean.
Tidak ada yang salah dengan pertanyaan Sean. Hanya memang, Xeryn yang kepalang emosi dan malah menyalahartikan maksud dari pertanyaan pria itu.
"Terserah lo percaya atau enggak," ujar Xeryn sambil berbalik, meninggalkan Sean yang memanggil namanya.
Xeryn masuk ke dalam mobil, tak peduli dengan tasnya yang tertinggal di ruang kelas. Setelah menarik napas panjang, gadis itu mulai menghidupkan mobil dan menjalankannya keluar gerbang.
Satpam sekolah yang mencoba menghentikannya tak ia pedulikan. Xeryn tetap melajukan mobil, menabrak kuat gerbang sekolah yang masih tertutup hingga rusak.
Gadis itu mengendarai mobil tak tentu arah dengan kecepatan tinggi.
Boleh saja jika Xeryn tidak memperdulikan ucapan Sean atau reaksi dari Juna dan Daniel. Tetapi sekarang tidak bisa. Mereka sudah menjadi orang terdekatnya sekarang. Ketakutan akan kehilangan lagi, itu yang Xeryn rasakan. Hingga yang terpikir dalam otaknya adalah pergi sejauh mungkin untuk menenangkan pikiran.
Lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Namun, Xeryn yang kepalang emosi tak memperdulikannya dan tetap melajukan mobil. Bunyik klakson saling bersahutan, umpatan dari para pengendara tak ia dengarkan. Hingga, dari sisi kanan jalan, ikut melaju mobil dengan kecepatan tinggi pula hingga ....
Brak!
Tabrakan terjadi.
Kepala Xeryn membentur setir mobil kuat hingga berdarah. Mobilnya menabrak sebuah pagar bangunan yang ada di dekat jalan. Orang-orang mulai mengerumuni mereka. Ada yang khawatir, ada pula yang malah mengatainya karena tidak menaati peraturan lalu lintas.
Tangan Xeryn bergetar meraih ponselnya. Nama Dara cari dan segera menghubungi sahabatnya itu.
"Halo, Xer! Bangsat, di mana lo?"
Xeryn terbatuk sebentar, darah mengalir dari pelipisnya.
"Ra ...," panggilnya dengan suara bergetar."Sialan! Sharelock sekarang!"
Panggilan terputus. Mata Xeryn mulai mengabur tetapi berusaha ia tahan. Tangannya dengan gemetar mengirim lokasinya ke Dara.
Gadis itu tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi yang ia dengar hanya bunyi sirine dan panggilan-panggilan dari suara asing. Ketukan kuat di kaca mobilnya dan tarikan pada lengannya, sebelum tubuhnya di angkat.
Xeryn hanya berharap jika Dara bisa merahasian kejadian ini dengan baik. Sebab, dia tidak mau membuat ...
Daniel, Juna dan Sean khawatir karenanya.
■■■
To be continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexplained✓
Teen Fiction[BAGIAN KEDUA DARI UNEX-SERIES] Cover by @jelyjeara_ ----- Xeryn pikir bahwa happy ending untuk kisahnya adalah ketika bertemu dengan ayahnya, memiliki dua kakak hebat yang selalu menyayanginya, dan bertemu dengan Sean. Namun, kedatangan Zakeisha Le...