10. Sebuah Pesan

1.6K 209 6
                                    

Hai, hai!

Xeryn kembali menyapa kalian. Jika ada typo, tolong ditandai, ya. Vote dan komen jangan lupa.

SELAMAT MEMBACA

■■■

Hal pertama yang Xeryn lihat adalah langit-langit putih dengan aroma obat-obatan yang menguar. Ringisan ia berikan ketika rasa sakit di kepalanya menyerang.

"Lo udah sadar? Perlu gue panggilin dokter nggak?"

Xeryn melihat siapa yang bersuara. Gadis itu mendapati Dara dan Amel berdiri dengan raut wajah khawatir yang terlihat jelas di wajah mereka.

Dara yang tadi bertanya memilih menghela napas ketika gelengan ia dapatkan sebagai jawaban. Gadis itu berjalan mendekati Xeryn.

"Sialan, Xer!" umpat Dara sambil mengusap wajahnya sendiri.
"Lo rusakin gerbang sekolah dan dengan santainya nelfon gue di saat lo kecelakaan?"

Xeryn terkekeh mendengar ucapan Dara. Sahabatnya itu memang selalu begitu. Berbicara pedas walau tentu saja ia yang paling paham situasi.

"Mau gue telfon kakak lo nggak? Juna atau Daniel mungkin," tawar Amel.
"Tadinya mau gue hubungi mereka, tapi Dara ngelarang. Katanya tunggu lo bangun dulu."

Lihat?

Dara yang paling bisa diandalkan. Pilihannya menghubungi Dara adalah langkah yang paling tepat.

"Xer? Lo nggak amnesia lagi, 'kan?" tanya Dara khawatir ketika dirinya belum memberikan respon apa-apa.

"Daraaa ...," rengek Amel sambil menggoyang lengan sahabatnya dengan wajah yang hampir menangis.
"Nggak mungkin Xeryn hilang ingatan lagi, 'kan? Panggil dokter aja cepat!"

Xeryn tersenyum kecil.
"Gue oke, kok," jawabnya.
"Jangan ... jangan kasih tahu mereka. Jangan bilang siapapun."

Amel dan Dara saling pandang. Mereka tidak langsung memberikan jawaban. Keduanya terdiam, seolah meminta Xeryn untuk menjelaskan lebih.

"Gue lagi ada sedikit masalah sama mereka," kata Xeryn sambil mengalihkan pandangan.
"Ceritanya nanti aja, ya. Kepala gue pusing."

●●●
"Bunda, Xeryn ke mana?"

Rita yang sedang mencuci sayur berbalik ketika mendapati Daniel masuk ke dalam rumah. Pria itu tampak sedikit kacau.

"Kamu kenapa? Berantem sama Xeryn?" tanya Rita sambil meletakkan sayur ke dalam wadah dan mencuci tangan. Wanita itu berjalan menghampiri putranya.

Daniel menggeleng sebagai jawaban.
"Sudah jam segini. Aku lihat mobilnya belum ada," katanya.

Rita mengangguk.
"Iya," jawabnya.
"Mungkin Xeryn agak terlambat pulangnya. Kamu nanti hubungi dia. Sana, mandi dulu. Bunda mau masak untuk makan malam."

Daniel menurut. Pria itu naik ke lantai dua, menuju kamarnya. Tetapi Daniel tidak langsung mandi seperti yang diperintahkan bundanya. Dia mengambil ponsel, menghubungi Xeryn. Tiga empat kali, panggilannya tidak dijawab. Tak ingin menyerah, Daniel mencari nama kontak Dara dan memilih menghubungi gadis itu.

"Hm?"

Daniel segera bangkit dari posisi berbaringnya.
"Ra, lo sama Xeryn?" tanya pria itu cepat.

Daniel sedikit mengernyit ketika tidak segera mendapat jawaban. Diperiksanya panggilan tersebut apakah masih terhubung atau tidak.

"Halo, Ra. Lo bisa dengar suara gue, 'kan?" tanya Daniel memastikan.

Unexplained✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang