Zika adalah mahasiswi kampus jurusan manajemen tahun keempat. Saat ini saja, ia tengah memperhatikan baik-baik dosen di depan sana sambil mencatat materi yang ada di sana di buku berwarna kuning miliknya.
"Kalau begitu, selamat siang," ucap dosen di depan sana mengemasi buku dan langsung keluar ruangan.
Zika menghela nafasnya panjang dan merenggangkan tubuhnya.
Tring
Mata gadis itu melirik ke layar ponselnya yang menyala. Tangannya mengambil benda pipih itu.
Sesil
Ka, gw pulang duluan. Abis ini kerja pt soalnya, hehe.Jari gadis itu mengetik pesan balasan dengan cepat.
Iya. Gw juga ada kerja abis ini
Setelah mengirim pesan itu pun, Zika berdiri dan mengambil buku di meja lalu berjalan naik ke atas tangga menuju pintu keluar. Gadis itu memasang topi yang tadi pagi dipakainya di kepala dan berjalan keluar kampus sendiri.
Jangan kalian kira, Zika adalah anak orang kaya yang datang menggunakan mobil, suka nongkrong di mall seperti anak lainnya. Dia bisa berkuliah disinipun gara-gara mendapat beasiswa karena nilainya yang bagus.
Gadis itu melewati toko pertoko dengan santai. "Oh, iya. Sepeda gue di tempat kerjaan. Hampir aja lupa."
Zika terus melangkah hingga sampailah dia salah satu cafe di pinggir jalan kota itu. Tampak di dalam, ada beberapa orang kantor dan remaja disana sedang ngobrol atau mengerjakan sesuatu.
"Hai kak Bi," sapanya pada salah seorang perempuan yang sudah memakai seragam cafe.
"Yo, Zik. Sana ganti!" jawab Gabi, kakak satu tingkat sekampusnya.
Zika mengangguk.
"Hoy, kak Bin," sapanya pada saudara kembar Gabi, Gabin.
Gabi dan Gabin adalah pemilik cafe itu. Lebih tepatnya pemilik cafe itu adalah orangtua mereka. Karena Zika dulu saat kegiatan OSPEK ia berkenalan dengan Gabi. Dan kebetulan, Gabi saat itu sedang membutuhkan pegawai di cafenya. Jadi, sejak saat itu Zika bekerja disana.
"Oh, udah kelar kelas lo?" tanya Gabin yang tengah meracik kopi.
"Iya, udah," jawab Zika mengambil seragamnya di rak dan mengganti seragamnya di ruangan khusus pegawai.
Gadis itu mengucir rambutnya dan keluar. Ia menuju tempat Gabin dan membantu laki-laki itu untuk menyeduh minuman.
"Hari ini lumayan banyak yang dateng ya, kak," ujar Zika sambil tetap bekerja.
"Iya deh, keknya," jawab Gabin menoleh ke para pengunjung.
"Btw, sepeda gue masi disini kan?"
"Iya. Tuh gue simpen di bagasi."
"Oke, makasih deh udah diamanin," cengir gadis itu.
"Nih, lo anter ke meja nomor enam," kata Gabin menunjuk dua gelas kopi yang selesai diraciknya.
Zika mengangguk dan membungkus dua gelas itu lalu berjalan menuju meja nomor enam.
"Ini pesanan anda," ucapnya sopan memberikan pesanan wanita itu.
Tak basa-basi lagi, ia kembali. Jam kerjanya disana adalah sampai jam tujuh malam. Tapi kadang ia juga mengambil jam kerja malam yaitu sekitar jam lima sore sampai jam sepuluh malam.
***
"Gue pulang dulu, kak," pamitnya pada Gabin dan Gabi seraya mengambil buku dan tas selempangnya."Yoi. Hati-hati lu!" jawab Gabi keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine A.M
Teen Fiction(tamat) "Lo nyuruh gue buat tetep senyum apapun yang terjadi. Masalahnya, apa gue pantes buat tetep senyum abis lo pergi? Dunia seolah berubah menjadi kelabu. Gue senyum,tanpa alasan dan sebab yang jelas. Sebelum, pagi itu gue tabrakan sama seseoran...