Di rumah, Rayen tengah makan siang di meja makan. Cowok itu tinggal sendiri semenjak lulus kuliah. Begitu juga Raya. Bedanya, Rayen meyetujui tawaran ayahnya untuk bekerja di kantornya, tapi Raya memilih untuk bekerja sendiri.
Mengingat hari ini sedang libur, cowok itu pun memilih untuk berdiam diri di rumah saja.
Oh, iya. Gue mau beli sabun cuci baju ke toko sebelah. Mending jalan kaki aja, deh.
Ia pun menaruh piring di wastafel dan berjalan keluar untuk membeli detergen. Tak lupa, cowok itu menutup pintu.
Selang beberapa menit, ada sebuah mobil yang memasuki pelataran rumah cowok itu dan berhenti disana.
"Ayo turun! Ini rumah adek gue tersayang," suara seorang laki-laki membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan itu.
Dengan gaya berbicara seperti itu, siapa lagi kalau bukan Raya? Seorang gadis juga turun dari mobil dan memperhatikan rumah itu.
"Rayen tinggal disini sama siapa?" tanya Zika.
"Sendiri, dong," jawab Raya yang sudah berjalan menuju pintu rumah tersebut.
Karena semalam Rayen tidak membalas pesannya, Zika pun bertanya kepada Raya. Ia hanya ingin tahu dimana laki-laki itu tinggal. Eh, Rayen tidak membalasnya. Tak disangka Raya malah mengajaknya bersama ke rumah Rayen.
"Zik, tau nggak kebiasaan buruk Rayen dari dulu?" tanya Raya menoleh ke arah gadis itu sambil memasang sebuah senyuman misterius.
"Apa emang?" tanya Zika mendekat.
Raya mendorong gagang pintu rumah itu. "Dia nggak pernah ngunci pintu."
"Hah? Bahaya banget lah, njir."
Raya terkekeh dan masuk ke dalam rumah itu.
"RAYEN," teriak cowok itu.
"Woy, jangan teriak-teriak!" ujar Zika.
Cowok itu menoleh. "Nggak papa, elah. Dia kan adek gue."
"Permisi," ucap Zika ikut masuk.
"RAYEN. ADEKKU TERCINTA."
"Woy, jangan teriak-teriak!"
"Aneh. Apa Rayen nggak ada di rumah? Biasanya kalau gue teriak-teriak gitu, dia pasti marah-marah sama gue," ujar Raya nampak berpikir.
Sedangkan Zika menatap pria itu tak habis pikir. Pandangannya terjatuh pada sebuah piring yang ada di wastafel.
Apa dia habis makan? Kenapa nggak langsung dicuci?
Gadis itu menghampiri wastafel tersebut dan menyalakan keran air untuk mencuci piring dan satu sendok tersebut. Raya melirik gadis itu sambil tersenyum.
"Oh, ya. Gue penasaran apa isi kulasnya sih?" ucap Raya membuka kulkas yang ada disana.
"Tangan lo nggak sopan ya nyentuh barang orang seenaknya," ucap Zika.
"Padahal lo juga gitu," ucap Raya.
Zika menaruh piring itu di sebuah wadah disana untuk menunggu agar kering.
"Oh, ya. Ayo gue ajak!" ucap Raya melangkah dari tempatnya berdiri.
"Heh, Rayen nggak bakal marah nih?" tanya Zika. Tapi kaki dan pikirannya tak sejalan. Kaki gadis itu melangkah mengikuti Raya yang melangkah kemana.
Cowok itu membuka sebuah pintu dan masuk sambil bersenandung. "Ini kamar Rayen."
Zika ikut masuk. Ruangan yang rapi. Terdapat satu ranjang, satu buah meja kerja, dan satu kursi. lemari dan cermin. Tidak banyak perabot disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine A.M
Teen Fiction(tamat) "Lo nyuruh gue buat tetep senyum apapun yang terjadi. Masalahnya, apa gue pantes buat tetep senyum abis lo pergi? Dunia seolah berubah menjadi kelabu. Gue senyum,tanpa alasan dan sebab yang jelas. Sebelum, pagi itu gue tabrakan sama seseoran...