Saat ini, Rayen tengah bersama Hanif di rumah cowok itu. Karena ia sendiri juga jarang berkunjung karena Hanif sendiri jarang ada di rumah karena pekerjaan.
"Woy, Ray. Ambilin tuh kotak tisu dong!" ujar Hanif yang sedang memakan camilan yang dibawakan sohibnya itu. Tak peduli umurnya, Hanif tetap menyukai keju seperti dulu.
"Ambil sendiri napa?" tanya Rayen melempar kotak yang ada di dekatnya itu.
Mereka berdua tengah bermain play station di ruang kamar Hanif.
"Nah, nah mati lo," ujar Hanif yang fokus melihat ke arah layar.
Rayen mengerutkan kening mencoba fokus juga.
"Nah, dikit lag...YES GUE MENANG," teriak cowok itu mengangkat tangan kanannya yang memegang pancake keju.
Rayen mendengus dan meletakkan remot kontrolnya.
Hanif terkekeh dan menyandarkan punggungnya di kaki ranjang. "Gue masih tetep jago kan?"
"Iya. Lo kan cowok," jawab Rayen ikut menyomot pancake.
"Maksud gue bukan ayam jago, sialan."
"Emang jago yang mana lagi?" senyum cowok itu.
"Sabar, sabar. Btw, lo abis berantem sama abang lo?"
Rayen menoleh. "Kok tau?"
"Kayak nggak tau Raya aja. Dia spam gue terus ngirimin ujung bibirnya yang berdarah. Mana spamnya tengah malem pas gue tidur. Lima ratus pesan, gila," geleng Hanif ngeri dengan cowok satu itu.
"Hmm," gumam Rayen mengunyah makanan di mulutnya. "Omong-omong, dia ada pacar loh."
Hanif yang semula ingin minum dan sudah memiringkan gelasnya langsung menoleh kaget sampai bajunya terkena air di gelas itu.
"Serius lo?"
Rayen mengangguk. "Dia yang cerita. Gue juga dikasih tau fotonya sama pacarnya."
"G-gila. Cewek suku mana yang doyan sama tuh cowok?"
"Oh, lo besok bisa dateng ke kantor gue?" tanya Rayen.
"Buat apa?"
"Temenin gue ngomong aja."
"Oke asal ada jajannya."
Ceklek
"Heh, suara pintu lo kebuka tuh," ujar Rayen.
"Siapa yang dat..."
Mata Hanif melebar saat mengingat sesuatu.
"Woy, Ray. Lo ikut gue ke kamar mandi sekarang!"
Rayen langsung menoleh dengan tatapan aneh. "Hah?"
"Jangan mikir aneh-aneh kampret! Gue masih lurus. Udah ayo berd..."
"Woy, kakak ipar. Nih gue bawain lo cam..."
Rayen dan pria yang ada di pintu membelalakkan mata melihat masing-masing.
"Kak Reza, kenapa berhenti?" tanya seorang anak laki-laki yang tengah digandeng Reza.
Reza langsung membuang mukanya ke arah lain.
"Kak, ini gue taruh sini. Gue lang..."
"Reza." Rayen menghampiri cowok itu dan menahan pundaknya.
Reza menoleh dan menatap tajam cowok itu. Ia melepaskan tangan Rayen dari pundaknya.
"Hei, hei. Kalian kenapa?" tanya anak kecil yang digandeng Reza.
"Arlo, kita pul..."
"Nggak mau. Arlo mau main disini," potong anak kecil itu menatap sebal Reza sambil mencebikkan bibirnya. "Kata kak Reza kita kesini buat main. Masa mau pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine A.M
Teen Fiction(tamat) "Lo nyuruh gue buat tetep senyum apapun yang terjadi. Masalahnya, apa gue pantes buat tetep senyum abis lo pergi? Dunia seolah berubah menjadi kelabu. Gue senyum,tanpa alasan dan sebab yang jelas. Sebelum, pagi itu gue tabrakan sama seseoran...