Byurr
Rayen terbangun karena guyuran air yang mengenai wajahnya.
"Ah, akhirnya lo bangun juga ya?"
Cowok yang bicara barusan itu meletakkan ember dan tersenyum sinis melihat Rayen.
"Lo? Dipta?" tanya Rayen.
"Kenapa? Sekaget itu lo ketemu sama gue?" tanya cowok yang tak lain adalah temannya saat SMA itu.
Rayen menggertakkan gigi melihat cowok itu. "Bereng..."
Bukh
Satu pukulan mendarat di wajah Rayen. Dan ia baru sadar kalau ternyata wajahnya sudah dipenuhi memar.
"Ternyata lo masih hidup, ya? Abis semua yang lo lakuin sama Alya. Berani-beraninya cowok kek lo masih bernafas. Lo nggak inget apa yang lo perbuat sama Alya? KENAPA DIA BISA MENINGGAL JUGA GARA-GARA LO."
"Sialan." Rayen bangkit dan menatap nyalang cowok itu. "Cuma mulut lo nggak punya hak buat ngatain gue kayak gitu."
"BERENGSEK KAYAK LO TERNYATA NGGAK PUNYA MALU, YA?"
Rayen membalas pukulan Dipta tadi dan membuat cowok itu tersungkur.
"Hah." Dipta meringis dan mengusap bibirnya yang terluka. "Gue nggak sangka lo sesampah itu sampe abis Alya nggak ada, lo masih bisa deketin cewek lain. Gue selalu merhatiin lo dari jauh. Gue selalu nahan diri buat nggak ngehajar lo abis yang lo l..."
"Persetan!Lo siapa berengsek? Tiba-tiba muncul terus nyalahin gue." Rayen langsung menghampiri dan menarik kerah cowok itu. "Gue nggak pernah minta lo nahan diri. Asal lo tahu, melebihi gue nggak bisa maafin diri gue sendiri, gue nggak akan pernah maafin lo."
Buakh
Rayen kembali memberi pukulan untuk cowok itu.
"Tutup mulut lo!" Dipta mendorong keras Rayen. "Gue pastiin lo bakal babak belur disini."
Dipta bangkit dan memanggil beberapa orang untuk masuk ke ruangan sempit itu.
"Ikat dia! Kalian jaga dia baik-baik!. Dan jangan beri dia minum atau makan sedikitpun. Dia mau teriak sekenceng apapun buat bukain talinya, kalian jangan sampe bukain! Nanti malam saya kesini lagi," ucap Dipta mengomando orang-orang itu.
Setelah melempar tatapan sinis ke Rayen, ia pun keluar.
"ANJING. DIPTA LO MAU KEMANA? BALIK KESINI!" teriak Rayen.
Beberapa orang suruhan Dipta langsung menariknya dan mengikat tangannya.
"Sialan. Lepasin!"
Setelah mengikat Rayen, orang suruhan Dipta langsung keluar dan menutup pintu serta menguncinya.
"DIPTA, LEPASIN GUE!" teriak Rayen dengan menendangkan kakinya di udara."Pengecut lo."
Rayen terdiam dan mengepalkan tangannya erat-erat. Sejak ia kehilangan Alya, ia benar-benar membenci Dipta dan mencari keberadaan cowok itu. Tapi, entah kenapa Dipta malah menghilang tanpa kabar dari sekolah.
"Gue...harus nemuin Zika." gumam cowok itu.
***
Raya berkali-kali menghubungi Rayen, tapi adiknya itu tak kunjung menjawab panggilannya. Ia juga mencoba menghubungi Zika, namun gadis itu sama-sama tidak bisa dihubungi."Ini anak kemana coba?" gumamnya melihat layar ponsel.
Sejak pagi, Rayen menghilang saat Raya pergi ke kantor untuk mengunjungi adiknya itu. Ia sampai menyuruh beberapa orang untuk mencari Rayen, tapi sampai sekarang tidak ada kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine A.M
Teen Fiction(tamat) "Lo nyuruh gue buat tetep senyum apapun yang terjadi. Masalahnya, apa gue pantes buat tetep senyum abis lo pergi? Dunia seolah berubah menjadi kelabu. Gue senyum,tanpa alasan dan sebab yang jelas. Sebelum, pagi itu gue tabrakan sama seseoran...