Sudah tiga hari, sejak kejadian kegaduhan di rumah Rayen itu. Sesuai apa yang Rayen suruh juga, sejak hari itu Zika tidak datang lagi ke kantor. Itu harusnya membuat Rayen lega, tapi kenapa dia malah merasa sedikit bersalah?
Ia akui memang dia yang bertindak gegabah karena tiba-tiba menyimpulkan sesuatu dan mengatakannya secara langsung.
Cowok itu keluar dari kantornya dan berjalan menuju parkiran kantor, dimana mobilnya terparkir. Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yg menariknya. Rayen dengan cepat menoleh. Orang itu mempererat cekalan tangannya di tangan Rayen.
"Siapa?" tanya Rayen.
Orang bertopi itu tidak menjawab dan menarik Rayen. Belum sempat memprotes, ia langsung didorong masuk ke dalan taxi.
"Jalan!" ucap orang itu.
Rayen tidak bisa melihat jelas wajahnya karena orang itu memakai topi.
"Pak, tur..."
"Ikut gue!"
Cowok itu menghentikan ucapannya saat mendengar suara barusan. Ia mengenal suara orang itu. Orang tersebut melepas topinya dan menoleh ke arah Rayen.
"Kayaknya lo bener-bener bahagia gue nggak dateng kerja."
Rayen menghela nafas melihat wajah Zika. "Apa ini? Ceritanya nyulik gue?"
"Diem. Duduk tenang aja!" jawab gadis itu membuang pandangannya keluar jendela mobil.
Rayen juga menopang kepalanya dan menatap keluar. Tidak ada perbicangan satu pun yang keluar dari mulut mereka setelah itu. Sebelum akhirnya taxi yang mereka kendarai berhenti di sebuah tempat.
Zika turun dari taxi terlebih dahulu. Rayen ikut turun dan melihat sebuah bangunan yang ada di depannya saat ini.
"Kak Zika," ujar dua orang anak kecil menghampiri gadis itu.
Zika tersenyum dan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan anak-anak tadi.
"Kok baru kesini lagi?" tanya anak lain menghampiri gadis itu.
"Ahaha, maaf ya. Kemarin banyak kerjaan," jawab Zika.
"K-kak, itu siapa?" tanya salah satu anak menunjuk Rayen.Zika menoleh. "Oh, itu calon pacar kakak."
Rayen tercengang mendengar jawaban gadis itu. Ia mencoba tak mendengarnya dan berjalan mendekat ke arah mereka dan ikut berjongkok di samping Zika.
"Kakak bener pacarnya kak Zika?" tanya seorang bocah.
"Nggak, tuh," jawab Rayen mengelus kepala anak laki-laki di depannya itu.
Zika berdecih membuat Rayen menoleh dengan tersenyum heran.
"Ray, gue mau masuk nemuin bunda. Bentar,kok. Lo disini sama mereka aja!" ujar Zika berdiri.
"Oh, iya."
Gadis itu pun masuk ke dalam panti asuhan itu.
Bunda?
"Kak, kenapa nggak mau pacaran sama kak Zika?" tanya bocah tadi lagi.
Rayen hanya tersenyum menanggapinya.
Di dalam, Zika menaiki tangga ke lantai atas.
"Bun," panggilnya pada seorang wanita diatas sana.
Wanita yang dipanggil bunda itu menoleh.
"Ah, kamu," ucapnya menghampiri Zika. "Kenapa baru kesini?"
Zika terkekeh. "Banyak tugas, bun."
Wanita itu mengelus sayang kepala Zika. "Jangan kecapekan! Jaga kesehatan itu penting tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine A.M
Teen Fiction(tamat) "Lo nyuruh gue buat tetep senyum apapun yang terjadi. Masalahnya, apa gue pantes buat tetep senyum abis lo pergi? Dunia seolah berubah menjadi kelabu. Gue senyum,tanpa alasan dan sebab yang jelas. Sebelum, pagi itu gue tabrakan sama seseoran...