Bab 12

1 1 0
                                    

"Ah, sebenernya gue ngapain sih disini?" gumam Rayen.

Laki-laki itu keluar dari rencana awal yang akan bekerja dan malah mengikuti Zika bersama teman prianya tadi. Ia tidak tahu kenapa sampai mengikuti gadis itu, tapi kakinya melangkah begitu saja membawanya kesana. Dan sekarang lihat saja dia! Laki-laki itu bersembunyi di balik sebuah dinding dan melihat ke arah dua orang yang berjarak beberapa meter darinya.

"Bukannya baru tadi dia bilang bakal ambil hati gue? Tapi kenapa jalan sama cowok?"

Oh, dia jalan.

Rayen kembali mengikuti langkah Zika yang berjalan.

Di tempat lain, Zika dan temannya itu tengah berbincang sambil terus berjalan.

"Dan, ini butuh apalagi? Kertas manila udah. Kertas HVS juga udah. Warna-warni udah. Apalagi? Kata lo, lo udah nyari bahan yang lain," tanya Zika menoleh ke arah temannya itu.

Dani mengetuk-ngetuk pelipis tampak berpikir. "Udah semua, deh."

"Oh, yaudah ini lo bawa! Gue mau pul..."

"Heh, gue laper. Lo nggak denger perut gue dari tadi keroncongan?"

"Kurang kerjaan amat dengerin perut lo. Ya mana gue denger, lah. Emang harus gue tempelin telinga gue ke perut lo?" sewot Zika.

"Udah, ayo temenin gue makan!" 

"Dimana? Di trotoar?"

"Ya di restoran lah, woy. Zika lo suka amat debat sih? Cita-cita lo jadi pengacara ya? Kalau gitu lo salah jurusan deh di kampus."

"Sayang banget salah. Cita-cita gue belum tau, tuh."

"Pembantu rumah gue kosong kal..."

"Nggak, makasih."

Dany terkekeh. "Udah, temenin gue makan! Seenggaknya balesan gue jemput lo tadi napa?"

"Ya, ya." 

"Ayo!"

Dany menarik tangan Zika memasuki sebuah restoran. Sedangkan Zika ikut-ikut saja. Tak mereka sadari di belakang mereka seorang pria menatap mereka dengan tersenyum geram.

"Zik, lo ikutan makan nggak? Gue traktir nih," tanya Dany.

"Beliin gue cola aja! Gue ini tipe orang yang selalu sarapan sebelum kemana-mana kawan."

"Iya deh, iyain."

Setelah memesan, mereka pun memilih duduk di salah satu bangku yang ada di tengah.

"Terus, ini kapan mau mulai ngerjain?" tanya Zika.

"Hm, terserah lo aja."

Gadis itu melihat cowok di depannya tersebut. "Gini amat punya temen males."

Dany menatap gadis itu ganti. "Gue? Males? Kalo gue males, ya kenapa gue ajak lo kesini lah njir."

Zika mengedikkan bahunya. "Ya kali gabut."

"Kehabisan kalimat gue sama lo, Zik."

Zika mengedikkan bahunya.

"Lo itu harusnya seneng dapet temen baik dan ganteng kek gue," sombong Dany sambil menyibakkan rambut ke belakang.

"Terserah."

"Btw, Zik." Dany menaruh tangannya di meja dan menopang kepalanya menatap gadis itu. "Lo ada pacar?"

"Hm? Nggak."

"Heh? Serius? Syukur, deh."

"Kenapa nanya?"

Nine A.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang