7. Sudah Biasa.

8.2K 314 3
                                    

Kalau ada yg aneh kalimatnya atau ga nyambung, tolong bantu tag, ya. Aku gak revisi soalnya udah malem.

° ° °

Velua menatap sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Dia mengamati sebentar lantas tersadar dan berlari kecil menuju pintu rumahnya bertepatan dengan Bi Jumi yang keluar hendak membuang sampah membuat mereka hampir bertabrakan.

"Eh, Non Velua udah pulang, masuk, Non," sapanya berbasa-basi.

"Mama sama papa pulang, ya, Bi?"

"Iya, Non."

Velua tersenyum senang. Setelah mengucapkan permisi dia masuk ke dalam rumahnya untuk bertemu orang tuanya yang dia rindukan. Ingatkan beberapa hari lalu saat ayahnya Velua kecelakaan dan dirinya sakit sehingga tidak bisa ikut pergi? Ya sejak saat itu mamanya belum pulang sampai dia mendapati mobil papanya terparkir di halaman.

Matanya terlihat berbinar melihat orang tuanya yang sedang berbincang dan duduk di sofa.

"Papa!" Velua melompat ke pelukan papanya yang masih terkejut mendapat serangan dadakan dari putrinya.

"Anak gadis papa, apa kabar, hm?" Abyan mengelus rambut putrinya dengan sayang.

"Baik, papa gimana? Kok bisa kecelakaan, sih kemarin? Terus papa sekarang masih ada yang sakit gak?"

Abyan menggeleng dan tersenyum menenangkan mendengar rentetan pertanyaan khawatir dari Velua. "Nggak, Princess, papa udah sembuh, oke?"

Velua menghembuskan napas lega. Beralih menatap protes mamanya yang sedari tadi menonton. "Mama kok lama pulangnya, sih? Hampir seminggu di sana, Fillo juga gak masuk sekolah hampir seminggu, kan?"

Rania mengernyit tak terima. "Ya, kan, mama jagain papa sampai sembuh. Kamu juga bukannya nyusul ke sana buat jenguk papamu malah anak orang lain yang bantu mama."

"Kan, mama tau Velua lagi sakit waktu itu," jawab Velua dengan mengerucutkan bibirnya.

"Kamu sakit apa, sayang?" tanya Abyan tampak cemas. Dia baru tahu putri satu-satunya jatuh sakit, istrinya pun tidak memberi tahunya soal ini.

"Demam aja, kok, pah. Tenang." Velua menunjukkan senyumnya yang membuat Abyan seketika merasa lega.

"Pas udah sembuh, kan, bisa nyusul," seloroh Rania membuat Velua kembali cemberut, dia mana kepikiran, sih? Kalaupun dia menyusul, pastinya akan dimarahi juga karena dirinya hanya akan seperti pajangan di sana. Serba salah, bukan?

"Tau gak kamu, waktu di sana itu justru Kania yang bantu mama buat rawat papamu padahal yang anaknya itu kamu malah sepupumu yang harus ikut repot."

"Kania ke sana?" Dahi Velua membentuk beberapa lipatan tipis. Dia memang sedikit kurang nyaman jika sudah pembahasan mengenai sepupunya yang satu itu. Bukan benci, tapi Velua lebih ke ... gimana, ya ... Kania itu anaknya suka caper dan menjadi orang nomor 1 yang selalu dibandingkan dengan Velua di keluarga besarnya.

"Iya, dia ke sana sama ibunya. Dia bahkan rela sekolah online cuma buat jagain papa padahal katanya 2 minggu lagi dia mau ada lomba. Udah cantik, pinter, baik lagi, gak kayak kamu tuh yang pemales, tiap hari rebahan aja. Kenapa kamu gak bisa contoh dia aja, sih, Vel?"

Velua semakin mengerutkan keningnya, bukan lagi karena heran, tapi karena tidak suka. "Ya udah, angkat aja dia jadi anak mama, tukeran sama tante Risa sekalian. Velua mau ke kamar."

Velua itu paling tidak suka jika dibanding-bandingkan. Makanya dia selalu menghindar atau sangsi jika sudah menyangkut hal begituan.

"Anak kamu tuh kalau di kasih tau bukannya dengerin malah nyelonong pergi."

EGOIS : CARKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang