20. Keluarga Besar.

4.7K 239 16
                                    

Saat ini keluarga besar Velua sedang mengadakan makan malam bersama. Tidak ada acara khusus, hanya sekedar berkumpul dan silaturahmi. Acaranya berada di rumah nenek Velua dan sekarang semua sedang sibuk woro-wiri. Halaman rumah nenek Velua menjadi sangat ramai karena banyak keponakan Velua yang masih kecil sedang bermain ataupun teriakan saling bersahutan dari orang-orang dewasa yang sedang menyiapkan jamuan.

Velua sendiri sudah sibuk sejak sore tadi dan belum sempat beristirahat. Hampir setengah acara dia yang menghandle padahal sepupu Velua pun tidak sedikit. Entah untuk yang ke berapa kali gadis itu menyeka keringatnya yang hampir mengenai mata. Dia mengipasi daging yang sedang dipanggang sambil sibuk membolak-balikkan agar tidak gosong. Matanya mengedar menatap sekitar berusaha meminta bantuan seseorang untuk menggantikan, dia ingin ke kamar mandi.

"Kan! Kania, sini lo," panggilnya pada Kania-sepupunya yang sedang duduk santai sambil memainkan hp.

Kania menghampiri dengan ogah-ogahan. "Apa?"

"Gantiin bentar, gue mau ke toilet." Velua menyerahkan kipas yang tidak kunjung diterima.

"Gak mau, kan itu tugas lo. Nanti gue bau asap lagi."

Velua menatap jengkel. "Dari sore yang leha-leha lo doang. Gue cuma minta gantiin sebentar, lo nggak mau?" geramnya.

"Gak mau," balasnya nyolot.

Velua menahan diri untuk tidak melempar gadis itu ke kali yang ada di dekat rumah neneknya. "Fine, lo nggak usah ikut makan ni daging. Sampe gue liat lo ikut makan, gue jejelin mulut lo pake arang." Setelahnya Velua memanggil sang adik untuk melanjutkan memanggang.

°
°
°

Semua makanan sudah tertata rapi dan keluarga pun sudah berkumpul dan siap menyantap hidangan. Para istri mengambil makanan untuk suaminya masing-masing dan anak mereka. Velua mendeathglare Kania yang duduk di depannya saat hendak mengambil daging panggang tadi membuat Kania mengurungkan niat seketika. Walaupun dia sudah ngiler sekalipun, dia tidak bisa melawan Velua dalam kondisi seperti ini kecuali dalam beberapa hal.

Makan malam diselingi obrolan ringan. Sebenarnya Velua tidak terlalu nyaman jika berkumpul dengan keluarga besarnya, tapi dia juga ingin berbaur dan menjaga komunikasi dengan mereka. Hingga celetukan dari salah satu tante Velua membuat napsu makannya hilang, obrolan yang paling tidak dia sukai dari dulu hingga sekarang. Diam-diam Kania menyeringai, inilah yang dia tunggu untuk membuat sepupunya yang satu itu terlihat lemah di mata keluarga besar.

"Kania, katanya minggu lalu ikut olim, ya? Gimana hasilnya?" tanya salah satu tante Velua.

"Menang dong, Far, dia, kan pinter," jawab Mama Kania sedangkan anaknya hanya tersenyum kecil seolah sedang merendah.

"Ih, pinter banget, semoga anak aku kalau gede kayak Kania, ya. Dari SD udah sering ikut lomba," timbrung yang lain.

Kania tertawa kecil yang di mata mereka terlihat anggun dan sopan. "Ah, tante ini bisa aja."

"Mbak Risa pasti bangga banget punya anak kayak Kania."

Risa mengangguk membenarkan. "Iya, dia ini kebanggaan di keluarga kami."

Kania menimpali,"Ma, jangan gitu. Aku gak sepinter itu, kok. Velua juga pinter."

Velua hampir saja menyemburkan minumannya ke  Kania, tapi batal dan mengakibatkan dirinya tersedak hingga terbatuk kecil. Semua pasang mata beralih menatap Velua membuat gadis itu menjadi kikuk sendiri.

"Velua pernah ikut lomba?"

"Pernah," jawabnya berusaha santai.

Mereka mengernyitkan dahi merasa bingung. "Kapan?"

"Pas SD."

"Sekali itu doang?"

"Dua kali," ralatnya. Mereka terdiam beberapa detik hingga salah satu tante Velua yang paling nyinyir angkat suara.

"Kalian seumuran, tapi kok beda banget, ya? Kania berprestasi terus sedangkan Velua nggak. Pasti karena kebanyakan pacaran itu, Mbak Rania sama Mas Abyan masa biarin gitu aja? Hati-hati lho sekarang banyak banget yang pacaran sampe ekhem ... Hamil di luar nikah."

Velua menatap makanannya dengan tangan memegang erat sendok melampiaskan rasa kesalnya.

"Tante, jangan gitu. Aku juga pacaran kok." Mungkin terlihat seperti membela, tapi nyatanya Kania hanya ingin semakin memojokkan Velua.

"Iya, kamu pacaran, tapi masih bisa berprestasi sedangkan dia ...." Tante Velua itu menatapnya dengan pandangan menilai dan meremehkan sekaligus. Dengan tiba-tiba Fillo yang duduk di samping Velua berdiri membuat mereka menatap anak kelas 6 SD itu bingung.

"Berhenti jelekin Kak Veli. Kak Veli pinter, kok, dia sering bantu aku kerjain PR. Kak Veli juga pandai masak, Tante bisa? Kak Kania bisa? Dari sore yang sibuk masak cuma Kak Veli, kalian cuma duduk kayak ratu, terutama Kak Kania, percuma pinter disuruh bantu ngerjain tugasnya Rere aja gak mau. Mendingan Kakakku ke mana-mana."

Mereka dibuat bungkam oleh anak SD. Mungkin Fillo masih kecil, tapi sebagai adik dia tidak terima Kakaknya terus dipojokkan seperti itu apalagi melihat orang tuanya yang diam saja membuatnya kesal.

"Masih kecil aja ngomongnya udah gitu kayak gak pernah diajarin orang tuanya."

"Gak usah bawa-bawa orang tua aku, mulut tante itu yang gak pernah dididik. Sibuk banget ngurusin hidup orang kayak hidupnya udah bener aja."

"Fillo duduk!" perintah Abyan, tapi Fillo tak bergeming.

Velua turun tangan dengan menarik jemari adiknya mengode untuk duduk, tapi Fillo tetap diam. "Selama mama dan papa sering pergi kerja Kak Veli yang ngurusin aku. Dia yang bikinin aku sarapan, dia yang siapin baju aku, dia yang ajarin aku kalau gak bisa buat PR. Kak Veli yang gantiin kalian kalau aku kangen sama mama, papa."

Suasana menjadi hening setelah mendengar isi hati Fillo.

"Kalian tau nggak, sih seberapa hebatnya kakakku? Bahkan kalau aku jelasin, Kak Veli bakal jauh lebih unggul ketimbang kebanggaan kalian, Kak Kania itu."

"Fillo, duduk dan minta maaf, kamu udah gak sopan." Kali ini Rania yang meminta anak bungsunya itu untuk menurut.

"Fillo juga gak bakal berdiri kalau kalian gak mulai ngusik orang kesayangan Fillo. Percuma kalau otaknya cemerlang, tapi akhlaknya gak ada." Kemudian Fillo menarik tangan kakaknya untuk berdiri. "Ayo, Kak pergi, di sini bikin panas."

°
°
°

"Gak boleh gitu lagi, Fillo. Mau gimana pun mereka tetep orang tua yang harus dihormati," nasihat Velua setelah mereka di luar dan membuat kekacauan di acara makan malam tadi.

"Kak, aku bakal hormatin orang yang bisa hormatin Kakak dan pantas untuk dihormatin. Menurut aku orang kayak tante tadi itu emang harus diruqyah biar sadar, nyinyir banget pengen tak kuncir mulutnya."

Velua tertawa kemudian merangkul bahu adiknya yang tingginya sebatas telinga Velua. Mereka memang terlihat tidak akur dan sering bertengkar, tapi aslinya mereka saling menyayangi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Jika salah satu diusik yang lainnya akan ikut terganggu.

"Masih laper, kan? Ayo, Kakak beliin kebab."

"Gaskeun atuh lah. Dua, ya, Kak."

"Wah, kok ngelunjak."

"Laper banget habis nyerocos tadi."

"Lagian, masih bocil sok-sokan."

"Aku dah gede, ya. Nih, kita hampir sama tingginya."

"Iya, deh yang cuma setelinga gue," ejek Velua kemudia berlari menghindari amukan Fillo. Dan berakhirlah kakak beradik itu saling kejar sambil mencari penjual kebab.

° ° °
Sekian.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

EGOIS : CARKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang