Gadis yang usianya menginjak 19 tahun itu mengeratkan syalnya dan mengusap kedua telapak tangannya untuk mengurangi rasa dingin. Kota London sudah memasuki musim dingin bahkan kini suhunya mencapai 4°C. Sebagai warga tropis tentu ini sudah sangat dingin untuknya.
Gadis yang sudah menginjak semester kedua dalam masa kuliahnya itu menghembuskan napas berat. Kakinya membawa langkahnya untuk berjalan ke sekitar Sungai Thames. Dia berhenti dan menyenderkan tubuhnya di pembatas sungai sembari melihat menara London.
Southwark adalah sebuah borough London yang ada di sebelah selatan Sungai Thames. Setidaknya di sini dia mendapatkan ketenangan meski tidak benar-benar sembuh. Dia tidak menemukan obatnya di sini. Meski dua tahun sudah terlewati, tapi semuanya masih terasa baru kemarin terjadi.
"Udah lama, ya? Apa kabar?" gumamnya menatap aktivitas orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar London Bridge.
Dia merindukan Indonesia dan isinya. Meskipun banyak luka yang ada, tapi di sana dia tumbuh besar apalagi dia banyak belajar tentang kehidupan di sana.
Gadis itu adalah Velua. Kaneira Juvelua yang dua tahun lalu pergi tanpa sepatah kata pesan yang tertinggal. Bagaimana dia bertahan hidup, di mana dia tinggal ternyata sudah diatur oleh temannya. Seutas senyum terbit di bibirnya.
"Ma, Pa, Velua harap kalian tetep sehat, ya." Velua membasahi bibirnya. "Carka ... Gimana lo sekarang? Apa lo udah bahagia? Atau lo udah punya anak?" Velua terkekeh, tapi setetes air matanya luruh.
Setahun belakangan dia mulai jarang berkontak dengan Berlian hingga membuat banyak hal tidak ia ketahui termasuk keadaan orang tuanya yang sebenarnya.
Dia menumpukan kedua lengannya dan melihat aktivitas di Sungai Thames. Kenapa move on harus sesulit ini?
"Kenapa? Semakin gue berusaha lupa justru bayangan lo semakin ada? Sebenarnya apa yang udah Tuhan persiapkan untuk kita Carka?"
Udara dingin di Southwark tak membuat Velua beranjak sedikit pun dari sana. Gadis itu hanya mengeratkan mantelnya dan membenarkan letak syalnya.
"Velua."
Gadis itu tersentak dari lamunannya. Dia merasa ada yang memanggilnya dengan suara lirih, tapi dia tidak mungkin sedang berhalusinasi 'kan?
Dia berbalik dan menatap sosok jangkung di depannya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa?
"Carka?!"
°
°
°Carka sudah mendarat di bandara internasional Heathrow. Dia langsung mencari anak buah ayahnya yang sudah diperintahkan untuk menjemput dirinya.
"Di sini, Tuan Muda."
Carka melihat seseorang yang melambaikan tangan ke arahnya yang langsung dengan cepat dia hampiri.
"Biar saya bawakan."
"Ah, terima kasih," ucapnya.
"Tuan Muda ingin beristirahat dulu? Saya akan menyiapkan penginapannya."
Carka menggeleng. "Ke Southwark, ya, Pak. Saya istirahat di mobil aja."
"Tuan Muda yakin?"
Carka mengangguk sebagai jawaban. Dia rasa juga sudah cukup beristirahat selama penerbangan. Rasa ingin bertemu Velua yang semakin besar membuat senyumnya sulit untuk pudar.
Sebentar lagi, Velua, sebentar lagi.
"Pak, kira-kira butuh berapa lama, ya?"
"Jika tidak ada kendala mungkin 1 jam kurang, Tuan Muda."

KAMU SEDANG MEMBACA
EGOIS : CARKA ✓
Teen Fiction[ COMPLETE ] Dia Carka Zuleuw. Playboy tingkat dewa adalah julukannya. Carka suka memberi harapan, tapi tidak dengan kepastian. Digombalin buat ngilangin gabut? Ya begitulah Carka. Dia pacaran tidak lebih dari seminggu. Namun, bagaimana bisa dia ber...