Setelah selesai berkumpul mereka bubar dan pulang ke rumah masing-masing yang tentunya Velua diantar oleh Carka. Tapi, sebelum itu Velua lebih dulu meminta mampir untuk membelikan makanan ringan untuk adiknya.
Carka menjagang motornya di halaman rumah Velua dan menyandarkan diri di sisi motor sambil menatap Velua yang memainkan kresek dengan mengayunkannya ringan.
"Mau mampir?"
Terlalu fokus memperhatikan kekasihnya membuat Carka tidak sadar sedang ditanyai.
Velua mengernyitkan kening, sebelah tangannya meraba wajah kemudian mengaca di spion Carka. "Nggak ada yang aneh," gumamnya. Dia menjentikkan jari di depan wajah Carka yang langsung mengedip.
"Eh, apa?"
"Lo kenapa ngeliatin gue gitu banget? Kesambet? Ada yang aneh di muka gue?" Velua kembali meraba barangkali ada sesuatu di wajahnya.
Carka menggeleng. "Gak, lo cantik."
Velua langsung kicep dan membuang wajah. Bukan karena salting, tapi berusaha tidak menunjukkan ekspresi mualnya. Dia bukan cewek yang mudah blushing hanya dengan kalimat 'lo cantik' saja.
"Tadi lo bilang apa?"
Velua kembali melihat Carka. "Mau mampir, nggak?"
Carka menimang sebentar lalu menggeleng. "Kayaknya gak, deh. Tadi Syilla minta dijemput di rumah temennya."
"Heh, kakak lo itu, nggak sopan banget."
Carka nyengir. "Iya, maksud gue Kak Syilla." Dia melongok ke dalam rumah Velua yang tertutup. "Bonyok ada? Gue mau pamit."
"Tadi bilangnya pergi, belum pulang kayaknya."
"Kalau gitu gue pulang langsung aja, deh. Kalau ada apa-apa langsung telpon."
Velua mengangguk. Dia masih setia berdiri menunggu Carka yang mengenakan helm, tapi belum sempat dirinya menyetater motornya, pintu rumah Velua terbuka dibarengi pekikan nyaring membuat keduanya menoleh.
"SAYAANG."
"Innalilahi." Keduanya sama terkejut melihat Kania yang tiba-tiba muncul dari rumah Velua.
"Vel, gue pergi, ya. Mendadak merinding gue, lo hati-hati, nanti gue panggilin ustadz buat ngusir setan di rumah lo."
Benar saja Carka langsung mengegas motornya meninggalkan pekarangan rumah Velua. Kania yang tidak berhasil menemui Carka menghentakkan kaki kesal dengan bibir cemberutnya membuat Velua gemas ingin menabok menggunakan sepatunya sekarang juga.
"Kenapa lo biarin dia pergi, sih?" ucapnya kesal pada Velua.
"Karena gue nggak mau dia sawan," jawabnya tak acuh.
Kania berkacak pinggang. "Habis dari mana lo sama Carka?"
"Bukan urusan lo."
"Urusan gue karena gue pacarnya."
Velua menepuk pundak sepupunya dan tersenyum mengejek. "Lebih tepatnya salah satunya." Kemudian meninggalkan Kania yang sudah mengepalkan tangan. Bertepatan dengan itu Fillo datang dengan terengah.
"Kak, aduh, maafin, ya padahal Fillo udah coba tahan mak lampir buat gak keluar."
Velua tersenyum kemudian mengelus rambut adiknya. "Nggak pa-pa, nih Kakak beliin jajan."
Mata Fillo berbinar, dia menyaut plastik di tangan Velua dan melihat isinya kemudian menggandeng kakaknya untuk masuk ke dalam.
"Dia ngapain ke sini, Fil?"

KAMU SEDANG MEMBACA
EGOIS : CARKA ✓
Fiksi Remaja[ COMPLETE ] Dia Carka Zuleuw. Playboy tingkat dewa adalah julukannya. Carka suka memberi harapan, tapi tidak dengan kepastian. Digombalin buat ngilangin gabut? Ya begitulah Carka. Dia pacaran tidak lebih dari seminggu. Namun, bagaimana bisa dia ber...