1.💚 Mutiara💚

1K 80 47
                                    

Vote dan komennya jangan lupa.
Jangan jadi siders loo

Yuk terusin baca ceritanya.

Dituntasin yah bacanya. Pokoknya aku mau ucapin yang sebanyak-banyaknya buat para readers yang setia support aku nulis.

💚

Seseorang menepuk bahu Mutiara yang sedang melamun sambil bercermin.

Mutiara pun akhirnya tersadar dari alam lamunnya. "Heh. Ada apa?"

"Kamu disuruh Bu Nyai Ruqoyyah ke ndalem, sekarang!" tuturnya yang langsung membuat mata Mutiara terbelalak.

"Disuruh ngapain, Fi?"

Fiya mengedikkan bahunya. "I don't know."

Mutiara pun membenahi hijabnya di depan cermin. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan hatinya. "Bismillah," lirihnya.

Perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju ndalem. Sebenarnya ia sudah sering dipanggil oleh Bu Nyai pemilik Pondok Pesantren Darul Musyawaroh ini. Namun, saat kejadian itulah, degup jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

Saat berada di depan pintu kamar Bu Nyai Ruqoyyah yang saat ini terbuka, ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu tersebut dengan pelan.

"Assalamualaikum," salam Mutiara.

"Waalaikumussalam, masuk aja Muti," jawab Bu Nyai Ruqoyyah.

Mutiara masuk ke dalam kamar dengan perlahan. Dinginnya ac menyambut perjalanannya menghampiri Bu Nyainya itu. Tubuhnya sedikit gemetar karena tak kuat menahan ac yang sangat dingin tersebut.

Ternyata tak hanya Bu Nyai Ruqoyyah yang ada di dalam kamar, tapi juga ada Gus Nial yang duduk disamping beliau.

Mutiara sebisa mungkin menyembunyikan keterkejutannya saat mendapati Gus Nial yang kini tampak memperhatikan dirinya masuk ke dalam kamar menggunakan lutut.

"Ada apa Ummi manggil saya?" tanya Mutiara santun dan pelan.

Ummi Ruqoyyah tak langsung menjawab pertanyaan Mutiara. Namun, beliau malah membolak-balikkan buku yang sedang dipegangnya.

Mutiara hanya diam sambil melihat sekeliling kamar. Ia terpesona dengan rapinya dan bersihnya kamar Bu Nyainya ini.

"Mulai besok kamu bantuin saya menyimak hafalan alqur'an, ya," celetuk Bu Nyai Ruqoyyah dengan tiba-tiba.

Mulut Mutiara tak sadar kini membuat huruf O. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

"Tapi saya belum khatam hafalan alqur'an, Ummi," tolak Mutiara secara halus.

"Tenang saja. Kamu nanti saya kasih bagian nyimak hafalan juz 30 saja."

"Pake alasan apalagi, nih, buat nolak permintaan Ummi," lirih Mutiara dalam hati.

"Sa-saya be-belum si—"

"Mutiara siap kok, Ummi." Gus Nial menyahut perkataan Umminya tersebut dan memotong pembicaraan Mutiara.

MutiarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang