Jangan lupa vote komennya yaaa
Bisa baca wp via link juga kok.
💚
Mutiara dan Shafa kian hari semakin akrab. Dunia gelap Mutiara kini telah terganti dengan dunia penuh warna. Air mata yang biasanya selalu membanjiri pipi Mutiara, sekarang teralih dengan senyum manis yang selalu tercetak di bibirnya.
Dia bersyukur atas hidupnya yang semakin membaik ini. Ia selalu percaya, sederas-derasnya hujan pasti akan berhenti juga. Bukankah roda itu berputar pada porosnya?
Mutiara membuka Al-Qur'annya lalu mulai melantunkannya dengan suara lirih. Ayat demi ayat telah dihafalkannya dengan begitu teliti. Apapun yang terjadi, suka atau duka prioritas hidup tetaplah Al-Qur'an.
Setelah berhasil menghafalkan sebanyak dua halaman dari juz 25, ia menutup Al-Qur'annya kemudian memeluknya sambil memejamkan matanya.
Pikirannya melayang-layang melaju ke masa lalu kembali. Ia mengingat bagaimana awal ia dan Shafa bisa berteman. Padahal sifat keras kepala Mutiara yang tak pernah bisa diruntuhkan, tapi akhirnya bisa dirobohkan.
Flashback on
"Gak semudah itu, Shafa," papar Mutiara dengan memudarkan senyumnya.
Shafa tak berkutik setelah mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Mutiara tersebut. Ia terus berkomunikasi dengan pikirannya, "Sebenarnya ada apa dengan Mutiara?" Pertanyaan itu terus bergejolak di otaknya saat ini.
Mutiara tetap hidup seperti biasanya yaitu berteman dengan kesepian dan kesendirian. Walaupun sekarang disebelahnya sudah ada teman bangku, tapi tak sedikitpun Mutiara berniat untuk bisa berteman dengannya.
Keesokan harinya, Shafa membawa bekal makanan. Ia sengaja tak memakannya terlebih dahulu sebab menunggu Mutiara duduk dan makan bersamanya.
Tak lama kemudian, Mutiara datang dengan membawa setumpuk buku yang setiap hari dibawanya. Shafa pun tersenyum lalu mengambil kotak bekal makannya dari laci meja.
"Mutiara ayo makan. Aku bawa bekal. Ini aku masak sendiri, loh," tawar Shafa sumringah dengan membuka bekal makanannya.
"Gue lagi gak mood makan!" ketus Mutiara.
"Nanti kalau kamu sakit gimana. Sarapan kan wajib, Muti," ucap Shafa.
"Biarin. Bodo amat!" cetus Mutiara lalu pergi begitu saja meninggalkan Shafa sendirian dengan makanannya.
Shafa menghembuskan nafas panjang melihat perlakuan Mutiara. Ia tak marah. Hanya saja, rasa penasaran melonjak semakin tinggi. Mengapa Mutiara menjadi pribadi yang seperti itu?
Fafa berjalan ke arah Shafa. Lalu duduk di bangku Mutiara.
"Mutiara emang gitu orangnya," papar Fafa.
"Maksudnya gimana, Fa?" tanya Shafa dengan membereskan kembali bekal makanannya.
"Intinya jangan sampai kamu berteman dengan Mutiara. Kalau kamu berteman dengan dia, cuma ada kegelisahan dan ketakutan di hidupmu. Kamu mau?" jelas Fafa dengan tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiaraku
Teen Fiction"Gus, lepaskan hijab saya. Gus Nial tidak seharusnya di sini. Tugas Gus Nial sekarang adalah menyalami tamu dan tersenyum bersama dengan Neng Marwa. Bukan ke sini, hanya sebab menenangkan SAYA!" Mutiara menekankan kata "SAYA" diakhir ucapnya. "Kamu...