17.💚

377 22 17
                                    

Hai Kawan. Jangan lupa vote dan komennya ya

💚

"Tapi apa?" Gus Rafasha semakin penasaran dengan cerita Rahma.

"Tapi nasib Mutiara tidak se baik nasib orang lain. Dia anak yang di nilai hampir sempurna di depan orang tua lain. Namun, dianggap debu oleh ibunya sendiri. Dia diperlakukan dengan tidak adil dalam keluarganya. Padahal ia selalu membanggakan nama sekolahnya. Dia juga selalu siap sedia membantu semua pekerjaan ibunya dan tidak pernah meminta uang untuk dirinya sekolah. Mutiara mempunyai kakak perempuan yang juga sering berlaku buruk pada Muti. Tidak seperti kakak pada umumnya yang seharusnya menyayangi adiknya. Kakaknya justru membenci adiknya sendiri dan terkadang memfitnah Mutiara di depan ibunya." Rahma menghentikan bicaranya dan mengelap cairan putih yang berhasil lolos dari pelupuk matanya.

"Mau aku terusin ceritanya?" Rahma menawari suaminya dan dibalas anggukan kepala oleh Gus Rafasha.

"Mutiara sedari kecil udah belajar bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri sebab ibunya tak mau tahu tentang dirinya. Namun, walaupun dia sekolah sambil bekerja, prestasinya tak pernah surut. Ia terus menorehkan juara di berbagai ajang lomba. Namun, sekarang aku tidak tahu keberadaannya di mana. Soalnya tahun kemarin saat aku berkunjung ke rumah nenek, udah gak ada Mutiara di sana."

Gus Rafasha diam sambil memikirkan sesuatu. Lima detik kemudian, dia membuka suara. "Ayahnya ke mana?"

"Ayahnya meninggal saat ia lahir. Beliau kecelakaan ketika pulang kerja menuju rumah sakit tempat ibu Mutiara melahirkan. Maka dari itu, ibunya sangat membenci Mutiara karena menurutnya, Mutiaralah si pembawa sial. Yang menjadi alasan suaminya meninggal. Aku tahu Semua cerita ini dari nenekku, Mas." Rahma berhenti bicara karena ceritanya sudah selesai.

"Makanya adikku sebucin dan sepertinya sayang banget sama Mutiara. Ternyata dia se spesial dan se istimewa itu," lirih Gus Rafasha.

Tak disadari Gus Rafasha, Rahma masang wajah datar padanya.

Gus Rafasha yang melihat itu, mengelus-elus puncak kepala Rahma. "Kamu tetap menjadi yang spesial dan istimewa di hatiku, Dek Rahma."

Rahma hanya tersenyum manis mendengar apa yang terucap dari lisan suaminya tersebut.

"Kira-kira sekarang Mutiara di mana, ya? Kok Dek Danial bisa kenal sama Mutiara?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Rahma.

"Iyaiya. Yuk cari tahu di buku diary Danial. Semoga ada jawabannya di sini."

Gus Rafasha membuka lembar demi lembar diary Gus Nial. Dan akhirnya menemukan satu kalimat yang membuatnya teringat akan sesuatu.

Aku selalu tentram ketika mendengar lantunan suaramu membacakan ayat suci Al-Qur'an. Aku suka menyimak hafalanmu walaupun terkadang kamu sering menolak untukku ku simak. Aku suka melihatmu fokus menyimak para santri yang juga menghafalkan Al-Qur'an. Aku kagum dengan caramu menegur dan menasehati mereka.

"Dek, setelah baca kalimat ini, aku jadi berpikir kalau Mutiara mondok sini. Kamu berpikir gitu juga gak?" celetuk Gus Nial.

Rahma menelaah satu per satu kata yang tersusun dalam satu kalimat tersebut. Dan setelah membacanya, dia menganggukkan kepala. "Iya, Mas."

"Danial, Kakak udah tahu siapa wanita yang selama ini kau cintai diam-diam. Maaf Kakak baru tahu sekarang. Dan Kakak bangga akhirnya kamu bisa mencintai wanita se istimewa itu," rintih Gus Rafasha dalam hati.

💚

H-30 Pernikahan Gus Nial
Tanggal 01 Juni 2019

MutiarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang