22.💚

414 17 10
                                    


Assalamualaikum
Hai update lagi nih
Pantengin ya.
Kalo lupa ceritanya, baca lagi part sebelumnya oke

💚

"Dek, Nanti yang nentuin sekolahmu ya Bu Nyai Ruqoyyah. Beliau sahabat ibu ketika masih Kuliah. Beliau sangat baik. Maafin ibu karena tidak bisa merawatmu sampai dewasa. Hormati ayahmu, dan anggap Bu Nyai Ruqoyyah layaknya orang tuamu. Sebab kami telah berjanji untuk menikahkan salah satu putranya denganmu. Kamu harus menerimanya. Jadilah Bu Nyai yang baik layaknya Bu Nyai Ruqoyyah. Ini permintaan terakhir ibu. Ibu minta maaf sebesar-besarnya jika ibu belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu. Tapi ketahuilah, ibu sangat sayang padamu melebihi apapun."

Gus Nial melipat kembali lembaran kertas yang dibacanya. Ia melirik istrinya yang kini duduk di sampingnya. Ternyata, bukan hanya dirinya yang terpaksa menjalani pernikahan ini, tapi Neng Marwa juga merasakan hal yang sama.

Salah! Jika Gus Nial menyalahkan keadaan sebab tidak memihak kepadanya.

Salah! Jika ia menganggap hanya dirinyalah yang dirugikan.

Salah! Jika ia terus membentengi dirinya beserta hatinya dari perempuan yang kini sah untuk disentuhnya.

"Neng," panggil Gus Nial.

"Iya, Gus?"

"Apakah Neng Marwa sudah mencintai saya?" tanya Gus Nial sembari menyentuh bahu Neng Marwa.

Neng Marwa langsung menatap lekat manik mata Gus Nial, "Dengan berjalannya waktu. Pasti hanya ada Gus Nial lah di hidup saya."

"Akupun juga akan seperti itu. Aku tak ingin seperti Gus Birru yang sangat sulit untuk melupakan seorang Ratna Rengganis hingga mengabaikan seorang Alina Suhita. Namun, aku akan berusaha secepat mungkin untuk menghapus masa laluku, dan menjalani masa depan dengan wanita yang ada di depanku," urai Gus Nial.

"Tapi ya, Gus. Biasanya cinta dalam diam itu malah sulit move on nya. Daripada cinta yang diungkapkan secara terang-terangan."

Gus Nial mengernyitkan dahinya. "Apa benar? Berarti aku akan sulit lupain Mutiara, gitu?" ungkap Gus Nial.

"JANGAN!" teriak Neng Marwa sambil menggelengkan kepalanya.

Gus Nial mengelus puncak kepala Neng Marwa, "Jangan nyerah kalo aku belum bisa sepenuhnya lupa, ya. " Gus Nial kemudian beralih mencium kening Neng Marwa.

Tok

Tok

Gus Nial dan Neng Marwa pun otomatis menoleh ke arah pintu yang ternyata sedari-tadi terbuka setengah.

"Ada apa?" ucap Gus Nial.

Wanita yang ada dibalik pintu tersebut menghembuskan nafas panjang, lalu menjawab pertanyaan Gus Nial. "Saya mau mengantarkan minuman dari Ummi untuk Gus Nial dan Neng Marwa, Gus."

Gus Nial langsung tercengang mendengar suara yang ada dibalik pintu. Jantungnya berdetak kencang sehingga keringatpun menetes dari dahinya.

"Masuk aja, Mbak Mutiara," perintah Neng Marwa.

"Saya di sini aja, tidak sopan, Neng. Minumannya saya taruh di meja dekat pintu. Terima kasih, Neng. Saya pamit. Assalamualaikum." Mutiara segera keluar dari area ndalem agar hatinya tak retak dengan sepenuhnya.

MutiarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang