Ada gak yang nungguin Mutiaraku update?
Ada gak ada, aku tetep melanjutkan cerita ini. Karena aku udah sayang sama mereka semua.
Terlalu sayang kalo aku harus melupakan Gus Nial, Mutiara, Haqi, Azizah, Fafa. Dan tokoh lain.
Vote dan komen jangan lupa. Kalo kalian bacanya offline, its okay. Tetep klik bintangnya, nanti masuk kok pas kalian online.
Lailiintan_
💚
Kini, Gus Nial dan Ummi Ruqoyyah sedang duduk santai di kursi ndalem. Entah mengapa suasananya tampak berbeda dari biasanya.
Gus Nial yang biasanya melakukan hal konyol dan Ummi Ruqoyyah yang senang memberi wejangan-wejangan pada anak-anaknya tersebut, sekarang berubah menjadi pendiam semua.
"Ummi, jangan serius-serius amat, lah. Nial nanti takut liat Ummi," celetuk Gus Nial memecah keheningan.
Ummi Ruqoyyah mengusap-usap rambut pendek anak keduanya tersebut. "Gitu aja udah takut. Apalagi nanti udah nikah," ujar Ummi Ruqoyyah.
"Ngapain malah bahas sampai nikah-nikah segala," batin Gus Nial.
"Ummi mau ngomong serius apa sama aku?" tanya Gus Nial penasaran.
"Soal kemarin yang kita bicarakan sama kamu dan Mutiara."
Gus Nial menghela nafas. Mulutnya terbuka membuat huruf O yang tidak terlalu besar agar lalat tak mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam mulutnya.
"Siapa sih, yang Ummi jodohkan sama Nial?" tanya Gus Nial lagi.
"Kemarin kan Danial udah Ummi kasih clue perihal wanita yang mau dijodohin sama Nial," papar Ummi Ruqoyyah sembari tersenyum manis.
"Mutiara kah?" Lirih Gus Nial dalam hati.
"Tenang aja, orangnya baik, kalem, pinter, berbakti pada orang tua, dan parasnya manis banget. Pertama kali Ummi lihat dia pun, Ummi langsung suka."
Gus Nial memutar bola matanya. Siapa gerangan wanita yang diceritakan Umminya tersebut. Siapapun itu, di pikirannya sekarang hanya ada satu nama yaitu Mutiara.
Mutiara, satu nama yang berhasil hinggap di pikirannya dan memilih untuk bersemayam di dalamnya. Nama yang entah sejak kapan masuk tanpa permisi di hatinya dan tidak pernah sekalipun ingin beranjak pergi dari jiwanya.
Mutiara, satu nama yang setiap mengingat wajahnya, terukir senyum di bibirnya. Ketegaran dan kekuatannya menghadapi segala masalah yang menimpanya, berhasil menarik kekaguman darinya dengan tiada batas. Kesederhanaan hidupnya, menambah eksotis seorang Mutiara.
Wanita yang namanya berawalan huruf "M". Gus Nial tak bisa menebak nama lain selain nama Mutiara. Entahlah. Ia memang seorang Gus, anak seorang Kiai Wahid yang pastinya semua orang mengenalnya. Namun, mengapa ia malah menjatuhkan hatinya ke perempuan yang sama sekali tidak ada darah keturunan seorang Kiai?
Memang benar lagu yang dinyanyikan oleh Al-Ghazali bahwa cinta itu buta dan tuli. Faktanya, Gus Nial sama sekali tak masalah jikalau dirinya harus bersanding dengan wanita yang strata keturunannya jauh dari keluarganya.
Cinta sama dengan kenyamanan dan ketepatan. Dengan siapa itu bukan jadi penghalang. Cinta itu murni. Tulus dari hati.
"Danial," panggil Ummi Ruqoyyah sembari mengibaskan telapak tangan kanannya di depan wajah Gus Nial.
Yang dipanggil hanya melamun tanpa respon apapun.
"DANIAL!" teriak Ummi hingga membuat Gus Nial sadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiaraku
Fiksi Remaja"Gus, lepaskan hijab saya. Gus Nial tidak seharusnya di sini. Tugas Gus Nial sekarang adalah menyalami tamu dan tersenyum bersama dengan Neng Marwa. Bukan ke sini, hanya sebab menenangkan SAYA!" Mutiara menekankan kata "SAYA" diakhir ucapnya. "Kamu...