7.💚💚

425 51 13
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dijawab dulu salamnya.

Vote dan komennya jangan ketinggalan.

Enjoy aja bacanya. Jangan pake emosi.

Lailiintan
💚

"MUTIARA. LO SADAR APA YANG LO LAKUIN TADI?" Bentak Rani.

Mutiara hanya diam mendengar Rani berteriak di depannya.

"Gue baru tahu kalo lo seorang pengadu!" decit Rara.

Lagi-lagi Mutiara hanya diam. Dirinya terbelenggu dengan rasa bersalah yang tak berujung. Dia takut jika teman-temannya akan membencinya setelah kejadian hari ini.

"Jadi gini ya cara lo buat ngambil hati para guru. yaitu dengan cara ngadu apa yang lo tahu ke guru padahal itu PRIVASI!" kelakar Rita.
Mutiara semakin menundukkan kepalanya.

Rani pun menyentuh dagu Mutiara lalu didongakkan. "Lo takut?"

"Ma-maaf, Ran," lirih Mutiara.

"Kalo lo bilang maaf semuanya akan kembali normal? Gak kan?!" tambah Rani.

"Gue bener-bener gak sengaja."

"Orang kayak lo gak pantes punya temen. Bisa-bisa semua aib sahabat atau temen lo, lo bongkar dihadapan guru, demi dapet perhatian lebih dari mereka," sahut Rara.

"Gue pastiin lo akan nyesel udah ngelakuin ini semua," cetus Rita lalu menggandeng kedua temannya pergi dari tempat duduk Mutiara.

Mutiara menatap sendu ketiga teman kelasnya yang semakin menjauh dari pandangannya. Ingin sekali ia menghampiri mereka dan meminta maaf sampai dirinya dimaafkan. Namun, langkahnya tak bisa diajaknya berkompromi. Justru dirinya terdiam dan tak bisa beranjak sedikitpun dari tempat dirinya berdiri.

"Ya Allah maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku. Aku gak sengaja. Aku sangat takut Ya Allah," ringis Mutiara dalam hati sambil menitikkan air mata.

Ia duduk kembali ke kursinya. Alangkah terkejutnya saat Mina, teman duduknya memberesi semua barang-barang yang ada di meja dan lacinya.

"Kamu mau ke mana, Min?" tanya Mutiara penasaran.

"Maaf Mutiara. Aku harus pindah tempat duduk. Aku gak mau karena ulahmu tersebut, aku jadi ikut kena Imbasnya dengan alasan satu bangku sama kamu." Mina menggendong tasnya dan berjalan ke belakang.

Hati Mutiara semakin sakit. Sebegitu buruknya kah dirinya hingga semua orang tak berani mendekatinya?

Kaki Mutiara lemas tak berdaya. Seluruh tenaganya luruh dan sirna begitu saja. Ia terduduk lunglai di kursinya sendirian. Tak ada sedikitpun rasa iba atau kasihan dari teman-temannya kepada dirinya.

Sepanjang waktunya di sekolah, dia hanya diam dan menyembunyikan wajahnya dalam telungkupan lengannya di atas meja. Ia terlalu takut seperti pengecut hanya untuk menatap keadaan.

Selama waktu pembelajaran sekolah berlangsung, dia hanya berteman dengan diam. Sesekali dia menyeka air mata yang sedari tadi membanjiri pipinya.

MutiarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang