Jangan lupa vote dan komennya.
Thank for my God yang udah kasih aku skill nulis seperti ini. Thank for my Mom yang selalu support aku nulis. Thank for my reader yang selalu setia baca cerita abal-abal ini.
Enjoy ya bacanya.
💚
مثلهم كمثل الذى استوقد نارا فلما اءضاءت ما حوله، ذهب الله بنورهم و تركهم فى ظلمت لا يبصرون.(١٧) صم بكم عمي
Belum selesai Mutiara melafalkan ayat ke 18 surah Al-Baqarah, dia menghentikan aktivitas membaca Alqur'annya. Telinganya sangat panas mendengar ocehan-ocehan ghibahan tentang dirinya. Mengapa kasus ini tidak kunjung reda, padahal satu minggu telah terlewati begitu saja.
"Mutiara-mutiara. Covernya alim, dalamnya bejat."
"Padahal di otaknya ada hafalan Al-Qur'an, tapi kenapa masih bisa berfikir buat nyium cowok, ya."
"Dia sok ngasih tahu jangan pacaran eh kenyataannya dia malah zina hahaha."
"Gue puas banget dia di scors seminggu. Namun, kayaknya besok dia udah sekolah lagi, deh. Haduh, gimana nanti respo teman-temannya ya."
Air mata Mutiara tak dapat dibendung lagi. Tembok pertahanan Mutiara telah hancur. Air mata mengucur dengan derasnya dari pelupuk matanya.
Perlahan, dia melangkahkan kakinya menuju tempat yang jarang dikunjungi santri kecuali jika ada kegiatan, yaitu kelas diniyah.
Ia menjatuhkan tubuhnya di lantai kelas tersebut sambil menumpahkan semua stok air matanya di sana. Dia mengepalkan jari-jari tangan kanannya lalu memukul lantai tersebut.
Berkali-kali dia memukul lantai itu, hingga tangannya memar merah dan terasa perih. Cairan putih dari pelupuk matanya tetap mengucur tanpa bisa dia cegah ataupun ia tahan.
Mutiara mendekap tubuhnya dalam kesunyian dan kesepian. Dia lelah. Dia letih. Dia menyerah. Sampai kapan dia merasakan kesakitan seperti ini? Sampai kapan ia terus-menerus merasakan pedihnya hidup tanpa ada satu orang yang yang memihak pada dirinya? Sampai kapan dia harus berjuang sendiri dengan kaki yang seharusnya sudah lumpuh?
Tubuhnya lunglai. Hatinya telah hancur berkeping-keping. Jiwa dan mentalnya telah tertunduk pada kata 'gila'.
"Sulit, Ya Allah," rintih Mutiara dengan sangat pelan.
Dia menyentuh dahinya dengan penuh tekanan. "Aku adalah hambaMu yang paling buruk dari yang terburuk Ya Allah. Aku belum pernah merasakan kehangatan orang yang tulus perhatian padaku. Aku-aku juga ingin diperlakukan seperti hal nya manusia lain. Kenapa aku berbeda? Kenapa Ya Allah."
Mutiara terus-menerus mengeluarkan air matanya hingga sembab dan sulit untuk melihat sekitar. Matanya terasa berkunang-kunang. Kepalanya terasa sangat pusing dan pening.
Tak terasa matanya terpejam di kelas tersebut, dan semuanya gelap.
💚
"Belum apa-apa kamu udah berani nyium cowok, Muti. Kakak gak nyangka banget sama KELAKUAN KAMU!"
"Lo itu gak bisa dipercaya, Muti. Dan Kakak sama Ibu sangat kecewa banget sama tingkahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiaraku
Teen Fiction"Gus, lepaskan hijab saya. Gus Nial tidak seharusnya di sini. Tugas Gus Nial sekarang adalah menyalami tamu dan tersenyum bersama dengan Neng Marwa. Bukan ke sini, hanya sebab menenangkan SAYA!" Mutiara menekankan kata "SAYA" diakhir ucapnya. "Kamu...