Hai readers Mutiaraku.
Doain ya semoga cerita ini banyak yang baca, dan pastinya bermanfaat.
And jujurly, support dan dorongan semangat dari kalian itu sangat aku butuhkan.
Tidak akan ada penulis jika tak ada pembaca.
Thank you for you all.
Selamat membaca🤗
💚
Dengan membawa sejumlah kitab sebab habis mengajar, Gus Nial memasuki ndalem. Wajahnya terlihat lelah, tapi auranya selalu bersinar. Tubuhnya terlihat letih, tapi tetap terlihat gagah.
Setelah sampai di pintu ndalem, Gus Nial mengerutkan dahinya karena melihat seorang perempuan duduk di sofa ruang tamu.
Hasrat ingin merebahkan tubuh di pulau kapuk pun ia tepis terlebih dahulu. Mau bagaimanapun, dia adalah tamu yang harus dihormati dan diperlakukan sebaik-baiknya.
Gus Nial melangkahkan kakinya menghampiri perempuan yang sama sekali tak dikenalnya itu.
Setelah jarak mereka hanya dua meter, Gus Nial berdeham dan sedikit batuk-batuk agar perempuan tersebut sadar bahwa Gus Nial di dekatnya.
"Eh- Gus," celetuk wanita itu.
"Abah sama Ummi lagi pergi ke pengajian," tutur Gus Nial sopan.
"Iya, Gus saya udah dikasih tahu Ummi tadi," papar perempuan tersebut.
"Gak dikasih tempe juga?"
Wanita itu membulatkan matanya menelaah setiap kata yang keluar dari mulut Gus berwajah tampan ini.
"Astagfirullah," perempuan tersebut menepuk jidatnya.
"Terus Mbaknya mau ngapain di sini?" tanya Gus Nial lembut.
"Mau ambil amplop yang tadi disuruh ngambil Ummi Ruqoyyah, Gus."
"Tadi Ummi bilang amplopnya di mana? Soalnya aku gak dibilangin tadi," ungkap Gus Nial.
Wanita berkerudung hitam itu memutar bola matanya, tampak berpikir. Sedetik kemudin dia menganggukkan kepala. "Di meja kamarnya Ummi Ruqoyyah kayaknya."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Gus Nial melangkahkan kakinya menuju kamar Ibunya tersebut. Dia berjalan ke arah meja. Dan benar, ia menemukan sebuah amplop putih di sana.
Gus Nial mengambil dan langsung menyerahkan pada wanita itu.
"Terima kasih, Gus." tutur wanita tersebut lalu bersiap diri untuk keluar dari ndalem.
Namun, sebelum dia mengucapkan salam, ia teringat sesuatu.
"Maaf Gus, mau tanya. Gus namanya siapa?"
Gus Nial tersenyum. "Nial. Kalo kamu? Nanti biar tahu jika ditanya Ummi siapa yang dateng ke ndalem hari ini."
"Marwa, Gus."
💚
Mutiara sudah duduk di ndalem selama lima belas menit untuk menunggu para santri menghafalkan juz amma. Ia sengaja datang terlebih dahulu agar ia bisa muroja'ah hafalan Al-Qur'annya dengan fokus di ndalem sembari menunggu santri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiaraku
Fiksi Remaja"Gus, lepaskan hijab saya. Gus Nial tidak seharusnya di sini. Tugas Gus Nial sekarang adalah menyalami tamu dan tersenyum bersama dengan Neng Marwa. Bukan ke sini, hanya sebab menenangkan SAYA!" Mutiara menekankan kata "SAYA" diakhir ucapnya. "Kamu...