Semoga bisa se ramai cerita pertama aku ya.
Makasih udah mau mampir di lapak ini.
Jangan lupa vote dan komennya.
Silent rider. No!!!
Lailiintan_
💚Mutiara pun memberesi kertas absen dan menutup alqur'annya. Setelah itu ia menoleh ke samping kanan guna mengambil map yang tadi dibawanya.
"Astagfirullah." Mutiara terpelonjak kaget saat mendapati Gus Nial telah duduk di samping kanannya dengan berjarak.
Gus Nial hanya tersenyum melihat raut terkejutnya Mutiara.
"Udah dari kapan, Gus duduk di situ?" tanya Mutiara se tenang mungkin.
"Dari tadi."
Pupil Mutiara seketika membesar mendengar jawaban dari mulut Gus Nial. "Ngapain, Gus?" tanya Mutiara lagi.
Gus Nial hanya mengedikkan bahunya.
"Gus Nial pasti nertawain gue saat ceramah tadi. Ya Allah aku malu banget. Gimana ni," resah Mutiara dalam hati.
Mutiara segera memberesi barang-barangnya dan berniat untuk keluar dari ndalem. Ia tak ingin jantungnya terus-menerus berdetak kencang karena dekat dengan anak Kiainya tersebut.
Setelah selesai memberesi semua barangnya, dia berdiri dengan lutut lalu menghadap ke arah Gus Nial.
"Saya pamit dulu, Gus. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Kamu mau ke mana?" Gus Nial tiba-tiba mengajukan pertanyaan.
"Ke kamar, Gus."
Gus Nial mengulurkan tangan kanannya sembari membuka telapak tangannya. "Mana alqur'anmu?"
Mutiara pun bingung dengan sikap Gus Nial. Mengapa malah mau meminjam alqur'annya?
Mutiara memberikan alqur'annya yang berwarna hijau itu ke tangan Gus Nial. "Buat apa, Gus?"
"Setoran, sekarang!" perintah Gus Nial.
Seketika mulut Mutiara membentuk hurif O. Selama dia mondok di Pondok Pesantren Darul Musyawaroh ini, belum pernah sekalipun dirinya disemak oleh Gus Nial. Dan hari ini, Gus Nial menyuruhnya untuk setoran secara tiba-tiba.
"Tidak perlu repot, Gus. Saya setoran ke Ummi Ruqoyyah saja kayak biasanya," tolak halus Mutiara.
"Ummi hari ini tindak, jadi gak setoran," urai Gus Nial, "udah setoran sekarang. Jangan banyak alasan!"
Tak ada yang bisa dilakukan Mutiara selain tunduk dan patuh pada perintah keluarga ndalem. Sebab tak ada yang diinginkan seorang santri dari mondoknya kecuali keta'dhimannya beserta barokahnya pada seorang Kiai dan keluarganya.
Beruntung hafalan Mutiara sekarang adalah surah al-kahfi, juz 15. Jadi, walaupun tanpa deres terlebih dahulu, insyaAllah dirinya sudah lancar dan siap untuk setoran.
"Bismillahirrohmanirrohim." Mutiara menghembuskan nafas panjang terlebih dahulu kemudian mulai melantunkan bacaan alqur'annya.
Gus Nial mendengarkan dan menyimak dengan teliti bacaan alqur'an Mutiara. Sesekali, Gus Nial memotong bacaan alqur'an Mutiara jikalau terjadi kesalahan, entah dari makhorijul hurufnya, atau ayat alqur'annya.
Lima belas menit berlalu begitu saja. Mutiara akhirnya mengakhiri setoran Al-Qur'annya itu.
"Shodaqollohul 'adzim," ucapnya lalu menghembuskan nafas panjang lagi seperti awal dia akan setoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiaraku
Teen Fiction"Gus, lepaskan hijab saya. Gus Nial tidak seharusnya di sini. Tugas Gus Nial sekarang adalah menyalami tamu dan tersenyum bersama dengan Neng Marwa. Bukan ke sini, hanya sebab menenangkan SAYA!" Mutiara menekankan kata "SAYA" diakhir ucapnya. "Kamu...