21.💚

411 20 8
                                    

Pada kangen gak nih? Gimana kira-kira kelanjutan ceritanya.
Jangan bosan-bosan nungguin aku update yahhhhh

💚

Sepasang suami istri yang pernikahannya belum genap berumur satu minggu tersebut sedang duduk di gazebo ndalem. Mereka ditenggelamkan oleh diam dan hanya angin semilir yang mengisi percakapan keduanya.

Mereka hanya saling bersenandika tanpa menyuarakannya. Namun, tidak lama kemudian Gus Nial mengakhiri kondisi canggungnya tersebut.

"Neng," panggil Gus Nial.

"Iya, Gus." Neng Marwa menengok ke arah Gus Nial yang kini sedang menatapnya.

"Saya minta maaf," celetuk Gus Nial.

"Gus Nial gak pernah ada salah sama Marwa, kenapa minta maaf?"

Gus Nial tak langsung menjawab pertanyaan Neng Marwa. Dia menelan salivanya terlebih dahulu sebelum menguraikan isi hatinya.

"Maaf karena sampai saat ini aku belum bisa sepenuhnya mencintai Neng Marwa. Karena keadaan yang menimpa kita ini sangat tidak pernah terpikirkan sebelumnya, dan semuanya terjadi di luar kendali, serta—"

"Gus, aku akan memakluminya sampai Gus Nial benar-benar siap menerimaku sebagai pendamping hidup Gus Nial. Gus Nial tak perlu memaksa apa yang memang belum bisa terjadi." Neng Marwa memotong perkataan Gus Nial yang belum selesai.

Gus Nial menatap Neng Marwa yang menunduk dengan tatapan sendu. Ia sangat merasa bersalah, mengapa dia masih terus teringat nama orang lain yang bukan istrinya. Ya, dia adalah Mutiara.

Rasa kagum yang berujung kasih sayang. Rasa nyaman yang berujung cinta. Gus Nial berusaha untuk meleburkan nama itu dari pikirannya, tapi tetaplah butuh waktu yang tidak sebentar. Namun, ia akan tetap berusaha.

"Gus, percaya atau tidak, Cinta dalam diam itu lebih kuat daripada cinta yang dituturkan. Sebab, cinta dalam diam itu sangat tulus. Prinsip cinta dalam diam adalah bahagia ketika melihatnya bahagia sekalipun tidak bersamanya. Dia hanya sanggup menyebut namanya dalam untaian doanya, tapi akan bersikap seolah tak ada apa-apa di depan manusianya." Neng Marwa menghembuskan nafas panjang.

"Tapi, sebenarnya dia sangat sakit. Dia tidak akan pernah bisa mencintai orang lain, padahal cintanya tak pernah terurai. Dia akan benar-benar ikhlas melepas jikalau nanti cinta dalam diamnya sudah bahagia dengan orang lain."

Gus Nial menganggukkan kepalanya. "Mengapa Neng Marwa ngomong seperti itu?"

Neng Marwa tersenyum manis, "Karena itulah yang terjadi pada dirimu, Gus Nial." Telapak tangan Neng Marwa mencekal bahu Gus Nial.

💚

Gus Nial memperhatikan Neng Marwa yang sedang menyiapkan makan siang di meja makan. Dia ingin berusaha semaksimal mungkin agar hatinya diisi oleh satu nama saja yaitu istrinya, Marwa.

"Neng Marwa sangat cantik. Tapi mengapa aku tidak langsung bisa jatuh cinta dengannya?" Gumam Gus Nial.

"Gus Nial, mari makan," panggil Neng Marwa yang berhasil membuyarkan lamunan Gus Nial.

"Oh iyaiya." Gus Nial beranjak dari ruang tamu ke meja makan.

Saat keduanya sedang fokus dengan makanannya, Bu Nyai Ruqoyyah memghampiri mereka.

MutiarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang