Happy reading. I hope you like with my story
💚
"Gue harus tetep tersenyum!" selorohnya pada dirinya sendiri.
"Gue harus kelihatan bahagia di mata orang!" tambahnya.
"Plis deh. Air mata, lo jangan tumpah dulu dari tempat persembunyian, lo!" decit Mutiara.
Ketika Gus Nial sudah mulai memegang mic yang ada di hadapannya, satu tetes air jatuh dari pelupuk matanya.
Dia buru-buru mengelapnya agar tidak ada yang melihat. Tangannya lalu memegang dadanya yang terasa sesak. Jantungnya pun berirama dengan sangat kencang.
Wali dari mempelai putri mulai mengeluarkan suara.
"Bismillahirrahmanirrahim, Saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Ahmad Danial bin Wahid dengan anak saya yang bernama Marwa Faqihat dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Marwa Faqihat binti Maulana dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi?"
Sah
Sah
Sah
Sah
"Sah," rintih Mutiara dalam hati sambil menitikkan air mata.
"Bahagia, ya Gus. Aku juga pasti bahagia," batin Mutiara.
Seluruh isi ruangan mengangkat tangannya ikut mendoakan pasangan pengantin yang baru sah tersebut. Tak terkecuali Mutiara.
Dia berdoa sembari memejamkan mata agar cairan putih tidak bisa lolos dari pelupuk netranya. Ia bahagia, tapi tidak bisa dipungkiri, hatinya sedikit terkena sayatan. Tidak terlalu berdarah. Namun, cukup membuat pikirannya berlayar tanpa arah.
Ia lalu ikut mengiring mempelai wanitanya menuju pelaminan yang telah ada Gus Alif di sana. Sebenarnya ia tidak kuat, walau hanya sekedar menatap keduanya. Namun, ia harus mengasingkan egonya agar ia tetap bisa berpura-pura bahagia saat mengiring Neng Marwa.
Dia diperintah Ummi Ruqoyyah untuk memegang gaun pengantin Neng Marwa yang panjangnya hingga ke tanah. Tangannya gemetaran, keringat dinginnya bercucuran, dan langkah kakinya pun serasa beku untuk diajak berjalan.
Sakit, tapi tak berdarah. Perih, tapi tak bersisa, dan pelik, tapi inilah kenyataan.
Seusai pengantin wanita sampai di pelaminan, Gus Nial mengulurkan tangannya, dan langsung diterima oleh Neng Marwa. Keduanya bergandengan dan saling menatap.
Tes
Tes
Tes
Air mata Mutiara sudah tidak dapat dibendung lagi. Benteng pertahannya roboh saat itu juga. Sekeras apapun usahanya untuk mendirikan tembok di hatinya, ternyata gagal dengan mudahnya.
Dia langsung menghampiri Bu Nyai Ruqoyyah.
"Ummi, saya pengen ke kamar mandi, boleh?" tutur Mutiara dengan diakhiri senyuman palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiaraku
Teen Fiction"Gus, lepaskan hijab saya. Gus Nial tidak seharusnya di sini. Tugas Gus Nial sekarang adalah menyalami tamu dan tersenyum bersama dengan Neng Marwa. Bukan ke sini, hanya sebab menenangkan SAYA!" Mutiara menekankan kata "SAYA" diakhir ucapnya. "Kamu...