Tiga hari sudah berlalu, semenjak kejadian itu warga desa merasa sedikit cemas pasalnya saat ini warga sedang berurusan dengan manusia pengabdi ilmu hitam, bukan manusia biasa. hal ini membuat warga takut jika Bu Asih semakin menjadi-jadi dan nekat mencelakai warga desa. Semenjak tiga hari itupun warga tak lagi melihat kehadiran Bu Asih dan Ayu di desa ini, terakhir kali warga melihat kehadiran Bu Asih pada saat pengupacaraan mayat suaminya dan setelah itu Bu Asih benar-benar menghilang. Bahkan beliau tidak tinggal dirumah ibunya, ibu beliau berkata jika Bu Asih tak dapat ia terima di rumahnya lagi karna telah berbuat keji kepada salah satu warga desa, dan kini tidak ada yang tau kemana perginya Bu Asih dan Ayu.
Di malam ini hujan turun dengan sangat deras, diiringi suara gemuruh petir yang salih sahut menyahut.
Di sebuah rumah terlihat keluarga kecil yang sedang berkumpul sembari mengobrol, seorang gadis muda dan cantik tengah duduk di kursi yang berada di ruang tamu bersama lelaki paruh baya, di sebelahnya terduduk wanita tua yang sedang terdiam dengan pandangan kosong.
"Ibu bener-bener gak bisa sembuh ya pak?" Tanya Gadis itu yang tak lain adalah Anna
Pak Herdy menghela nafas pendek
"Iya""Kata jro, cetik yg dikirimkan oleh Bu Asih dan Ayu sangat kuat hingga membuat ibumu seperti ini" kata Pak Herdy sembari menatap kearah istrinya yang sudah kehilangan akalnya
Anna menghela nafas berat, beribu ujian yang menimpa dirinya membuat ia putus asa. Ingin rasanya ia mati dan pergi demi menghilangkan rasa sakit dan perih yang menghantui hidupnya. hidup tanpa kasih sayang seorang ibu lagi itu sangat berat baginya, walapun raga Bu Santhi masih dapat ia genggam tapi ia masih merasakan hidup tanpa seorang ibu dan tanpa keluarga yang lengkap lagi.
"Ann, kamu antar ibu ke kamar ya!" Titah Pak Herdy kepada Anna yang termenung
Anna mengangguk, ia kemudian mendorong kursi roda ibunya kearah kamar. Sesampainya disana ia segera menurunkan tubuh kurus ibunya untuk berbaring di atas ranjang.
Anna menyelimuti Bu Santhi dengan lembut, tak lupa ia mengecup pipi ibunya.
"Semoga tuhan memberi ibu kesehatan" kata Anna sembari menatap mata Bu Santhi yang juga ikut menatapnya
Tiba-tiba suara petir yang menggelegar terdengar seperti menghantam tanah begitu kuat hingga membuat getaran yang kencang. Anna terpekik kaget dan memeluk tubuh Bu Santhi secara tiba-tiba.
Anna menautkan alisnya bingung saat merasa tubuh ibunya bergetar dan gelisah, kemudian ia melepas pelukannya.
Rasa takut yang tadi muncul pada diri Anna kini semakin mencuat saat melihat mata Bu Santhi mendelik lebar dan menatap kearah pojok kamar, tubuh Bu Santhi bergetar hebat, bibirnya bergumam tak jelas dengan nada bergetar.
Anna menoleh kearah pojokkan kamar, disana hanya bertengger foto dirinya dan kedua orang tuanya. Mata Anna masih menyusuri kamar ibunya hingga ia berhenti dan menatap fokus kearah cermin yang menempel pada almari ibunya, cermin itu menghadap kearah barat hingga memperlihatkan pojok kamar.
Jantung Anna berpacu begitu cepat, ia yakin ia tidak salah liat. Lewat cermin itu ia melihat sesosok tubuh berdiri di pojok kamar, tubuhnya dibaluti kamben putih, kulitnya hitam legam dan rambutnya tergerai berantakkan, sosok itu menunduk tanpa memperlihatkan rupanya.
Anna dengan wajah pucatnya kembali menoleh kearah pojok kamar, namun layaknya ilusi sosok itu tak ada disana.
Anna semakin ketakutan, ia melihat ibunya yang masih bergerak gelisah dengan mata yang masih menatap pojokkan."Bu, apa yang ibu liat?" Pekik Anna dengan nafas memburu
Bu Santhi masih saja seperti melihat sesuatu di pojokkan itu, seolah-olah sesuatu itu mampu membuat Bu Santhi ketakutan setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Leak (Selesai✔)
Horror"A-Ayu..yu" panggil Anna terbata bata, tangannya mencengkram erat tangan Ayu yang kini tengah mengikuti arah pandangan Anna tubuh mereka terasa kaku saat melihat kobaran api menjilat jilat di area kuburan dengan seseorang yang menari nari sembari me...