Part 15

1.7K 190 7
                                    

Hari sudah mulai cerah matahari terlihat mengacung tinggi diatas langit dengan sinar panas dan terik, sementara teriakan warga desa masih menggema di seluruh hutan, warga memutuskan turun kejurang melalu jalan pintas di bawah bukit, semenjak tadi pagi Anna belum juga ditemukan.

Ayu mengikuti kedua orang tua Anna yang masih setia berteriak memanggil putri semata wayangnya, Ayu menangis merasa semua ini salahnya karna ia Anna menjadi jatuh kedalam jurang ini, tangisnya ia pendam agar kedua orang tua Anna tak melihat ia menangis.

Tiba tiba salah satu warga desa datang dengan tergesa gesa menghampiri Ayu dan kedua orang tua Anna, wajahnya nampak kelelahan sehabis berlari.

"Pak Herdy, buk Santhi" panggilnya dengan nafas terengah engah

"Kenapa Mar?" Tanya Pak Herdy

Marno mengangkat tangan kanannya terlihat ia menggenggam potongan kain rajut yang telah robek dengan bercak darah di beberapa bagian
"Apakah ini milik anakmu?" Tanya Marno

Ayu mengangguk dengan pasti
"Iya, itu baju yang Anna pakai"

Marno menunduk
"Maaf jika membuat Bu Santhi dan Pak Herdy sedih, firasat saya Anna sudah tidak tertolong bu, dia dimakan hewan buas" kata Marno pelan

Bu Santhi bersimpuh dengan isak tangis yang memilukan
"ANNAA! HIKS HIKS" isaknya

Pak Herdy berlutut memeluk Bu Santhi
"Pak anak kita pak!!, ibuk belum siap kehilangan Anna pak" tangis buk Santhi

Pak Herdy menangis dalam diam, air matanya luruh dengan tangan terkepal erat, sementara Ayu menutup wajahnya dengan air mata yang ikut menderai deras, ia terisak mengenang Akhir perjalanan ia dan sahabatnya setragis ini.

Namun tiba tiba Bu Santhi bangkit dengan wajah memerah, mata bengkaknya menatap tajam kearah Ayu.

Plakk

Ayu mengerjapkan matanya beberapakali, pipinya ngilu dan panas ia tak percaya Bu Santhi telah menamparnya begitu kuat dan penuh penekanan, Air matanya kembali turun ia masih tak percaya seorang ibu untuk pertama kali menampar wajah cantiknya.

"Ini semua salahmu!" Sentak Bu Santhi menunjuk Ayu dengan tajam

"Kenapa kalian harus berbohong kepada ibu? Dan lihat ini semua terjadi!" Makinya lagi

"Kamu penyebab ini semua!, Anna anakku mati!"

"Kenapa kamu tega Ayu" tangis Bu santhi seakan akan telah gila

Ayu menunduk meratapi semua ini memang salahnya, tapi tidak sepenuhnya ini semua juga rencana Anna.

"Tapi Buk, kami kesini punya tujuan penting" jelas Ayu sembari menangis

"Apa lagi yang kau cari kehutan laknat seperti ini hah?" Teriak Bu Santhi

Ayu menggeleng pelan, tiba tiba Bu Santhi menarik kencang rambut Ayu membuat Ayu berteriak kesakitan, Pak Herdy segera melerai Bu Santhi agar tidak kelewatan namun Bu Santhi tetap kuat menarik rambut Ayu

"Apa yang kau cari!?, Ibu tidak pernah mengajarkan kalian pergi kehutan!" Teriak Bu santhi lagi

"Dengarkan Ayu Bu" kata Ayu pelan

"Apa!?"

"Ayu dan Anna di teror leak!" Teriak Anna berhasil membuat ketiga orang di depannya terdiam membisu untuk beberapa menit

Bu Santhi melepaskan cengkramannya di rambut Ayu kemudian menatap tajam gadis itu, untuk sekali lagi ia menapar pipi gadis itu dengan kencang hingga menimbulkan bercak merah di wajah gadis itu

"Dan kaulah leaknya!" Teriak Bu santhi kemudian berjalan meninggalkan Ayu yang terdiam

Ayu menangis kembali, ia bersimpuh sembari berteriak
"Hiks hiks, Anna aku salah Ann? Kamu dimana?, aku.. aku takut" lirihnya

Ia bangkit dengan lunglai, berjalan perlahan kembali mencari Anna, warga sudah mulai berpencar kesana kemari namun tak kunjung jua Anna di temukan.

Hari semakin temaram, langit sudah terlihat menjingga dan Anna belum juga ditemukan, semua orang semakin khawatir termasuk Ayu, ia berjalan kearah sungai sesuatu mencurigakan dapat ia lihat dari tepi sungai.

Dengan perlahan ia mendekat, sesuatu itu kotor berlumuran tanah tapi satu hal yang membuat Ayu terhenyak baju rajut Anna terpampang jelas, Ayu segera berlutut ia merabanya dan sekali lagi ia terkejut rasa dingin sebuah kulit menjalar di tangannya, ia segera membalikkan tubuh dingin itu dan terpampanglah wajah pucat pasi Anna yang tergeletak tak berdaya, wajahnya robek, darah kering terlukis disana.

Ayu menggeleng tak percaya, sahabatnya ternyata tidak berakhir dimakan hewan buas ada kesenangan dan kesedihan yang muncul dibenak Ayu, senang karna Anna tidak dimakan hewan buas itu tandanya Anna akan selamat dan sedih jika Anna mati tak terselamatkan karna terjun kejurang

"Anna" bisik Ayu di telinga Anna

"Jangan tinggalin aku" isak Ayu menangis sembari memangku tubuh Anna

Ayu menoleh kesana kemari kemudian berteriak
"Tolong!!" Teriaknya kencang

Mendengar teriakkan itu warga desa segera menyusul kearah sungai, disana terlihatlah Ayu yang tengah menangis, Bu Santhi berlari menghampiri Ayu dengan wajah marah.

"Anna!, Anna!" Panggil Bu Santhi dan merebut Anna dari pangkuan Ayu

"Bangun nak bangun" teriak ibunya

"Anna" tangisnya pilu

Semua warga yang melihat itu turut sedih, Ayu menangis disamping Anna ia menggenggam tangan Anna erat namun di tepis oleh Bu Santhi dengan kasar

"Lepaskan tangan kotormu dari anakku!" Bentak Bu Santhi

"Pergi kamu pergiii!" Teriaknya lagi,

Warga yang melihat itu terkejut dengan perubahan sifat Bu Santhi terhadap Ayu, orang tua Ayu yang ikut menyaksikan kejadian itu merasa tak terima.

Ibu Asih selaku ibu Ayu berjalan mendekat kearah Ayu dan Bu santhi yang tengah mencaci maki Ayu.

Sampai di depan Bu Santhi, Bu Asih menangkap tangan Bu Santhi yang hendak kembali menampar Ayu, terjadi tatapan sengit antar kedua wanita paruh baya itu.

"Berhenti menyalahkan anak saya" tekan Bu Asih kemudian menghempaskan tangan Bu Santhi dengan kasar

"Anda pikir anak saya binatang yang seenaknya anda salahkan dan anda caci maki? Dimana hati keibuanmu Santhi"

"Anda jangan egois!, anak saya juga jadi korban!" Teriak Bu Asih menatap tajam dengan wajah mengerikan jika dipandang

Bu Santhi menatap Bu Asih tajam
"Seharusnya Anda kasi tau anak ini, sahabat sendiri kok bisa celaka"

"Namanya juga manusia, Anda pikir Anda tidak pernah punya kesalahan?" Bu Asih semakin sengit, kemudian ia menarik Ayu

"Ayo pulang, berhenti berurusan dengan manusia tidak tau diri itu!"

Ayu pasrah dalam tarikan ibunya, ia menangis merasa bersalah atas kejadian ini

"Hiks hiks" tangisnya membuat Bu Asih berhenti berjalan, ia menatap Anaknya dan memeluk erat tubuh Ayu yang bergetar 

"Jangan nangis sayang, jangan dengarkan dia ibu tau kamu tidak sepenuhnya bersalah ibu tau semuanya sayang" kata bu Asih lembut sementara Ayu masih sesenggukan menangis

"Ibu akan buat kamu tenang, lupakan semua orang yang nyalahin kamu sekarang kamu harus menjadi yang unggul diantara mereka" kata Bu Asih sembari tersenyum hangat pada Anaknya

Teror Leak (Selesai✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang