KEZAN | [2]

6.6K 362 16
                                    


















Sudah vote dan coment?
















Selamat membaca!
















"KOK LO BISA DUDUK SEBANGKU SAMA TUH COWOK, SIH?!" ucap kedua sahabat Jea heboh. Setelah mereka bertiga sudah tiba di Yt. Bukan, kepanjangannya bukan YouTube. Tetapi, Yesterdaytime. Salah satu Cafe terkenal, milik keluarga Alen.

Vika dan Alen. Sahabat Jea sejak masa MPLS. Vikalya Liliatina, cewek jutek, judes, galak tetapi cantik itu mampu memikat hati lelaki manapun. Selain sifatnya yang judes ataupun galak, Vika memiliki sisi penyayang jika bersama sahabatnya.

Sedangkan Alena Jinahya, perempuan dengan rambut berponi, suka makan dan hobi bergosip seperti tetangga, serta penyuka warna pink. Lihat saja sekarang, Lena memakai jepit rambut berwarna pink dengan jam tangan berwarna pink dan juga sepatunya yang berwarna putih campuran pink. Lengkap sudah.

"Huh? Dengan siapa?" Jea mengernyit kebingungan dengan perkataan mereka berdua.

"Gue denger gosip kelas sebelah kalau lo tuh duduk berdua sama Kezan yang padahal dia sendiri kan nggak suka duduk bahkan dekat-dekat sama cewek lain!" ujar Alen.

"Nggak tau deh, Kok bisa hal begitu saja mereka gosipin," jawab Jea malas.

"Lo nggak ketahuan pak Genta, ya?" tanya Vika penasaran.

"Makanya itu, cowok yang kamu bilang itu tadi yang bantuin aku," ucap Jea santai sembari meminum jus apel, minuman favoritnya.

"Yang benar?!" seru mereka berdua kompak.

Jea mendelik. "Kenapa, sih? Heboh banget."

"Satu sekolah juga tahu kali, Kezan anti banget sama yang namanya cewek, apalagi bantuin lo! Bisa masuk tujuh keajaiban dunia di On The Spot!" pekik Vika.

"Kalau itu sih, aku juga tahu," ujar Jea. "Cowok itu berandalan banget, ya?" Jea mengingat lelaki itu yang tidak memakai dasi, baju yang dikeluarkan, dan jangan lupakan rambut yang tidak tertata rapi.

Yah, walaupun begitu, Jea sangat berterimakasih karena bantuan lelaki tersebut Jea tidak keliling lapangan sepuluh kali. Maksudnya—bisa saja kan lelaki itu meninggalkannya dan nggak usah repot-repot untuk membantunya.

"Berandalan sih berandalan, tapi kok bisa, sih, ada yang suka cowok berandalan gitu?" sahut Alen histeris.

"Dan yang kalian bilang berandalan itu anak tunggal keluarga Adhitama, lo tau kan mereka sekaya apa." Vika memperingati.

"Kalo bisa lo jangan deket-deket sih, soalnya auranya tuh—" Alen memejamkan matanya, menarik napasnya dan menghembuskannya. "—Pokoknya nyeremin deh."

"Tapikan ... aku sebangku dengannya. Bagaimana bisa buat nggak dekat?"

****

Jea bangun pagi-pagi sekali untuk ke sekolah, karena dia tidak mau telat hanya karena kemacetan ataupun bangun kesiangan lagi. Cukup kemarin saja dirinya telat, tidak lagi.

Jea sampai di sekolah dengan keadaan sekolah yang terbilang masih sepi. Karena masih pukul enam lewat lima belas menit, sedangkan sekolahnya masuk jam tujuh tepat.

Jea menunduk. Melihat paper bag berwarna mocca—berisikan jaket milik Kezan, yang sedari tadi dia bawa pada tangan kanannya. Jaket Kezan ternyata beraroma mint. Walaupun di dekat lelaki itu, tubuh Kezan juga mengeluarkan aroma mint.

Jea bergegas memasuki kelas, dia kira kelasnya sudah terdapat beberapa orang. Tenyata hanya satu orang saja. Dan bisa kalian tebak siapa itu?

Iya. Kezan.

Jea segera menaruh tasnya pada kursi. Tetapi sepertinya Kezan terusik, hingga dia bangun dari tidurnya dan menatap mataku.

"Aku balikin jaket kamu!" ucap Jea buru-buru menyodorkan paper bag polos berwarna mocca kepada Kezan.

"Lo tinggal taruh aja di meja," ucapnya ketus. Seperti biasa.

"Aku baru saja datang kok." Jea tak kalah ketus.

"Ya sudah, sini kan." Kezan merampas paper bag itu dari tangannya.

"oh, iya, nama lo siapa?" tanya Kezan dan tatapan matanya tertuju pada badge name di seragam Jea. "Jeanetta Adysta? Netta?"

Memorinya kembali menghampirinya, saat Papanya juga memanggil namanya 'Netta' berbeda dengan yang lainnya.

"Kamu ... memanggil ku apa?" tanya Jea ulang.

Kezan mengerutkan keningnya. "Netta ...?"

"Jea. Jangan memanggilku Netta, panggil aku Jea," perintahnya.

"Itu kan nama lo."

"Pokoknya jangan," ucap Jea tak suka.

"Kalau gitu, gue tetep manggil lo Netta," bantahnya.

"Terserah kamu deh!" ucap Jea menyerah.

"Mau apa lagi?" tanya Kezan menatap Jea sinis, karena perempuan itu masih tidak pergi dari hadapannya.

"Kamu nggak mau bilang apa gitu?" ucap Jea tersenyum paksa, menunggu ucapan terimakasih dari lelaki itu. Masa Kezan tidak mau mengucapkan terima kasih? Hanya sekedar kata terima kasih saja masa dia tidak mau ucapkan?!

"Nggak," ujarnya, sangat singkat.

Apa yang Jea harapkan dari manusia biadab ini?

"SAMA-SAMA!!!" seru Jea kesal, lalu melangkah cepat keluar kelas.

"Cewek aneh," gumamnya.

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang