KEZAN | [13]

2.7K 165 6
                                    














Janji vote dan spam coment?













Wah, terima kasih!











Silahkan scroll dan lanjut membaca ya man-teman💜













Hari terus berlalu dan bulan pun juga berganti dengan hati Jea yang juga sangat-sangat random dimana saat dia melihat-lihat barang di toko aksesoris, bola matanya terhenti saat melihat sebuah catatan kecil berwarna pastel yang mengingatkannya pada Kezan padahal itu sama sekali tidak ada hubungannya.

Masalahnya catatan itu bisa ia catat rumus matematika yang Kezan sangat sangat sangat tidak tahu membuat Kezan akan sangat bisa mengingatnya jika buku catatan kecil itu selalu di bawanya kemana mana. Jea pikir mungkin seperti itu.

"Kezan! Tunggu!" teriak Jea dengan langkahnya yang tergesa gesa mengejar langkah Kezan yang tidak cepat tetapi terkesan lebar membuat Jea dengan tubuh mungilnya ini tidak bisa mengimbanginya.

"Ih! Di bilangin tunggu juga! Kezan bangsat!" teriak Jea lagi dengan tubuh yang sudah menghadang Kezan agar menghentikan langkahnya.

Kezan sedikit menunduk menatap Jea yang sudah berada di hadapannya menghalangi berjalan membuat ia menghentikan langkahnya. "Siapa yang ajarin ngomong kayak gitu?"

Jea memiringkan kepalanya. "Ngomong apa?"

Kezan menyentil dahi Jea pelan. "Lain kali nggak boleh bicara kayak gitu."

"Iya, iya!" Jea mendengus sebal. "Kezan!" seru Jea.

"Hm?"

"Ham hem ham hem Coba selain itu bilangnya! 'Iya, kenapa?' seenggaknya gitu kek ini cuma hm doang!" ucap Jea dengan nada yang berbeda-beda.

Kezan menghela nafas kasar. "Apa Netta?" ucapnya, tapi masih datar.

"Nah gitu dong!" ucap Jea seraya menjentikkan jarinya.

Kezan berdecak. "Ada apa? Kalau nggak ada kepentingan mending minggir."

"Iya, iya! Tunggu duluuu!" ucap Jea kembali menghadang Kezan di depannya karena Kezan yang kembali melangkah meninggalkannya.

"Cuma bentar!" ucapnya cepat sebelum Kezan kembali melangkah. Jea dengan perlahan maju satu langkah di depan Kezan dan mengulurkan tangannya yang terdapat sebuah catatan kecil berisi semua rumus rumus matematika darinya. "Ini," ucap Jea dengan tangan kanannya yang terulur dan terdapat

Netra Kezan beralih menatap catatan kecil yang berada di tangan kanan kecil Jea. "Apa ini?" tanyanya.

"Bentar lagi kan ujian. Jadi ini catatan khusus dari aku, buat hapalin rumus matematika, eh bukan-bukan. Buat mahamin rumus matematika. Jangan lupa di pahamin biar bisa inget di otak," kata Jea panjang. Membuat Kezan mengerutkan keningnya.

Kezan kemudian mengangguk singkat, yang Jea lihat seperti anak kucing yang patuh. "Oke," ucap Kezan setelah terdiam beberapa detik.

Jea memutar bola matanya malas. "Kelamaan," ucap Jea yang mendekat lalu menjinjit sedikit dan segera menaruh catatan berwarna pastel itu di saku seragamnya Kezan.

"Jangan lupa di pahamin," kata Jea kepada Kezan. Sebelum akhirnya Jea berdiri dan melangkah keluar kelas.

Kezan terdiam sepersekian detik, lalu menatap saku seragamnya yang pertama kalinya ini di isi oleh barang, sebuah catatan kecil dari Jea.

****

"Lo ngapain sih main hp mulu kerjaannya!" teriak Deano kepada Gilang disampingnya.

"GGS!" jawabnya.

"Hah? Ganteng Ganteng Serigala?" ucap Deano bingung.

"Gesar Geser Story!"

"Lah?! Anjir! Bisa gitu ya?," ucap Deano.

"Bisalah bambang!" teriak Gilang.

"Nama bapak gue monyet, jangan dibawa bawa, elah!" teriak Deano tak kalah serunya.

"Iya, iya, refleks goblok!"

"Lo yang goblok!"

"Lo pada kenapa, sih, ribut mulu dari tadi," ucap Rakan pusing.

"Bukan urusan lo!" teriak mereka berdua kompak.

"Cie! Barengan lagi jawabnya, jodoh kali!" ucap Heza tertawa terpingkal-pingkal.

Dean dan Galang saling pandang kemudian memandang jijik setelah mendengar perkataan Lingga. "Amit-amit!" ucap mereka berdua kembali kompak.

"Nah kan, homo!" teriak Lingga.

"Itu apa di saku seragam lo?" tanya Dean berusaha mengalihkan topik pembicaraan yang membuatnya malu. Apa tadi?! Homo?! Lagian netranya juga tak sengaja melihat benda kecil berwarna pastel di saku seragam Kezan.

"Eh iya, baru nyadar gue," kata Heza yang juga melihat.

Mereka ber-empat menatap Kezan menunggu jawaban.

Kezan memandang mereka berempat tanpa ekspresi. "Mau tahu?"

Dengan cepat mereka ber-empat menganggukkan kepalanya.

Kezan menghela nafas. "Dari Jea," ucapnya singkat tetapi mampu membuat mereka berempat semakin terheran heran.

"H ... hah?! Apa, apa?! Dari Jea?! Cewek lo itu?!" ucap Galang dramatis.

"Lo pacaran kan sama tuh cewek?! Ngaku lo!" ucap Lingga yang segera mendekat ke samping Kezan.

"Nggak!" Kezan berdecak kesal. "Kata Jea, gue di suruh bawa nih catatan ke mana-mana, disuruhnya gue mahamin rumus matematika," jelas Kezan tanpa minat.

Mereka akhirnya paham lalu mengangguk angguk.

"Berarti catatan itu ditulis Jea terus di kasih ke lo?" Tanya Deano belum puas.

"Iya," jawab Kezan singkat.

"Lihat dong!" teriak Galang ingin mengambil catatan mini berwarna pastel itu di saku seragam Kezan.

Tapi belum sempat mengambil, Kezan sudah lebih dulu menyentakkan tangan Kezan, lalu Kezan menatap Galang dingin. "Nggak."

Mereka melongo kebingungan.

"Kenapa?!" tanya Heza mewakili mereka ber-empat.

Sebelum pergi, Kezan berucap dengan nada ketus,"Ini dibuat untuk gue, nggak boleh sembarangan lo pegang-pegang."

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang