KEZAN | [12]

2.9K 169 1
                                    













Sesusah itu ya buat klik vote?🙂
I'm ok👍










Makasih yang udah vote! xixi💜











Selamat membaca guys💜










"Jea," ucap Pak Arsa seraya merapikan buku bukunya di meja.

"Iya pak?" ucap Jea menatap ke arah pak Arsa.

"Setelah istirahat ke ruangan bapak sebentar," ucapnya lalu segera berlalu pergi.

Jea mengangguk antusias. Kebingungannya mungkin akan terjawab saat selesai istirahat dan ke ruang guru.

****

"Kamu tahu kenapa bapak panggil ke sini?" ucapnya seraya memijat pelipisnya seperti ada hal pusing yang Jea belum mengerti.

"Tidak tau pak."

"Kenapa ujian semester kali ini sangat tidak ada perkembangan?" tanya Pak Arsa dengan raut kecewa di wajahnya.

Jea terbelalak. Jantungnya mulau berdetak tak karuan. "Nilai saya ... turun pak?" tanya Jea sambil menggigit bibirnya.

"Bukan. Tapi karena nilai Kezan yang sama sekali tidak maju, tidak ada perkembangan," ucap pak Arsa lalu menghela nafas.

Jea memainkan kuku jarinya dengan tangan. Kezan? Bagaimana dengan lelaki itu? Kenapa bisa ida tidak ada kemajuan? Padahal beberapa hari mendekati hari ujian, Caka sudah belajar dengan giat walaupun Jea memaksanya memang. Apakah beasiswanya akan di cabut? Pikiran Jea kalut, dia semakin menggigit bibirnya dalam.

Pak Arsa mengambil selembaran kertas yang berisi nilai ujian semester milik Kezan, dan memperlihatkannya kepada Jea. "Ini Jea, kamu bisa lihat kan nilainya Kezan. Kenapa nilainya buruk semua? Padahal kamu sudah bapak tugaskan dan kamu menerimanya dengan baik. Kamu juga sebangku kan dengan Kezan? Harusnya itu mempermudah dalam proses pembelajaran. Lalu kenapa sama sekali tidak ada perkembangan?" ucap pak Arsa memijat keningnya.

"Saya benar-benar minta maaf pak ... saya bakalan ... ngajarin Kezan belajar dengan lebih baik lagi, saya janji pak," ucap Jea antusias, dan dia ragu perkataannya ini menjadi kenyataan.

Pak Arsa menghela nafas, lalu menatap Jea. "Baiklah, bapak beri kamu satu kesempatan lagi. Jika nilai Kezan masih buruk saat ujian kenaikan kelas. Beasiswa kamu jadi taruhannya," ucap pak Arsa yang berdiri lalu pergi meninggalkan Jea yang masih berada di ruang guru.

Jea terbelalak. Beasiswanya menjadi taruhannya. Jea menunduk. Pikirannya kalut. Bagaimana caranya agar nilai Kezan membaik? Bagaimana jika seandainya nilai ujian kenaikan kelas Kezan buruk? Bagaimana jika beasiswanya benar-benar akan di cabut nanti?

Kezan yang sedari tadi melihat semuanya dan bersembunyi di balik pintu ruang guru, hanya bisa terdiam, lalu menghela nafas. Kezan mengacak rambutnya frustasi. Baiklah, mulai sekarang, dia tekadkan agar nilainya baik saat ujian kenaikan kelas nanti. Dan Kezan juga tak akan mengecewakan Jea.

****

"Lo kok akhir-akhir ini jadi sering bawa buku pelajaran ke tongkrongan?" tanya Lingga yang melihat Kezan dengan antusias membuka buku paket biologinya dan memahami dengan teliti isinya.

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang