KEZAN | [9]

3.1K 214 29
                                    













Ayo capai target biar author sekali update langsung tamat!













Sudah vote dan coment? Kalau begitu selamat membaca💜💜💜















Setelah kemarin lusa, Jea dan Kezan mencari buku biologi di perpustakaan NRI tersebut akhirnya hari ini setelah pulang sekolah mereka berdua sudah berada di perpustakaan umum.

"Apa maksudnya ini?" tanya Kezan menunjuk bab di buku biologi itu.

"Klasifikasi makhluk hidup?" Jea membaca judul bab di buku Biologi part satu. "Itu mudah sekali ya ampun, kamu tinggal memahaminya saja dan menghafal pengertiannya juga."

"Lalu ini?" ucap Kezan yang langsung meloncati bab selanjutnya.

"Pelajari dulu bagian ini!" ucapnya kesal. "Oh iya, pokoknya ulangan harian Biologi besok harus dapat tujuh puluh!"

Oke, sebenarnya nilai Kezan itu dibawah empat puluh dan sama sekali nggak ada yang di atas KKM yaitu delapan puluh. Tetapi, Jea akan berbaik hati untuk ulangan kali ini, karena ya, Biologi sesusah itu.

"Lima puluh saja," ucap Kezan spontan membuat Jea naik darah, diberi hati malah minta jantung!

"Kamu menawar padaku?!" seru Jea.

****

Jea dan Kezan sudah berada di perpustakaan sekolah sejak tiga jam yang lalu, dan penyebabnya adalah karena tiga buku biologi ini. Jea sih memang sudah menguasainya, tapi bagaimana dengan manusia di hadapannya ini?

"Sebentar," ucap Kezan yang berdiri.

Jea mendongak menatap Kezan. "Mau kemana?" tanya Jea.

"Cuma sebentar," jawabnya.

"Ikut," ucap Jea.

"Nggak usah, diluar dingin," ucap Kezan.

"Takut," rengek Jea.

"Gue cuma bentar. Masa lo takut?" ucap Kezan mengejek.

Jea terdiam, lalu kembali menulis jawaban kisi-kisi soal yang diberi oleh masing-masing guru mapel.

Kezan menghela nafas, lalu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Jea. "Ya sudah, ayo."

Sedetik kemudian Jea langsung tersenyum senang, lalu dengan segera Jea menapakkan tangan kanannya di atas tangan kanan Kezan, membuat tangan mereka saling bergandengan. "Oke!"

Hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan atau memang tidak tahu apa yang mau di bicarakan selama berjalan menuju Junimart.

Kemudian, Kezan melepas jaketnya dan bergerak menyelimuti tubuh Jea dengan jaket milik Kezan yang beraroma mint. "Angin malam nggak baik," kata lelaki itu.

****

"Lo mau makanan apa?" tanya Kezan setelah mereka berdua tiba di junimart dekat sekolah.

"Coklat," kata Jea senang, karena dia memang pecinta makanan coklat.

"Nggak sehat," ucap Kezan.

"Suka-suka aku dong!" ucap Jea mencebik kesal kala Kezan benar-benar hanya memasukkan makanan yang tergolong sehat ke dalam troli. Jea segera mengambil semua makanan dengan rasa coklat ke dalam troli dan langsung dikeluarkan kembali oleh Kezan. "Sekali-sekali saja kok!"

"Nggak," ucap Kezan tegas.

Jea memanyunkan bibirnya. Namun, sedetik kemudian Jea terperangah. "Kamu beneran beli makanan rasa coklat semua?!" Jea melihat Kezan yang tiap detiknya memasukkan makanan dan cemilan rasa coklat ke dalam troli.

"Biar lo seneng, nggak ngerengek terus," ucap Kezan.

Hampir saja dia ingin memuji Kezan atau bahkan mengeluarkan Kezan dari daftar hitam, tetapi dia urungkan karena Kezan tetap semenyebalkan itu.

"Kenapa banyak sekali?!" teriak Jea saat Kezan memasukkan semua makanan serta cemilan ringan ke dalam troli dengan rasa coklat dan rasa lainnya.

Kezan memandangi isi trolli. "Ini kelihatannya masih kurang."

Jea terpaku melihat isi troli yang sudah hampir terisi penuh itu. "Ini sudah penuh!"

Kezan berjalan beberapa langkah menuju kulkas yang penuh bermacam-macam minuman. Jea hanya mengikut Kezan dari belakang saja.

"Lo lupa ini." Kezan mengambil Yogurt dengan rasa strawberry dan menempelkannya pada kening Jea.

"Aws, dingin!" ringis Jea seraya mengusap-usap keningnya.

"Cepat, mau apa lagi?" tanya Kezan datar.

"Sudah selesai, ayo bayar!" ucap Jea mendorong troli tersebut dari tangan Kezan dan segera mendorongnya menuju meja kasir. Dengan gesit Jea segera mengeluarkan barang barang yang terdapat di dalam troli tersebut. Kebanyakan memang makanan rasa coklat.

****

"Makanlah," ucap Kezan menyodorkan plastik besar berlogo Junimart yang berisikan makanan makanan tadi kepada Jea.

"Berapa? akan aku bayar setengahnya," ucap Jea.

"Nggak usah."

"Ya nggak bisa gitu! Cepat berapa," ucap Jea lagi.

"Nggak perlu," ucap Kezan penuh penekanan.

Jea menghela nafas. "Ya sudah ayo kita makan bersama."

"Nggak, lo aja."

"Aku?"

"Iya, cepat makanlah, buat lo semua."

"Hah?" Ucap Jea mulai loading. Maksudnya semua makanan ini untuknya?

Kezan menyentil kening Jea pesan. "Makanlah semuanya, gue nggak lapar, Netta."

****

"Ayo kita pulang, sudah hampir jam tujuh soalnya," kata lelaki itu.

Jea mengangguk. "Oke." Sedetik kemudian dia terlonjak kaget. "Ya ampun, aku lupa mama hari ini pulang!"

"Mama lo kerja apa memangnya?" Kezan bertanya.

"Mama kerja sebagai dokter umum ... dua Minggu yang lalu dinas ke Bandung, dan hari ini mama bakal pulang," Jea berucap panik. Segera mereka berdua membereskan buku-buku di meja perpustakaan dan berjalan menuju parkiran sekolah.

"Hati-hati di jalan!" seru Jea setelah tiba di parkiran sekolah.

"Cepat naik," suruh Kezan.

Jea menggeleng. "Kamu duluan saja, aku akan naik bus terakhir," tolak Jea.

"Lo tuli?" titah Kezan sekali lagi.

"Kamu ini benar-benar ya ..." Jea menghela nafas. "... Baiklah," kata Jea akhirnya. Setelah mendapati pelototan tajam dari netra hitam legam milik Kezan.

****

"Lho, lampu rumah aku udah hidup? Berarti mama udah pulang dong?" Jea kelabakan. Belum sempat mengusir Kezan untuk pergi dari perkarangan rumahnya, mamanya sudah lebih dulu keluar.

"Gue pamit dulu sama mama lo, ya? Karena udah buat anaknya pulang malam," ucap Kezan.

"E ... eh, nggak usah!"

"Udah jam segini kenapa baru pulang? Terus siapa cowok itu? Pacar kamu? Kok nggak bilang mama, sih? Ganteng-ganteng gini di sembunyiin."

Ini kok, nada bicara mamanya jadi ... begini, sih?

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang