KEZAN | [33]

2.1K 118 0
                                    

Jea pulang sekolah dengan berjalan kaki dan menuju halte tempat penungguan Bus untuk dia kembali ke rumah. Tetapi ia harus menuju Junimart untuk membeli kebutuhan bulanannya.

Junimart berada di seberang jalan. Membuat Jea berhenti melangkah dan hendak menyebrang jalan saat lampu lalu lintas menandakan bahwa pejalan kaki bisa melewati trotoar dengan aman karena motor dan mobil yang sudah berhenti.

Tetapi tiba-tiba nafasnya tercekat. Jea memegang. Saat lalu lintas di hadapannya ini membuat ingatan itu kembali memenuhi memorinya. Truk dan lalu lintas, semuanya kembali memenuhi pikirannya.

Ingatan sepuluh tahun yang lalu membuat Jea segera mengurungkan langkahnya dan memundurkan langkahnya perlahan. Jangan lagi dia ingat kenangan buruk tersebut. Jangan lagi membuat dia merasa bersalah kepada Papa.

Tangan seseorang dengan cepat mengaitkannya dengan tangan kanan Jea. Meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja. Membuat dia tersentak kaget dan melihat tangannya yang dipegang seseorang. Jea mendapati Kezan dengan masih memakai seragam sekolah hanya saja dibaluti dengan jaket miliknya.

"Ada gue, lo nggak perlu takut," ucap Kezan, yang mulai menarik tangan Jea dan menuntunnya pelan untuk menyebrang jalan raya, Jea tanpa sadar mengikuti langkah Kezan didepannya dengan tangan mereka yang masih bertautan. "Kalau lo takut nyebrang jalan, lo bisa telepon gue," ucap Kezan kemudian terkekeh kecil.

"Ih! Masa mau nyebrang jalan aja harus telepon kamu dulu, lama!"

"Ya ... terus?"

"Nabrak!"

"Lo mau kemana?" tanyanya.

"Junimart," jawab Jea jutek.

"Gue tunggu."

"Nggak usah, kamu pulang aja, aku udah nggak apa-apa kok," ucap Jea meyakinkan.

"Tetep gue tunggu," ujarnya keras kepala.

"Iya deh," ucap Jea pasrah. "Kamu tunggu di luar aja," ucap Jea saat melihat Kezan yang mengikutinya masuk dengan wajah polos.

"Gue mau ikut kemanapun lo pergi," ucap Kezan tak bisa dibantah.

"Posesif!" ucap Jea yang mendengus kesal. Benar-benar manusia yang sangat keras kepala.

Akhirnya setelah beberapa menit kemudian dia memilih untuk barang kebutuhan bulanannya ia langsung menuju kasir untuk membayar semua ini, tetapi belum sempat ia merogoh tas sekolahnya. Kezan sudah lebih dulu menyodorkan kartu kredit miliknya kepada kasir.

"Eh, Kezan! Kamu ngapain?" panik Jea.

"Bayar."

"Ini kan belanjaan ku, ngapain kamu yang bayar!" ucap Jea yang terdengar panik saat kartu kredit itu sudah di ambil oleh mbak kasir dan menyodorkannya kembali kepada Kezan saat transaksi sudah selesai.

"Nggak apa-apa, cuma segini doang."

"Segini doang apanya coba?! Ini banyak banget tau! Cepat berapa totalnya tadi, aku balikin uang kamu," ucap Jea membuka cepat tas sekolahnya untuk meraih dompet kecil yang berisikan yang miliknya.

"Nggak perlu. Cepat ayo pulang, keburu sore, nanti Tante marah," ucap Kezan yang kembali menggandeng tangan Jea menuju motor ninja di depan parkiran Junimart.

"Sejak kapan motor kamu di sini?" tanya Jea melongo.

"Sejak tadi," ucap Kezan seraya mengambil helm, memakaikan helm tersebut kepada Jea, menunduk sedikit untuk menyamakan tingginya dengan Jea dan mulai mengaitkan kancingan helm tersebut. "Cepat naik," titahnya setelah selesai.

"Iya," ucap Jea yang langsung memegang bahu Kezan untuk membantunya menaiki motor ninja milik Kezan.

"Pegangan," perintah Kezan.

"Sudah!" kata Jea karena ixa sedari tadi sudah memegang jok motor di belakangnya.

Kezan berdecak, segera tangan kanannya terulur ke arah belakang dan mengambil tangan Jea, lalu menaruh tangan Jea tepat diperutnya. "Disini pegangannya."

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang