KEZAN | [7]

3.4K 221 12
                                    











Jangan lupa vote dan coment ya!









Selamat membaca!💜










Seperti biasa, Minggu ini Jea dan Kezan berada di perpustakaan untuk membantu Kezan belajar sampai pintar! Tapi sampai hari ini Kezan masih tidak mengerti apa apa, benar-benar tidak ada gunanya mengajarinya belajar.

"Kezan!" teriak Jea.

"Apa?"

"Cepat bantu aku mencari buku Biologi," perintah Jea.

"Berapa buku?" ucap Kezan yang menghentikan aktifitas membaca buku Sosial itu, tapi Jea pastikan Kezan hanya membolak balikkan bukunya saja.

Jea menghitung berapa part buku Biologi itu. Lalu dua menunjukkan angka tiga dengan jarinya.

Kezan segera berdiri dari duduknya, dan mencari buku itu di semua sisi perpustakaan. Wah, ternyata Kezan tipe orang yang penurut juga ya. Jea bertepuk tangan dalam hati.

Buku Biologi itu untuk dipelajari karena lusa nanti ada Ulangan harian Biologi. Jea juga ikut menelusuri setiap sudut perpustakaan. Diam-diam dia melirik Kezan yang sedang menelusuri buku di sisi sebaliknya.

Saat mata mereka bertubrukan, Jea segera membuang muka dan mencari-cari ke arah lain untuk menghindari tatapannya pada Kezan.

"Gue cuma nemuin satu buku saja," ucap Kezan menyodorkan Buku Biologi part 1 itu.

"Masa cuma satu?" ucap Jea ragu, lalu kembali mengamati sisi bagian perpustakaan yang bertuliskan 'sains' itu.

"Buku biologinya cari di perpustakaan NRI saja bagaimana?" tanya Kezan dengan suara yang terdengar lembut di telinga Jea, atau ia sekarang hanya sedang kegeeran.

****

"Cepat masuk," ucap Kezan saat ia sudah tiba di apartemen studio, tempat tinggal Jea.

Jea menganga, karena Kezan membawa mobil BMW bukan motor ninjanya! Ini membuat ia sedikit shock karena anak kelas 11 bolehkah membawa mobil?

"Kezan! Kok mobil! Kan belum punya SIM?!" teriak Jea histeris.

"Namanya juga orang kaya," ucap Kezan bangga.

Jea menggelengkan kepalanya cepat. "Gak mau masuk aku, nanti kalau kecelakaan gimana!"

"Cepat masuk," ucap Kezan dengan tegas.

"Emang gakpapa nih? Kalo di tilang gimana?!" ucap Jea lagi.

"Nggak akan," ucap Kezan.

"O-oke," ucap Jea akhirnya. Ia masuk ke dalam mobil dan langsung duduk dengan nyaman.

"Cepat jalan!" ucap Jea karena Kezan belum juga menjalankan mobil ini. Apa Kezan tidak tahu cara menjalankan mobil?!

Kezan berdecak. "Lo belum pasang sabuk pengaman dodol," ucap Kezan datar, lalu ia menghadap ke samping dan maju untuk memasangkan sabuk pengaman Jea di kursi sampingnya. Jea tertegun karena jarak mereka yang sedekat ini, jika ia maju sedikit saja, otomatis akan mencium pipi Kezan yang tepat berada di depannya sekarang.

Kezan sudah memasangkan sabuk pengamannya dan hendak menjalankan mobilnya membuat Jea segera menghirup pasokan udara atau karena Jea yang menahan nafas sedari tadi.

Setelah apa yang di bicarakan kemarin tentang buku paket biologi akhirnya mereka berdua sampai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang terletak di Jakarta Pusat.

Jea melangkah memasuki perpustakaan tersebut dengan hati yang berbunga bunga, karena ia akan melihat jutaan buku buku yang tersusun rapi dan indah.

"Cepat sini Kezan!" ucap Jea saat melihat Kezan masih berada di belakangnya.

"Nggak usah kayak orang norak," ucap Kezan membuat Jea melotot tajam ke arahnya lalu mencebik kesal.

"Ini buku bukunya bagus bagus tau! Udah lama aku nggak ke sini! Terakhir sama-" Jea menggigit bibirnya enggan melanjutkan pembicaraan yang menurutnya tidak nyaman.

"Sama siapa?" tanya Kezan.

"Papa," ucap Jea dengan raut wajah yang dibuat senang agar Kezan tidak melihat sesuatu yang keluhan sedih pada dirinya.

"Terus?" ucapnya karena dia tak tau harus memberikan respon seperti apa.

"Udah di atas," ucap Jea dengan senyuman terpaksa.

"Maaf, gue nggak tahu," ucap Kezan dengan suara yang memelan.

"Nggak apa-apa kali!" Jea tertawa kecil memecah kecanggungan. "Kezan ayo ke sana. Buku bukunya masih baru!" suruh Jea yang sudah berlari menuju tempat yang ditujunya.

"Lo tau kan tujuan awal kita ke sini?" ucap Kezan dingin.

Jea menyengir lebar. "Tau kok! Nih aku lagi nyari bukunya juga kok!"

"Cari dibagiin sains, bukan di bagian novel," ucap Kezan, membuat Jea menggaruk pipinya yang tidak gatal lalu segera berlari menuju rak buku yang bertuliskan sains di bagian belakang.

"Kezan, sini cepat! Bukunya dapat!" girang Jea dengan mengangkat buku biologi part dua dan tiga itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya.

"Gue tahu." Kezan menggelengkan kepalanya dengan tingkah Jea yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.  "Nggak usah loncat-loncat nanti lo jatuh!"

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang