KEZAN | [16]

2.8K 162 1
                                    















Jangan lupa votenya teman-teman!















Selamat membaca!💜
note : masih kelas sebelas ya ini ceritanya.













"Maaf Jea, bapak meragukan kemampuan kamu, padahal bapak tahu kamu bisa melakukannya," ucap pak Arsa tulus kepada muridnya.

Jea mengulum tersenyum. "Iya pak, tidak apa-apa, saya juga tahu kekhawatiran bapak terhadap murid-muridnya."

Pak Arsa tertawa kecil. "Apa kamu tidak mempertimbangkan untuk mengikuti organisasi seperti OSIS contohnya?" tanyanya.

Jea menggeleng pelan. "Tidak pak, saya hanya ingin fokus untuk belajar saja."

Pak Arsa mengangguk. "Baiklah, kalau begitu karena nilai kamu yang begitu meningkat insyaallah sekolah akan mempercayai kamu di olimpiade tahun ini," ucap pak Arsa bersungguh sungguh.

"Benarkah pak?! baik pak, terimakasih atas kepercayaannya," ucap Jea dengan nada yang senang.

***

"Kezan! Ayo aku traktir kamu makan!" ucap Jea saat bel istirahat telah berbunyi.

"Traktir?" tanya Kezan heran.

"Iya! Aku traktir kamu makan! Ini karena kamu ... aku bakalan ikut olimpiade!" ucap Jea.

Dengan segera Jea menarik lengan Kezan menuju kantin sekolah agar tidak membantah perkataannya.

"Jea! Sini cepet!" ucap Vika melambaikan tangannya dengan meja kantin yang terdapat Vika, Alen, Rakan, dan Heza.

Jangan tanyakan dua teman Kezan yang lain. Maksudnya, Dean dan Galang. Mereka berdua sedang menghalang pintu akses menuju kantin dengan menggoda anak-anak perempuan yang sedang melewatinya. Biasa, buaya darat.

Jea segera melepaskan genggamannya pada lengan Kezan lalu dia melihat sekeliling. Meja kantin sudah penuh.

Lalu netra Jea menatap Kezan disampingnya. "Ayo kesana, traktirannya lain kali aja ya!" ucap Jea lalu berjalan cepat menuju meja kantin lalu balas melambaikan tangannya pada kedua sahabatnya.

Jea duduk di meja kantin dan berhadapan dengan Kezan yang tepat berada di depannya. Membuat Jea agak sedikit gugup, sesekali dia melirik Kezan saat sedang memakan mie ayamnya.

Alen yang berada di sebelahnya pun ikut diam-diam melirik si ketua OSIS yang berada di pinggir. Siapa lagi kalau bukan Rakan.

"Selamat ya yang peringkat satu terus!" ucap Vika.

"Selamat juga ya! Lo pinter banget sumpah, kayaknya pas pembagian otak, lo maju paling depan deh, ngaku lo," tuduh Alen.

"Terus pas pembagian otak gue sama Alen beli batagor dulu jadi goblok gara-gara nggak ada otak!" ucap Vika.

Alen mendelik ke arah Vika "Dih! Lo aja kali, gue enggak!" ucap Alen tak terima.

Vika mendelik tajam ke arah Lena. "Lah buktinya lo aja masih jauh di bawah gue peringkatnya!"

"Gue pinter kok sebenarnya. Cuma ya gue nggak belajar!" bela Alen.

"Sama aja Alena Jinahya!" balas Vika.

"Makanya belajar dong yang pinter! Biar kayak aku!" ucap Jea sombong.

"Iya deh!" balas mereka berdua serempak.

Vika melotot ke arah Heza. "Eja! Lo jangan ngambil minuman gue terus! Ih!" seru Vika kesal saat Heza meminum es jeruk kesukaannya.

"Lagian enakan punya lp sih, tukeran yuk," ucap Lingga menyodorkan es teh miliknya ke hadapan Vika.

KEZAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang