Chapter 55: Tes Pertama

74 10 0
                                    

"Pergilah ke Benua Barat dan masuklah ke Akademi yang ada di Kerajaan Sterlia untuk mencari manusia yang dapat membantu kita."

Seorang pemuda yang memiliki ras Elf sedang terdiam sambil menatap gerbang masuk Akademi yang dipenuhi dengan kerumunan manusia dan ras lainnya.

"Jadi, siapa yang akan cari jika mereka ada sebanyak ini?" ucapnya disertai helaan nafas yang sangat panjang.

"Mau bagaimana lagi, kita diperintahkan seperti itu." ucap seorang gadis yang mempunyai ras Elf sambil memakan makanannya.

"Aku tahu, hanya saja darimana kita memulai pencarian kita."

Gadis itu menghela nafasnya. "Pertama adalah kita harus lulus ujian masuk dulu, jika berhasil maka pencarian dimulai. Jika kau terus mengeluh seperti ini, kita tidak akan bisa menemukannya.

"Benar juga, baiklah ayo kita kesana."

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berjalan masuk ke Akademi sambil menunggu tes masuk dimulai.

***

"Tuan Putri, kita sudah sampai di Akademi." ucap salah satu penjaga yang mengendarai kereta kuda mereka.

Catherina menganggukkan kepalanya. "Terima kasih banyak."

Kris membangunkan Angelina yang sempat tertidur di bahunya. "Bangunlah, kita sudah sampai."

Angelina mengangkat kepalanya dan membuka matanya secara perlahan. "Aku masih mengantuk."

Kris memukul pelan kepala Angelina. "Kita ini baru berangkat dari Istana beberapa menit yang lalu, bagaimana bisa kau langsung tertidur pulas seperti itu?"

"Kau tanyakan saja kepada Catherina." Angelina kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Kris.

"Catherina, apa yang kalian berdua lakukan semalam?" ucap Kris dengan wajah bingung.

Catherina memalingkan wajahnya sambil menggaruk pipinya. "Ah iya, aku hanya mengajaknya berbicara dan tanpa sadar hari sudah berganti."

"Dia sangat senang karena mendapatkan sesuatu dari Zay." ucap Angelina dengan mata yang setengah terbuka. "Aku hanya ingin tidur sebentar."

Kris menghela nafasnya dan memberi sedikit percikan listrik ditubuhnya agar Angelina tidak tertidur lagi.

Angelina yang terkena percikan listrik segera membuka matanya dan langsung menjauhi Kris. "Kau jahat sekali!" ucapnya sambil mengembungkan pipinya.

Kris tertawa kecil. "Apakah kau masih ingin tidur lagi?"

Angelina segera membuka pintu kereta kuda dan keluar dari sana. "Tidak, mataku sudah segar kembali."

Akhirnya Kris dan yang lainnya keluar dari kereta kuda yang sudah ditunggu oleh para NPC, Catherina memberitahu para penjaga untuk segera kembali ke Istana.

"Apakah Tuan Putri yakin?"

Catherina mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja dan menyuruh mereka agar tidak terlalu khawatir.

"Baiklah jika Tuan Putri berkata seperti itu, kami hanya bisa berdoa agar Tuan Putri baik-baik saja."

Catherina mengangguk. "Tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri dan juga ada mereka yang membantuku." ucapnya sambil menatap Zay.

Para penjaga itu tersenyum. "Apakah Tuan Putri menyukai pria itu?"

"Ya, aku menyukainya." Catherina tanpa sadar berbicara seperti itu kepada para penjaga.

"Apakah kami harus memberitahu Yang Mulia?"

"Memberitahu apa?" ucap Catherina yang langsung teringat dengan perkataannya barusan. "Tidak, kalian lupakan perkataanku yang tadi!"

Para penjaga tertawa kecil melihat Catherina yang wajahnya sedang memerah karena malu. "Baiklah Tuan Putri, kami akan melupakan perkataan Putri barusan."

Semua penjaga segera membungkuk untuk memberi hormat. "Semoga Tuan Putri bisa menyatakan cintanya kepada pria itu!"

Wajah Catherina kembali memerah. "Berhentilah, kalian membuatku malu!" Catherina langsung mengusir para penjaga untuk kembali ke Istana.

Kris dan yang lain kebingungan melihat tingkah laku Catherina dengan para penjaganya, jadi Zay menghampiri Catherina untuk bertanya apakah dia baik-baik saja.

"Apakah kau mendengar teriakan mereka?"

Zay menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sibuk mengobrol dengan Kris barusan jadi aku sama sekali tidak mendengarnya."

Catherina bernafas sangat lega karena Zay sama sekali tidak mendengarnya, kakinya sangat lemas bahkan dia sepertinya tidak sanggup berdiri lama. Tidak ingin membahasnya lebih lanjut, Catherina mengajak mereka untuk memasuki Gerbang masuk Akademi.

"Ayo kita kesana, sepertinya tesnya akan segera dimulai."

***

Lonora, Academy of Magicians and Knights adalah sebuah akademi yang dikhususkan untuk orang-orang yang memiliki kemampuan sihir ataupun bela diri. Akademi ini menerima semua orang yang berasal dari ras apapun dan dari negara manapun.

Akademi ini memiliki 2 gerbang masuk, gerbang pertama berada di daratan yang digunakan untuk menampung orang-orang yang ingin bergabung di Akademi, sedangkan gerbang masuk kedua berada di atas langit yang langsung terhubung dengan gedung utama akademi.

Gerbang pertama memiliki halaman yang sangat luas dan saat ini dipenuhi oleh peserta yang kira-kira berjumlah 2500 peserta sedang menunggu untuk tes masuk Akademi.

Suasana yang dipenuhi dengan suara berisik itu tiba-tiba berhenti ketika seorang pria berwajah tampan dengan berambut panjang sebahu berwarna hitam muncul dari atas langit dan mengambang di atas para peserta.

"Terimakasih karena sudah menunggu, namaku adalah Aiden," pria itu mengangkat kedua tangannya, "Baiklah, karena aku tidak suka berlama-lama maka tes masuk akan aku mulai."

Setelah Aiden mengatakan pernyataan itu, cincin yang sangat banyak mulai bermunculan dan mendekati para peserta satu persatu. "Cincin ini akan memeriksa apakah kalian pantas atau tidak untuk masuk ke Akademi."

Semua peserta langsung memasang cincin yang mengambang di depan wajah mereka dengan antusias, beberapa cincin yang dipasang peserta itu bersinar sangat terang dan mengangkat tubuh mereka menuju ke Akademi namun bagi peserta yang cincinnya tidak bersinar hanya terdiam di bawah.

Dari 2500 peserta hanya ada 634 peserta yang lolos di tes pertama, Aiden tersenyum tipis melihat peserta yang lolos lebih banyak dari yang sebelumnya.

"Bagi kalian yang tidak lulus di tes pertama, aku berharap pada pertemuan berikutnya kalian akan lulus. Tentu saja, kalian harus lebih kuat dari yang sekarang agar bisa masuk ke Akademi, aku akan menunggu kalian." ucapnya bertujuan untuk menyemangati peserta yang tidak lolos kemudian dia kembali terbang menuju Akademi untuk menyusul para peserta yang sudah sampai disana.

Aiden mendarat tidak jauh dari para peserta. "Selamat karena telah lolos tes pertama, sekarang waktunya pembagian kelas." Aiden menjentikkan jarinya, kemudian muncul cahaya yang bersinar sangat terang di tempat para peserta berdiri dan cincin yang mereka pakai.

"Cincin itu akan memindahkan kalian ke kelas yang cocok untuk kalian, jadi sampai jumpa di tes selanjutnya." ucap Aiden yang langsung diikuti dengan menghilangnya semua peserta meninggalkan dia seorang diri.

Aiden menghela nafasnya. "Jika apa yang dikatakan oleh Jest benar, seharusnya pemuda itu mengikuti tes masuk ini namun aku sama sekali tidak merasakan kekuatan yang sangat besar di antara mereka semua."

"Apakah kau yakin?" seorang wanita turun dari atas langit dan mendarat tepat di samping Aiden.

"Ah, Kepala Sekolah?" Aiden menaruh tangan kanan di dadanya. "Apa yang anda lakukan disini?"

Wanita itu menatap Aiden dengan senyum di wajahnya. "Bukan apa-apa, aku hanya ingin menemui kakakku yang baru saja datang kesini."

"Kakak? Apakah maksud Kepala Sekolah adalah..." ucap Aiden yang belum sempat menyelesaikan perkataannya.

"Benar sekali, sepertinya dia sudah menemukan apa yang dia cari." ucapnya dengan senyum yang sangat lebar.

Two Friends Who are Trapped in a Parallel WorldWhere stories live. Discover now