Chapter 35: Tepat Waktu

144 13 0
                                    

Sudah lama sekali aku tidak keluar dari Istana," ucap Catherina. "Semenjak kau bertunangan, aku seperti tidak mempunyai teman lagi."

Angelina memalingkan wajah mendengar keluhan yang disampaikan oleh temannya itu. Memang benar, semenjak Angelina bertunangan dengan Kris, dia sama sekali tidak pernah bermain dengan Catherina.

"Jadi, kita mau kemana?"

Angelina menjelaskan bahwa dia ingin pergi ke Desa Tirde untuk mengundang Neil dan yang lain datang ke pesta pertunangannya. Angelina mengetahui tempat tinggal Neil karena dia diam-diam menyuruh salah satu penjaga istana untuk mengikuti Neil dan Yura ketika mereka ingin pulang.

"Neil sudah menganggap Kris sebagai keluarganya dan Kris juga menganggap mereka demikian."

Angelina juga sudah mendapat persetujuan dari Alfred untuk mengundang mereka, Alfred mengizinkan Angelina untuk mengundang sebanyak yang dia mau. Ketika mereka berdua sedang asik mengobrol, kereta kuda tiba-tiba berhenti.

Angelina bertanya kepada penjaga yang bertugas untuk mengendarai kereta kuda.

"Terdapat bayangan hitam di depan kita, Tuan Putri."

Angelina berniat untuk keluar dari kereta kuda, namun segera ditahan oleh Catherina. "Kita tunggu disini saja."

Namun, Angelina tetap bersikeras keluar untuk melihat bayangan hitam yang dimaksud oleh Penjaga yang bertugas mengendarai kereta kuda.

Ketika Angelina menginjakkan kakinya di tanah, bayangan hitam itu berubah menjadi sesosok wanita yang memiliki sayap besar berwarna merah dan memakai baju berwarna hitam.

"Selamat siang, Tuan Putri. Aku datang untuk menangkapmu." sosok itu menyeringai sangat lebar disertai dengan aura kegelapan yang sangat pekat.

"IBLIS!!"

"LINDUNGI TUAN PUTRI!!"

Para Penjaga dengan cepat membentuk formasi melingkar untuk melindungi Angelina, namun tindakan mereka sia-sia.

"Kalian tidak perlu repot-repot membentuk formasi atau apalah itu." Iblis itu menggerakkan tangannya ke arah kanan, seketika para prajurit terpental mengikuti gerakan tangan Iblis itu.

Angelina mundur secara perlahan-lahan, namun dia merasa bahwa tubuhnya seperti tertarik oleh sesuatu.

"Kemarilah, aku ingin mengobrol denganmu." Iblis itu mengarahkan tangannya ke Angelina, seketika tubuh Angelina terbang kearah iblis itu.

Iblis itu tersenyum senang ketika Angelina sudah berjarak 1 meter di depannya namun senyumnya menghilang ketika petir menyambar di depan wajahnya. Iblis itu melompat cukup jauh ke belakang, dia menatap ke langit untuk melihat apa yang terjadi, tetapi langit berwarna biru cerah bahkan tidak terlihat petir di atas sana.

Iblis itu mencari keberadaan Angelina yang saat ini sudah berada sangat jauh bersama dengan seorang pemuda berambut putih dan memakai setelan berwarna merah. Pemuda itu menggendong Angelina sambil menatap Iblis dengan sangat dingin.

***

Kris datang disaat yang sangat tepat, jika saja dia terlambat maka Angelina sudah berada di tangan Iblis yang saat ini berada jauh di depan mereka.

"Kau tidak apa-apa?"

Angelina mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja."

Kris menurunkan Angelina dengan sangat hati-hati dan menyuruh Angelina untuk bersembunyi di belakangnya, dia juga menyembuhkan semua penjaga yang saat ini terluka ringan dan memasang barrier di sekitar mereka.

"Di kereta itu masih ada Catherina, Kris." ucap Angelina.

Zay muncul di dekat Kris secara tiba-tiba bersamaan dengan Catherina yang di gendong olehnya. Tidak hanya Zay, Nictis dan Evlyn juga datang menyusul Kris.

"Ah jadi ini alasannya kau tiba-tiba berlari sangat cepat." ucap Zay sambil menurunkan Catherina dengan perlahan.

Nictis menatap lekat ke arah Iblis itu, dia merasa tidak asing dengan wajah iblis di depan mereka.

"Apakah itu kau Levona?"

Iblis itu tersenyum kecil ketika Nictis menyebut Namanya. "Jadi kau mengingatku?" ucapnya, dia menyilangkan tangannya dengan sangat sombong. "Bagus, ingatlah nama yang akan membunuh kalian."

Kris maju perlahan dengan Terror Warblade di tangannya. "Sayang sekali, aku tidak ingin mengingat nama mu bahkan setelah kau mati."

Aura merah yang sangat pekat menyatu dengan hembusan angin yang berada di sekitar mereka, Kris tidak lupa untuk melindungi teman dan tunangannya dengan barrier yang dia buat.

Kris menancapkan pedangnya ke tanah. "Aku akan membunuhmu dengan cepat, tapi mungkin akan terasa sedikit sakit atau mungkin juga tidak."

Levona mengeluarkan aura hitam untuk membuat Kris ketakutan, namun itu tidak berguna sama sekali. Sadar bahwa usahanya sia-sia, Levona melesat sangat cepat ke arah Kris dengan pedang di tangannya.

Zay menghela nafas ketika melihat temannya menggunakan pedang andalannya. "Satu pesanku, jangan gunakan ultimu."

Aura merah keluar dari tanah tempat ditancapkannya Terror WarBlade dan memancar ke langit. Zay, Nictis dan Evlyn merinding saat menyaksikan aura merah merubah langit menjadi warna merah dan menciptakan kabut merah.

Zay dan Nictis sangat terkejut melihat skill yang Kris gunakan secara langsung, saat di dalam Game efek skill ini hanya akan mengubah warna layar menjadi merah namun siapa sangka bahwa skill yang digunakan Kris sangat menyeramkan ketika dilihat secara langsung.

Angelina dan Catherina hanya bisa terpukau ketika melihat kekuatan yang ditunjukkan oleh Kris. "Apakah itu aura merah yang kau katakan Nictis?" ucap Angelina.

Nictis mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Angelina, Zay menjelaskan bahwa ini adalah salah satu dari sekian banyaknya skill unik yang dimiliki oleh Terror WarBlade.

"Skill ini bersifat area, mungkin sekitar 30 meter," Zay menunjuk ke arah kabut merah yang berada di langit. "Jika kau terkena kabut merah itu, maka nyawamu tidak akan berada di tubuhmu lagi."

Kurang lebih seperti itu jika skill ini masih di dalam Game, namun Zay tidak tahu apa yang akan terjadi kepada seseorang yang terkena kabut merah di dunia ini.

"Lalu, apa itu ulti?" tanya Catherina. "Dan kenapa kau melarang Kris untuk menggunakannya?"

"Ulti itu bisa disebut seperti jurus pamungkas," Zay menatap Catherina dengan wajah yang sangat serius. "Percayalah, kau pasti akan ketakutan ketika melihat Kris menggunakan itu."

Ketika mereka sedang asik mengobrol, kabut merah semakin tebal dan semakin luas sebelum akhirnya kabut merah itu jatuh di tubuh Levona dengan sangat cepat.

Gerakan Levona terhenti ketika kabut hitam menutupi semua tubuhnya. "Apa ini?!"

Levona menatap Kris dengan wajah yang sangat marah namun ketika Levona menatap Kris, keringat dingin mengalir di setiap tubuhnya dan hanya ketakutan yang dia rasakan.

Kedua mata Kris berubah menjadi warna hitam, ditambah lagi senyuman yang Kris tunjukkan. Hanya Levona yang bisa melihatnya sedangkan temannya yang lain tidak karena Kris membelakangi mereka semua.

"Sudah waktunya kau meninggalkan dunia ini." Senyum jahat menghiasi wajah Kris dan membuat Levona semakin takut.

"Unique Skill: Aura of Terror!"

Tubuh Levona mendadak menjadi lemas semua kekuatannya menghilang dari tubuhnya, secara perlahan bagian-bagian tubuhnya berubah menjadi debu dan kemudian menghilang diikuti dengan kabut merah.

Langit menjadi cerah seolah-olah tidak ada yang terjadi di sekitar mereka, Kris menyimpan kembali pedangnya dan menghilangkan barrier yang melindungi temannya dan penjaga istana.

Kris berjalan menghampiri teman-temannya yang saat ini sedang terkejut dengan apa yang terjadi barusan, bahkan penjaga istana yang Kris selamatkan juga tidak kalah terkejutnya.

"Kenapa dengan kalian?" tanya Kris.

"Aku masih belum terbiasa melihat Skill mu secara langsung." ucap Zay

Kris hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya, namun tidak lama kemudian segerombolan pasukan kuda datang menghampiri mereka.



Two Friends Who are Trapped in a Parallel WorldWhere stories live. Discover now