37

17.6K 1.5K 52
                                    

Chris memandang jendela besar perusahaan nya yang menampilkan pemandangan Kota besar Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chris memandang jendela besar perusahaan nya yang menampilkan pemandangan Kota besar Jakarta. Sedari malam, Chris memikirkan ucapan Sheana waktu di dapur.

"Kalau aku lelah, kamu lepasin aku, ya."

Chris mengusak surai hitam nya dan menggeram. Ia tidak suka kata-kata itu, apa lagi jadi kenyataan. Chris tidak mau menjauh dari gadis itu, apa lagi kehilangan.

Ketukan pintu ruangan terdengar. Chris berbalik badan dan duduk di kursi kebesarannya. "Masuk."

Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok, Zero. Kaki tangan Chris, sekaligus sahabat. Selama beberapa hari yang lalu, pria itu ada urusan dan baru sekarang dia terlihat.

"Gimana?" tanya Chris langsung.

Zero menghela nafas dan menyenderkan punggung nya pada sofa. "Gue baru aja tiba di Jakarta, Chris. Nggak kasihan apa?" dengusnya.

Chris memutar bola mata malas. "Kalau nggak suka tinggal keluar dari Venice. Gampang, kan?" balas nya santai.

Zero berdecak. Kalau bukan bos sekaligus sahabat nya, Zero pasti sudah mengumpat di depan orang nya langsung. "Nih," seru nya dengan meletakan sebuah flashdisk kecil warna hitam di atas meja. "Semua lengkap. Info yang gue cari sama Denial ada di flashdisk itu," lanjutnya dan menghela nafas lelah.

Chris menyeringai. Mengambil flashdisk itu dan langsung menancapkan nya pada laptop. Pria itu sudah tidak sabar. Zero pun yang penasaran mendekati Chris dan ikut menatap laptop itu.

Kening Zero langsung mengkerut. "Claudia? Gue baru sadar, kalau info yang gue cari tentang calon tunangan lo itu," seru nya terkejut.

Chris berdecis. "Lola!"

Zero memutar bola mata malas. "Gue lupa kalau Claudia pewaris Clinton Hotel."

Chris memilih kembali fokus pada laptop di depannya. Membuka beberapa file yang Zero dapatkan, kemudian seringai kembali tercetak. "Let's play," gumamnya terdengar mengerikan.

Zero menelan saliva nya. "Chris, lo...nggak akan cari masalah sama Clinton kan?" tanyanya ragu.

Chris menyalin file dalam flashdisk itu, kemudian melepaskan flashdisk dan menutup laptop nya. "Menurut lo?" tanya nya balik. Terdengar misterius.

Mata Zero mengerjap. "Chris, lo jangan main-main sama mereka. Saham lo ada sama mereka dan Claudia...lo yakin mau buat dia..." Jeda nya tidak percaya.

Chris berdecis. "Pertunangan gue sama dia hanya awal dari permainan. Gue nggak sungguh-sungguh melaksanan pertunangan itu dan soal saham, hanya persen kecil yang gue tanam di perusahaan Clinton. Jadi gue nggak khawatir kalau suatu saat mereka hancur." sambung nya tenang dan berdiri dari kursi kebesarannya. Mengambil jas dan memakainya. Kembali menatap Zero. "Masa lalu nggak akan terulang kembali. Gue udah ada Sheana dan gue hanya mau dia," lanjutnya kemudian melangkah menuju pintu keluar. "Nanti malam ke mansion. Ada misi yang mau gue kasih lagi ke lo."

CHRIS WANTS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang