19

19.4K 1.8K 20
                                    

Sheana sedang melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheana sedang melamun. Setelah kejadian tadi pagi di area dapur sampai dimana seorang Chris mencium nya tiba-tiba, Sheana jadi memikirkannya. Sheana bingung dengan sikap pria itu. Takut nanti nya tidak sesuai dengan realita jika dia terbawa perasaan.

"Sheana," panggilan seseorang membuat Sheana tersadar dari lamunannya dan menoleh.

"Eh, Sel. Ada apa?" tanya Sheana saat melihat kedatangan sahabatnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Lo ngelamunin apaan?" tanya nya dan langsung duduk di kursi depan Sheana.

"Melamun?"

"Hhmm, dari tadi gue perhatiin. Bahkan panggilan gue baru lo jawab saat udah beberapa kali."

Sheana cengengesan. "Maaf deh, lagi kurang fokus."

Sellia berdecis. "Ehh, tangan lo kenapa di perban?" tanya nya yang baru menyadari.

"Aaa, ini, nggak sengaja kena minyak panas. Tapi nggak apa-apa, udah di obatin," balasnya.

Sellia menghela nafas. "Pasti ceroboh. Kebiasaan lo nggak bisa di ubah."

Sheana tersenyum tipis. "Oiya! Tadi gue ketemu Amora. Nyebelin banget muka nya, sombong nya nggak ketolong." Cerita Sellia dengan heboh. "Mana pas ada Clyde dia tebar pesona lagi. Tapi untungnya, Clyde nggak peduli."

Sheana hanya mendengarkan saja. "Amora masih gangguin lo?" tanya Sellia berubah serius dengan menopang dagu.

Sheana menggeleng. "Nggak."

"Aneh, dia ganggu lo cuma sekali aja. Padahal yang pernah terjadi, kalau Amora udah bully orang bakal lama banget. Pokoknya sampai dia puas," heran Sellia.

Sheana tersenyum. "Semua itu karena kak Chris," ucapnya dalam hati. "Aku nggak tau," balasnya pura-pura acuh.

Chris sedang berada di ruangan kerjanya Venice Corporation

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chris sedang berada di ruangan kerjanya Venice Corporation. Setelah mengantarkan Sheana berangkat ke sekolah, ia langsung menuju Venice.

Menatap jendela besar yang menampilkan kota Jakarta. Chris memainkan pulpen mewah di tangannya. Memutar nya dengan lihai.

"Gimana, Chris. Lo bakal pakai cara halus atau kasar?" Zero bertanya. Sudah beberapa menit yang lalu ia di dalam ruangan Chris untuk membicarakan suatu beberapa masalah yang tiba-tiba muncul.

CHRIS WANTS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang