Senyum sana merekah melihat berbagai jenis sepatu, heels dan berbagai macam barang yang sana yakin akan memanjakan mata para kaum hawa dan kini sudah ada dihadapanya. Sejenak ingatan tentang ajeng yang tengah jalan dengan raden sang kekasih entah hilang kemana. Memang benar kata orang wanita dan belanja tidak akan bisa dipisahkan.
"Abel sama mama dulu ya". Abel yang mendengar penuturan sana malah semakin mengeratkan pelukanya pada leher dengan wajah yang kini sudah masuk kedalam cengkungan leher sana.
"No..no".
"Anak mama pinter banget sih, yaudah sama mama na dulu ya sayang. Mama mau habisin uang papa kamu". Sana mendengus menatap rini melihat temannya itu sudah berjalan meninggalkanya.
"Kangen banget ya sama mama na". Akhirnya sana tetap melanjutkan kegiatanya untuk belanja dengan abel yang ada digendonganya.
Sangat bukan masalah besar belanja dengan abel digendonganya.Sana merasa tak kesusahan sama sekali abel hanya diam saja sesekali ia akan bertanya atau sekedar mengoceh. Kembali matanya menjelajah kesana-kemari. Sana melihat heels dengan merk mendunia, senyum terukir dibibirnya.
"Raden marah gak ya kalau gue beli ini?". Tanyanya pada dirinya sendiri, "bodoamat, salah siapa gatel sama cewek lain". Pada akhirnya ia membelinya, persetan dengan raden yang akan marah nantinya.
Setelah puas berkeliling kini beberapa totebag dengan merk terkenal sudah berada dikereta dorong abel sebagian lainya berada ditangan rini sementara tugas sana hanya menggendong anak dati sahabatnya ini.
Tibalah mereka disebuah butik terkenal, "bentar aja na, gue mau ambil gaun pesenan gue dulu". Sana menganguk pasrah, lenganya seperti akan terkepas terlebih abel yang tak mau turun dari gendonganya.
Melihat sofa yang berada dibutik itu sana segera mendudukan tubuhnya, seperyinya ini yang dirasakan para laki-laki ketika diajak belanja dengan pasanganya, "mama na capek banget sayang". Abel turun dari gendongan sana kemudian duduk disamping sana tangan kecilnya masih memegang rambut milik mama na-nya.
"Sama siapa?". Sana tersentak kaget mendengar suara yang akhir-akhir ini menghiasi indra pendengaranya. Raden tengah berdiri menjulang dihadapanya, laki-laki itu hanya memakai celana jeans selutut dengan sandal slop serta kaos polos berwarna hitam. Damn, kenapa ganteng banget sih gerutu sana dalam hati.
Mengingat ucapan lily beberapa jam yang lalu membuatnya enggan menjawab ucapan kekasihnya ini. Diam itu emas.
Abel yang melihat raden berdiri dari duduknya tanganya terulur meminta raden untuk menggendongnya. Dengan sigap abel kini berada digendongan raden. Sana mendengus kesal bukanya membujuk sana kini raden malah bercanda dengan abel.
"Mas raden bagus gak?". Ajeng berjalan kearah mereka dengan balutan dress berwarna merah yang menurut sana terlalu sexy untuk ajeng yang sana fikir dari cara bicaranya yang ayu dan lembut tidak memakai baju seperti ini. Sana tersenyum sinis, memang benar kata pepatah jangan menilai sesuatu dari luarnya saja.
"Bagus". Ajeng yang mendengar jawaban raden tersenyum amat lebar sampai sana takut bibirnya akan robek hingga ketelinga. Sementara sana yang mendengar jawaban raden rasanya saat itu juga akan menghilangkan raden dari muka bumi ini.
Sebenarnya raden melihat kearah ajeng tak lebih dari satu detik karena didetik berikutnya ia menatap wajah sana yang bersungut-sungut kesal. "Eh sana ya? Sama siapa?". Tanya ajeng
"Anak". Jawab sana sekenanya, ia terlalu males meladeni ajeng. "Sayang ayo sama mama". Abel yang diajak bicara menoleh saja tidak. Mungkin ini benar-benar definisi habis manis sepah dibuang.
"Baju kamu". Sana mengerutkan dahinya? Kenapa dengan bajunya, "perut kamu keliatan". Tangan sana rasanya gatal sekali ingin meraup wajah raden. Belum ada satu menit yang laku raden mengucapkapkan kata 'bagus' pada ajeng yang mengenakan pakaian tak senonoh dan sana yang hanya terlihat sedikit bagian perutnya ketika ia mengangkat tangan sudah terkena omel bahkan sana memakai sweater juga saat ini.
Sana sama sekali tak menggubris ucapan raden, ia kembali duduk dan memainkan ponselnya. Ajeng sudah pergi entah kemana. Sementara abel sepertinya tengah menahan kantuk.
"Marah?". Lagi raden berbicara dan sana hanya diam saja, kenapa raden menanyakan hal yang sudah jelas dan nyata, "habis belanja apa?". Tanya raden tangannya kini mengusap peluh yang membasahi kening sana, bibir sana sudah ingin teratarik keatas membentuk senyuman tetapi ia tahan demi harga dirinya dan agar raden tau bagaimana marahnya sana saat ini.
"Na ayo pulang". Rini berjalan kearah mereka, "loh raden, sama siapa?". Tanya rini
"Temen rin". Melihat wajah sahabatnya yang sudah akan meledak rini berinisiatif mengajak sana segera beranjak dari tempat ini.
"Abel ayo sayang pulang". Rini mengambil alih anaknya yang sudah terlelap. Sementara sana beranjak dari duduknya mengambil alih belanjaan.
"Aku bawain". Sana menahan tangan raden yang akan membawakan belanjaan miliknya dan rini.
"Gak usah, nanti dicariin lagi sama demit". Sana sudah akan berjalan pergi menyusul rini yang dengan teganya meninggalkan sana bersama raden.
"Mas raden, sudah ayo pulang". Jika bukan ditempat umum sudah dapat dipastikan ajeng akan mendapat satu timpukan totabag belanjaan yang kini ditangan sana. Melihat hal yang menjijikan dihadapanya, sana segera mengambil langkah seribu untuk pergi dari hadapan kedua makhluk yang menyebalkan pada hari ini.
Tibalah mereka diapartemen sana, rini sedang menidurkan abel dikamar, yang sana yakin hanya alibi sahabatnya itu karena pada kenyataanya rini juga ikut tertidur. Sementara sana sedang melihat berbagai macam belanjaan hasil berburunya.
Ia megambil heels dan mencobanya, astaga betapa cantiknya kini kakinya dibalut heels yang harganya hampir satu unit apartemen yang kini ia tinggali. Suara pintu apartemen sana terbuka dan sana yakin si pelakunya adalah raden. Sana jadi penasaran seberapa kuatnya raden membujuk sana.
****
SEE YOU OLLZ 🌻
Jika ada typo yang meresahkan mata mohon dimaklumi hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Digger And Me
ChickLitHidup serba ada, lulusan S2 bekerja disalah satu Bank ternama membuat Sanarinda Cavli widodo (24 tahun) menjadi wanita manja dan melihat semua laki laki dari uang dan tampang "gue cantik, kaya, sekolah tinggi. Masa iya mau cari calon suami yang pas...