GDM 33

7.7K 554 24
                                    

Sana menatap pantulan dirinya dicermin, "Kata Damian, Sempurna sih ini". Ucapnya sendiri. Kebaya yang ia beli minggu lalu melehat sempurna di tubuh rampingnya.

Gak sia-sia ngabisin duit ayang belasan juta!

Hari ini, Ia dan Raden akan kondangan seperti yang sudah direncanakan minggu lalu. Raden, laki-laki itu tengah mandi. Rasanya Sana sungguh tak sabar melihat reaksi sepupu, tante dan saudara lainnya melihat Ia membawa gandengan.

Walaupun pacar Sana dulu, segudang. Tapi tak ada satupun laki-laki yang Sana kenalkan pada keluarganya. Raden yang pertama kalinya. Semoga menjadi laki-laki terakhir juga.

Sore ini, Sana memilih untuk menggelung Rambutnya, menyisakan anak rambut yang sengaja tak ia rapikan. Juga ditambah hiasan bunga terselip disamping gelungannya. Sana menggunakan make-up Bold, dengan lipstik merah. Benar-benar siap tempur.

Tak lama Raden keluar dati kamar mandi, dengan celana bahan hitam dan baju batik semotif dengan Rok Sana, "Gimana penampilan aku by?". Todong Sana. Raden menatap kekasihnya dari atas hingga bawah, dahinya mengerut. Tak suka.

"Baju kamu, terlalu terbuka itu". Senyum yang sedari tadi bertengger dibibir merahnya, hilang.

"Terbuka apa sih, emang kayak gini tau". Sana kembali menatap Cermin, mengambil setting spray dan menyemprotkan kewajah.

"Masuk angin". Sana memutar bola matanya jengah.

"Udah deh, sisiran dulu kamu. Mau aku sisirin?". Raden menggelengkan kepalanya. Yasudah kalau tidak mau, lebih baik Sana memakai sepatu dan menunggu Raden. Sana sengaja berdandan lebih dahulu agar Raden tak perlu menunggu. Soalnya kalau Raden yang siap duluan bisa ngambek sepanjang acara nanti.

Sepanjang perjalanan diisi dengan curhatan Sana. Tentang keluarga besar yang selalu membuat Sana ingin muntah, karena pertanyaan-pertanyaan yang mematikan.
Sejujurnya disini Raden sedikit was-was, takut tidak diterima oleh keluarga Sana.

Sesampainya digedung. Raden terlebih dahulu keluar dan membukan pintu untuk kekasihnya.

"Kenapa wajah kamu gitu by?". Tanya Sana, menyadari raut gugup yang kentara diwajah Raden.

Raden berdehem,"Gugup". Sana yang mendengarnya tertawa keras sekali. Tak biasanya Raden segugup ini. Lucu.

"Gak ada yang perlu kamu takuti by, semua akan nerima kamu kok. Percaya sama aku". Ucap Sana sembari meraih tangan Raden. Akhirnya Raden menggangukan kepala.

Mereka berjalan beriringin menuju lokasi pesta. Sana tersenyum samar, menyadari sekarang Ia dan Raden menjadi pusat perhatian.

Hm, mampus kalian!

Sana terlebih dahulu bertemu dengan orangtuanya. "Ayah". Sapa Sana pada Ayahnya.

"Nak, sudah datang?". Sana mengganguk, Ayahnya meraih Sana untuk dipeluk. Beberapa bulan belakangan ini Sana dan sang Ayah memang jarang bertemu, karena kesibukan keduanya.

"Yah, ini Raden, pacar Sana". Ayah Sana tampak terkejut melihat Radan.

"Loh, ini pacar kamu nak?". Sana mengganguk bingung, "Benar ya kata orang, Dunia itu sempit, apa kabar Pak Raden?". Sana meneryitkan dahinya.

Pak, kata ayah?

"Raden saja Om, Baik sekali. Om sendiri?". Tanya Raden sembari menyambut jabatan tangan dari Ayah Sana.

"Baik-baik, kayaknya kita perlu ngadain pertemuan berikutnya biar enak ngobrolnya". Ucap ayah Sana sembari terkekeh.

"Kamu kenal ayah aku by?". Tanya Sana yang kini tengah kebingungan. Oh jangan lupakan Ibu Tiri Sana sedari tadi hanya diam saja.

Raden menjawab pertanyaan Sana dengan anggukan. "Nak Raden, ini ibunya Sana". Ibu Tiri Sana tersenyum lebar sekali, sampai-sampai Sana takut jika bibir Ibu Tirinya robek.

"Apa kabar Nak Raden?". Sana mendengus mendengar nada ramah itu.

"Baik tante".

"Eh, ini anak gadis tante, namanya Gissel. Ini anak pertama tante, kakaknya Bella, anak kedua tante". Sana menatap Gissel, rupanya musuh bebuyutan sudah pulang, "Dia ini Dokter". Gissel tersenyum manis sekali.

Raden hanya mengangukan kepala sopan.

"Gissel ini gak suka pakek baju terbuka gitu Nak Raden, anaknya sopan sekali". Sana ingin muntah mendengarnya. Tidak tau saja kelakuan anaknya jika diluar rumah. Batin Sana.

"Yah, semuanya. Kami duluan dulu ya, laper". Ucap Sana menarik lengan kekasihnya.

"Cantikan Gissel atau aku?". Bisik Sana, kedua matanya memincing.

"Jangan nanya pertanyaan yang kamu sudah tau jawabannya". Sana mengerutkan dahinya, kemudian tersenyum senang, "Kamu beneran gak takut masuk angin?". Astaga RADEN.

****
Papayy 💕

Gambaran baju Mbak Sana yang buat Mas Raden ketar ketir 🙏

Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang